Setelah menyanggupi tugas yang diembankan, Ki Demang berjalan menuju aula untuk bersiap berangkat tatkala tiba2 tengkuknya berasa ada angin yang cepat menyambar, sebuah serangan datang mengarah tepat menuju batang leher belakangnya, dengan gerakan naga menyelam Ki Demang memutar tubuh sambil egos ke kiri, sudut matanya melihat sekelebat bayangan hitam deras dengan suara mendesis membelah udara. Memutar tubuh dan sambil melakukan gerakan bedhol naga, jari-jari tangan Ki Demang menangkap kelebat hitam tersebu yang ternyata sebuah senjata lempar. Meski tepat tertangkap, siku tangan Ki Demang tetap bergetar, menandakan senjata itu dilemparkan dengan tenaga dalam yang kuat, setara dengan tingkatan tenaga dalam Ki Demang sendiri. Ki Demang menatap dengan teliti senjata yang ada ditanganya tersebut, sebuah pisau bermata dua yang tajam di kedua sisi dengan ujung yang runcing, seluruhnya berwarna hitam legam mulai dari mata pisau hingga ke gagang, berat pisau terletak di ujung, menandakan senjata tersebut merupakan senjata yang ideal dilemparkan ke sasaran meski dari jarak yang cukup jauh. Lebih seksama lagi Ki Demang memperhatikan pada batang pisau itu, terdapat ukiran aksara yang cukup jelas terbaca, 'Satya Haprabu Tan Satrisna'
Di satu sisi, bejarak lebih dari 3 tombak, Rakryan Rangga yang sengaja melempar pisau tersebut ke arah Ki Demang, mengetes sambil menguji kesiapsiagaan Ki Demang sekaligus mempertunjukkan keahliannya melempar pisau yang amat dikuasainya.
'Simpanlah pisau itu, setibanya di Tuban, jika ada yang meragukan jati dirimu, tunjukkanlah'
'Baik Tuban maupun Majapahit akan memahami kepada siapa dirimu mengemban tugas'
"Tandya", ucap balas Ki Demang, dan sambil lebih seksama lagi ia memperhatikan akasara pada batang pisau itu, sandi Satya Haparabu Tan Satrisna sangat membekas dalam ingatannya.
'Baiklah, jika demikian hamba pamit undur diri dan segera berkuda ke Tuban sekarang juga juga' kembali Ki Demang menjawab.
 "Sebentar lagi malam menjelang, tundalah, dan bersitirahatlah di wisma tamu", lanjut Rakryan Rangga, "Pagi buta berkudalah ke Ujung Galuh, tunjukkan lontar sandi ini ke Singha Nala, dia akan membantumu mengantar dengan perahu ke Tuban.
(bersambung)..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H