Selain saya ada juga yang menginap di Musholla lantai 1. Ada dua orang. Salah satunya saya sempat berbincang. Dia mengatakan bahwa dia akan berangkat ke Surabaya pukul 6 pagi. Maka itu, dari pada tidak terkejar, karena macet, dia memutuskan nginap di bandara.
Sebelum tidur, saya set alarm pukul 4 pagi. Waktu yang cukup buat sahur, sholat, lalu check-in.
[caption caption="Dalam Terminal 3."]
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/07/31/img-20150729-010119-55ba67420ab0bd6e048b4569.jpg?v=400&t=o?t=o&v=555)
[caption caption="Musholla di Terminal 3 lantai 1: rapi dan bersih."]
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/07/31/img-20150729-010355-55ba678da423bdd1048b4569.jpg?v=400&t=o?t=o&v=555)
[caption caption="Beberapa orang yang menginap di Musholla."]
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/07/31/img-20150729-020426-55ba67de1dafbd8a048b4569.jpg?v=400&t=o?t=o&v=555)
Perjalanan Pesawat (Cengkareng – Yogyakarta)
Alarm berbunyi. Bangun. Sahur. Sholat. Lalu ke counter check-in. Ternyata sudah ramai. Setelah mendapat boarding pass (perlu diketahui, bagi penumpang Air Asia yang tidak memiliki bagasi harus check-in sendiri di mesin yang sudah tersedia), saya menuju ruang tunggu. Nah, masalah baru muncul. Saya dicegat Security.
“Coba keluarkan barang-barang dari ransel Anda?”
Saya sudah paham. Pasti obeng.
“Seharusnya ini dimasukkan dalam bagasi!”
“Tapi saya tidak punya bagasi Mbak,” jawab saya.