Begitulah. Orang akan mendahulukan bermaafan dengan boss daripada teman yang di sekelilingnya dalam satu ruangan kecil. Bahkan banyak dari mereka yang akhirnya malah tidak bermaafan. Meneng-menengan. Dipikirnya tanpa ucapan dan salaman pun sudah saling memaaafkan. Yo wis gak popo lah kalau itu sudah disepakati sejak awal berteman.
Embuh rek. Kadang wetengku mules pas hari pertama masuk kantor setelah libur lebaran. Semua berebut menyalami boss, tapi nggak perduli dengan teman-temannya sendiri yang sebenarnya sudah tahu kehadirannya, bahkan lewat di depan matanya.
Makane talah nek gak iso ngomong iku nulis. Ngirim kartu ucapan di grup WA, fesbuk, banyak lah. Â Sing penting usaha, walau nggak ada yang nanggapi soalnya di WA sedang banjir kartu ucapan. Yang nggak asyik itu ngirim kartu ucapan tapi malah dimentahi oleh mereka nggak paham kapan guyon kapan serius. Dipikirnya melucu, padahal itu meremehkan. Jasik.
Ada lagi yang nggak paham etika bikin kartu ucapan. Kartu ucapan dengan gambar lucu itu nggak papa, asal ucapannya serius. Â Ini maksudnya biar nggak formal, cair, enak dilihat. Â Jangan bikin kartu ucapan yang gambarnya kacau, kata-katanya juga nggak mutu. Maksudnya melucu tapi malah merusak kesakralan Lebaran. Taek kon iku...huwehehehe guyon mas.
-Robbi Gandamana-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H