Mohon tunggu...
Robi Muhammad Affandi
Robi Muhammad Affandi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta dan Penulis Media Online

Hidup adalah tentang bagaimana engkau bercerita, dan bagaimana engkau diceritakan. Karena dengan cerita itulah manusia akan dikenal dalam sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Prince Gubee 10 (Bertahan di Bibir Kematian)

26 Agustus 2024   18:09 Diperbarui: 26 Agustus 2024   22:15 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prince Gubee 10 (Bertahan Di Bibir Kematian)

                Di dalam lubang pohon Oak, tubuh Gubee gemetar ketakutan. Sayapnya melipat erat di sisinya, seolah-olah berusaha menyembunyikan dirinya dari ancaman yang tak terlihat. Matanya yang bulat hitam, mengamati dengan cermat dan berusaha melihat dalam gelap, sementara antenanya bergerak-gerak gugup, mencoba menangkap setiap getaran yang mungkin mengindikasikan bahaya.

                Di sekelilingnya, dinding lubang kayu terasa dingin dan kasar, menguatkan rasa tidak amannya. Suasana di dalam lubang tersebut terasa semakin mencekam, saat bunyi lompatan terdengar semakin jelas.

                "Aku merasakan ada getaran dari dalam lubang ini." Sebuah percakapan terdengar di depan lubang kayu tempat Gubee bersembunyi.

                "ya, aku juga mencium aroma serangga bercampur madu. Sepertinya ada seekor lebah madu dalam lubang ini.

Dua ekor 🐸 mengendus-endus lubang pohon Oak.

"Aku yakin, ada serangga dalam lubang ini! tapi kita tidak mungkin bisa masuk ke dalamnya, lubang ini sangat kecil.

Katak-katak itu mencoba memasukan lidahnya bergantian, namun lubang yang hanya seukuran tubuh Gubee itu, tak muat di lidahnya yang panjang dan lengket. Setelah cukup lama berusaha, akhirnya mereka menyerah dan pergi meninggalkan tempat itu.

Gubee melewati malam itu dengan penuh ketakutan. Walau di luar sudah tak lagi terdengar suara katak-katak itu, namun kecemasan masih saja menggerogoti pikirannya. Ia masih merasakan bahaya yang terus mengintainya. Gubee tak sedikitpun dapat memejamkan matanya di malam yang gelap gulita di saat itu.

Paginya, kegelapan sudah mulai berangsur memudar dari hutan yang gelap itu. Walau cahaya mentari tak bisa menembus  ke bawah pohon Oak, namun Gubee sudah bisa melihat apa yang ada di sekitarnya. Ia menjulurkan kepalanya ke luar lubang, mengintip kondisi di sekelilingnya.

Pepohonan hutan  terlihat tenang, seperti tak ada apapun yang menghuni pohon-pohon Oak itu. Sesekali dedaunannya bergoyang pelan, terhembus angin pagi gunung Alpen. Dan suara burung penghisap madu mulai terdengar dari kejauhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun