Mohon tunggu...
ROBERTUS DARVINO KARNO
ROBERTUS DARVINO KARNO Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lahir pada bulan November, tanggal 15, 1993. Menyukai pemikiran Herakleitos tentang Pantha Rei. Bahwa sesuatu itu mengalir dan dinamis.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kata Hati Part III-Diary Perjalanan ke Samosir

26 April 2022   22:49 Diperbarui: 26 April 2022   23:49 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada satu hal yang selalu membuatku bertanya-tanya ketika melihat rumah yang dibangun dengan tekhnik lobi di mana rumah itu dibuat menyerupai perahu. Pintu masuknya sangat pendek, jika diukur mungkin tingginya hanya satu meter lebih. 

Saya mendapatkan jawaban dari rasa "kepo" saya ini dari seorang teman kuliah ketika mempresentasikan tugas Filsafat Nusantara terkait kearifan lokal. Beliau menjelaskan bahwa pintu tersebut sengaja dibuat pendek karena memiliki sebuah gagasan filosofis yang kuat dalam budaya Batak. 

Bagi orang Batak setiap tamu yang masuk ke rumah harus menunduk kepada tuan rumah. Dia harus bersikap sopan dan rendah hati. Tidak boleh melakukan hal yang sembarangan. Tuan rumah adalah raja. Mungkin ini yang dimaksudkan dengan filosofi Hasangapon yang didefinisikan meiliki kehormatan atau kemuliaan.

Dari Tuk-Tuk ke Sibea-bea ternyata membutuhkan waktu yang cukup lama yakni kurang lebih satu setengah jam. Kami harus melewati jalan yang berkelok-kelok dikelilingi oleh tebing dan pepohonan yang tinggi menjulang. Pelahan semburat cahaya mentari pagi memancar dari cela-cela bukit. Sangat indah dan menawan. 

Setelah berjalan cukup jauh tibalah kami di titik pemisah antara pulau samosir dan pulau Sumatra. Meski untuk menyeberang kami tetap menggunakan jalur darat karena tidak ada titik yang yang memutuskan antara Samosir dan Sumatra. 

Dalam perencanaan pemerintah Kabupaten Samosir akan membuat titik pemisah dengan membelah daratan tersebut dan membangun jembatan besar sebagai sarana penyeberangan. Dengan demikian titik pemisahnya menjadi jelas.    

Kami tiba di Sibea-Sibea sekitar pukul 08.00 pagi. Di pintu gerbang terdapat beberapa kendaraan roda empat dan roda dua yang parkir berjejer. Ternyata gerbang belum dibuka. Kami pun harus menunggu selama kurang lebih tiga puluh menit. 

Kemudian gerbang dibuka dan kami pun bisa memasuki area wisata bukit Holbung. Dari bukit ini keindahan danau toba sangat menawan. View danau pada pagi hari memang sangat indah mempesona. Saya benar-benar menikmati pemandangan yang sangat indah ini. 

Tuhan memang sungguh luar biasa. Karya tangan-Nya sangat emngagumkan. Di puncak bukit sedang dibangun patung Tuhan Yesus dengan ukuran yang sangat besar. Dalam hati sayang merenungkan betapa religiusnya orang-orang Samosir sehingga mereka membangun patung rohani sebagai sarana untuk memperdalam keimanan mereka.

Kami harus menghemat waktu berada di bukit itu berhubung agenda-agenda kami sudah dikemas dalam bentangan waktu yang sudah tersusun rapi. Kami mempunyai waktu tiga puluh menit untuk berfoto ria supaya ada kenangan dari Sibea-bea.

Setelah berfoto bersama kami segera meninggalkan tempat itu dan berangkat ke Holbung. Ini perjalanan yang tidak mudah. Jalannya curam, mendaki dan berkelok-kelok serta berluang. Pengemudi harus ekstra hati-hati dalam mengemudi kendaraan. Setelah hampir satu jam melewati jalan yang ekstrim itu akhirnya kami tiba juga di bukit Holbung. Kami tiba sekitar pukul 09. 15 menit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun