Dewan Juri Yap Thiam Hien Award 2002 terdiri dari Prof Dr Soetandyo Wignjosoebroto, Prof Dr Azyumardi Azra, Dr Harkristuti Harkrisnowo, HS Dillon, dan Asmara Nababan, pada 27 November 2002, memutuskan secara bulat Thukul sebagai penerima Yap Thiam Hien Award ke-10, menyisihkan Sembilan puluhan peserta dan dua nominator.
Sebuah prestasi yang sangat luar biasa, mengingat Wiji Thukul adalah seorang putus sekolah tapi bisa menjelma jadi pemuda cadas dengan pemikiran luar biasa cerdas dan berani menyuarakan kebenaran melampaui mereka-mereka yang lulusan amrik.
Dari riwayat perjuangan Wiji Thukul ini kita banyak belajar banyak hal. Keberanian, keyakinan dan kesabaran luar biasa. Bahwa kebenaran tak bisa dikalahkan. Wiji Thukul mungkin berhasil dilenyapkan oleh kaki tangan Orba (sampai saat ini belum diketahui keberadaanya) tapi seribu Wiji Thukul akan lahir. Mereka adalah yang berempati dan terinspirasi yang meneruskan perjuangan. Penindas tak akan pernah tidur tenang lagi.
Melalui puisinya Thukul mengingatkan agar kita berani bersuara, tidak cuma diam asal admin eh..boss senang. Seperti dalam puisinya :
SAJAK SUARA
sesungguhnya suara itu tak bisa diredam
mulut bisa dibungkam
namun siapa mampu menghentikan nyanyian bimbang
dan pertanyaan-pertanyaan dari lidah jiwaku
suara-suara itu tak bisa dipenjarakan
di sana bersemayam kemerdekaan
apabila engkau memaksa diam
aku siapkan untukmu : pemberontakkan!
sesungguhnya suara itu bukan perampok
yang merayakan hartamu
ia ingin bicara
mengapa kaukokang senjata
dan gemetar ketika suara-suara itu
menuntut keadilan?
sesungguhnya suara itu akan menjadi kata
ia yang mengajari aku untuk bertanya
dan pada akhirnya tidak bisa tidak
engkau harus menjawabnya
apabila engkau tetap bertahan
aku akan memburumu seperti kutukan
(Solo, tanpa tahun)
Wiji Thukul juga mengkritik pedas orang yang berilmu tinggi tapi untuk membodohi dan menguasai rakyat jelata. Juga pada mereka yang berilmu tapi hanya diam membisu padahal angkara murka berada di sekitarnya.