Mohon tunggu...
Robert Parlaungan Siregar
Robert Parlaungan Siregar Mohon Tunggu... lainnya -

Sekarang Pemerhati Indonesia Kekinian.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Tarif Pastikan Stok Pangan Aman, Lindungi Petani/Peternak Lokal

15 September 2013   03:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:53 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harga daging sapi dipasar secara tidak langsung dipatok Rp 60.000/kg.

Untuk setahun Negara mendapat pemasukan dari bea masuk  92.000 ton x Rp 15.000/kg yaitu Rp 1.4 triliun.

Dana Rp 1.4 triliun ini dapat dipakai membantu program swasembada.

Mencegah praktek kartel ( mempermainkan stok dan harga)

Selain memberlakukan Tarif Bea Masuk, Pemerintah berkewajiban:


  • Memperbanyak jumlah importir sehingga mereka bersaing secara sehat.
  • Bulog sebagai BUMN adalah importir andal ( seharusnya) dan berada dipihak pemerintah , bertindak sebagai jangkar mencegah kartel.
  • Bulog setiap saat dapat diminta oleh Kementan dan Kemendag untuk memperlihatkan perhitungan keuntungan dan harga jual yang pantas.
  • Importir yang nakal segera dicabut izin impornya oleh Kemendag..

Kemendag dan Kementan tidak menunjuk Bulog sebagai importir( utama), malah mempercayai importir yang mempermainkan harga dan stok.

Kementan( bahkan seluruh bangsa ini)  harus bekerja keras dan cerdas dalam meningkatkan  output petani dan peternak, bukannya menjadi pelopor,motor, dan menonopoli  kuota impor.

Bacaan:

http://finance.detik.com/read/2013/09/12/124927/2356816/4/ini-4-komentar-gita-wirjawan-soal-lonjakan-harga-pangan

http://sukmainspirasi.com/weekly-buzz/item/612-harga-daging-indonesia-lebih-mahal-dari-singapura-malaysia-dan-australia

http://www.merdeka.com/uang/pemerintah-terapkan-sistem-tarif-pada-bea-masuk-daging.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun