Momen lebaran memang indah. Di hari itu semua orang tersenyum ceria bahagia. Kabeh wong raine sumringah salam-salaman, lali utange.
Tapi tidak semua orang bisa memulai mengucapkan maaf. Ada yang karena introvert, kuper, atau pemalu. Ada yang memang anti sosial, Â sombong, benci, dendam, pokoke burek atine. Ada juga yang gengsi untuk memulai. Dan ini yang menjadikan awkward moment. Canggung men.
Di hari pertama masuk kantor setelah libur lebaran orang biasanya langsung bermaaf-maafan antar sesama penghuni kantor. Awalnya asyik-asyik saja, tapi jadi wagu ketika orang mendahulukan bermaafan dengan boss atau orang penting lainnya daripada teman satu ruangan yang tiap hari ketemu.
Ini konyol. Sama boss yang beda ruangan dan beda lantai  bisa bermaafan (pakai cium tangan lagi), tapi dengan teman satu ruangan malah tidak bermaafan. Ya'opo rek.
Kalau hari pertama bertemu di kantor tidak ber-mohon maaf lahir dan bathin, hari selanjutnya bakalan wagu melakukannya. Canggung. Setelah hari ketiga baru ngomong, "eh iyo aku durung lahir bathin karo awakmu." Lha wingi pas ketemu aku kok raimu meneng ae. Malah ndisikno salaman karo boss. Raimu.
Memang repot kok ngurusi orang yang sulit atau gengsi memulai. Untuk minta maaf saja harus nunggu momen yang pas. Ketika momen yang ditunggu-tunggu itu nggak ditemui, akhirnya nggak bermaaf-maafan sampai lebaran tahun depan. Itu kalau masih hidup.
Orang yang gengsi memulai itu biasanya karena merasa lebih tua, lebih kaya, pangkat atau strata sosialnya lebih tinggi, Â lebih terkenal, followernya lebih banyak, ilmune luwih sakti, pokoknya mereka-mereka yang terlalu jaga imej, jaga wibawa. Â
Memang ada garis tipis antara jaim dan sombong. Tapi yo wis lah mending kita berprasangka baik saja. Â Ojok gampang men-judge orang lain. Dalam hal maaf memaafkan ini, sebaiknya kita lebih banyak permakluman. Karena tidak semua orang itu grapyak, supel. Sing isinan dan ngisin- ngisini yo akeh.
Gak popo wis. Biasanya mereka-mereka yang saya sebut di atas itu tertolong oleh acara Halal Bihalal. Masalahnya sekarang ada pandemi, Halal Bihalal prei disik Ndes.
"Wong iku bedo-bedo..," Kata temanku tiap kali aku ngasih pandangan tentang seseorang atau golongan ---repot iki, orang jadi males beropini kalau tiap kali ngasih pandangan selalu dimentahi "wong iku bedo-bedo." Dunia jadi nggak meriah. Padahal kita juga perlu mendengar pandangan orang lain terhadap diri kita. Untuk koreksi diri---.
Kita harus sadar bahwa manusia itu punya sifat yang lengkap karena lebih sempurna dibandingkan makhluk ciptaanNya yang lain. Disadari atau tidak, sifat-sifat itu akan muncul di saat-saat tertentu. Salah satu dari sifat manusia itu adalah suka cari muka, penjilat, ngatok. Di hari Lebaran, sifat itu akan muncul. Ayo jujur saja, gak popo, itu wajar. Kita cuman manusia.
Begitulah. Orang akan mendahulukan bermaafan dengan boss daripada teman yang di sekelilingnya dalam satu ruangan kecil. Bahkan banyak dari mereka yang akhirnya malah tidak bermaafan. Meneng-menengan. Dipikirnya tanpa ucapan dan salaman pun sudah saling memaaafkan. Yo wis gak popo lah kalau itu sudah disepakati sejak awal berteman.
Embuh rek. Kadang wetengku mules pas hari pertama masuk kantor setelah libur lebaran. Semua berebut menyalami boss, tapi nggak perduli dengan teman-temannya sendiri yang sebenarnya sudah tahu kehadirannya, bahkan lewat di depan matanya.
Makane talah nek gak iso ngomong iku nulis. Ngirim kartu ucapan di grup WA, fesbuk, banyak lah. Â Sing penting usaha, walau nggak ada yang nanggapi soalnya di WA sedang banjir kartu ucapan. Yang nggak asyik itu ngirim kartu ucapan tapi malah dimentahi oleh mereka nggak paham kapan guyon kapan serius. Dipikirnya melucu, padahal itu meremehkan. Jasik.
Ada lagi yang nggak paham etika bikin kartu ucapan. Kartu ucapan dengan gambar lucu itu nggak papa, asal ucapannya serius. Â Ini maksudnya biar nggak formal, cair, enak dilihat. Â Jangan bikin kartu ucapan yang gambarnya kacau, kata-katanya juga nggak mutu. Maksudnya melucu tapi malah merusak kesakralan Lebaran. Taek kon iku...huwehehehe guyon mas.
-Robbi Gandamana-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H