Mohon tunggu...
Robert Antonius
Robert Antonius Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Fotografer dan Videografer lepas

hobinya kerja, kerjanya jalan-jalan, menikmati Indonesia bagian dari desa saya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Angin Bersiul di Ragasemangsang - Kitab Selendang Naga Langit (4)

14 Februari 2024   23:46 Diperbarui: 15 Februari 2024   00:08 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Isinya kosong melompong. Melongo kawan-kawannya melihat selongsong bambu kosong ditangan pemimpinnya itu.  Tidak ada kitab yang sangat diinginkan oleh akuwu penyuruhnya. Hadiah dan puja puji atas keberhasilannya mendadak lenyap,.. pandangan mereka berlima menjadi kosong dan gelap seperti pekatnya malam itu.
...

Sebelum kepergiannya ke Kotaraja, Ki Demang sudah memesan kepada Ki Dawan untuk memindah isi Kitab Selendang Naga Langit. Dan menyuruh murid-murid yang dianggap mampu menghafal isi dalam kitab tersebut, termasuk Ki Dawan juga. Sebuah firasat bagi Ki Demang tatkala kedatangan dua prajurit Majapahit dan kemudian mendengar penuturan kejadian yang disampaikan kepadanya. Diam-diam Ki Demang telah memindahkan kitab tersebut ke sebuah tempat yang aman, dan hanya dia yang tahu dimana letaknya.

Kitab Selendang  Naga Langit adalah kitab kuno yang berisikan ilmu silat tingkat tinggi, selain itu berisikan pula ilmu perbintangan, ilmu pengobatan serta terdapat pula ilmu tata kelola pemerintahan dan juga taktik militer. Sebuah kitab yang dituliskan oleh Mpu-mpu kuno di tanah Jawa atas perintah Dewa Syiwa sebagai hadiah kepada Dewi Sri -- Dewi kehidupan di tanah Jawa. Para dewata mengagumi Sang Dewi Sri dalam menjaga tanah Jawa dengan penuh damai serta menyelenggarakan kehidupan yang adil serta berkelimpahan bagi seluruh penghuninya.  Berdasar catatan, Kitab ini secara turun temurun ini diberikan kepada para raja-raja di Jawa, para pandita --pandita kuno selalu menuturkan isi kitab secara turun temurun mulai dari kerajaan Kalingga, Medang hingga Singhasari. Kitab ini sejatinya bersanding  dengan sebuah pedang mustika, sebuah pedang sakti yang telah lama menghilang bahkan dipercayai telah musnah seiring Kerajaan Medang berakhir. Tatkala Singhasari jatuh, banyak kitab-kitab kuno di perpusatakaan istana dijarah dan dibakar, begitu juga harta benda yang ada didalamnya. Keruntuhan Singhasari menyisakah puing2 istana yang hangus terbakar, tak bersisa.

-bersambung...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun