Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jangan Paksa Rakyat Kere Menerapkan Hukum ala "Bule"

3 Oktober 2019   17:30 Diperbarui: 4 Oktober 2019   14:46 2156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demo mahasiswa di depan Gedung MPR/DPR Senayan, Jakarta Pusat Senin (23/9/2019)| Sumber: Kompas.com/M Zaenuddin

Undang-undang tadi kebanyakan diadopsi dari negara-negara mapan. Seperti Korsel, Amrik, Belanda, Jerman dan negara-negara Eropa lainnya. Masyarakat kotanya individualis. Nggoreng ikan asin atau terasi bisa dilaporkan polisi kalau tetangga kanan kiri terganggu, nggak suka baunya. Fak yu tenan.

Hidup di negara yang hukumnya sangat tertib itu melelahkan. Menebang pohon depan rumah saja harus izin otoritas setempat. 

Sepertinya aturan menyalakan lampu motor di siang hari itu juga adopsi dari luar. Negara tropis yang siang harinya terang benderang ini lampu motor harus dinyalakan. Menyebalkan.

Foto: detik.com
Foto: detik.com
Aku percaya seratus persen wakil rakyat itu orang cerdas. Iwan Fals bilang wakil rakyat itu kumpulan orang hebat, bukan kumpulan teman-teman dekat. 

Makanya kebijakannya atau rancangan undang-undangnya terlalu cerdas, sangat jauh melampaui zamannya. Mungkin studi bandingnya ke luar negeri. Kuliahnya juga di sana. Jadi pakai ukuran orang bule. Rakyat kere dipaksa menerapkan hukum ala bule.

Nggak heran kalau mahasiswanya pada demo. Mungkin kecerdasan para mahasiswa di bawah jauh wakil rakyatnya. Yo wis lah gak popo. Aku mendukung demo, tapi tidak mendukung anarkisme. Anarkis sepak ndase.

Yang nggak demo juga jangan baperan. Poster lucu-lucuan kok dikomentari serius. Mbok dirasakan auranya. Mana yang serius, mana yang enggak. Ketahuan kalau mabuk Pilpres. Mereka itu menyelam sambil buang air. Demo sekalian refreshing, bosen dari rutinitas perkuliahan.

Aku nggak masalah anak STM demo, asal nggak anarkis dan bukan demonstran bayaran. Tugas pelajar memang belajar, tapi demo itu sebenarnya proses belajar. Jangan diartikan sempit, belajar nggak hanya di kelas. Tapi ojok ngomong sopo-sopo yo. Wis gak usah dibahas.

Aku juga suka mahasiswa menolak diajak presiden berdialog di istana. Mereka hanya mau berdialog di depan publik, tempat terbuka. 

Kalau berdialog di istana (tempat tertutup) sambil makan-makan, bahaya! Karena satu keajaiban Jokowi adalah punya semacam pengasihan yang membuat orang jadi lulut dan manut. Tanyakan pada paranormal.

Para mahasiswa ini instingnya lumayan juga, punya semacam sidik paningal. Karena buanyak orang yang setelah diajak makan-makan di istana setelah itu jadi cinta mati Jokowi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun