Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Antara Good dan God

21 November 2015   11:59 Diperbarui: 29 Januari 2016   08:41 3963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jangankan komunis, agama pun kalau dijadikan partai akan jadi 'busuk'. Banyak orang alim yang begitu berpolitik terseret jadi munafik. Walaupun tidak semua politikus begitu. Cuman ingat : satu orang munafik lebih berbahaya dari seratus orang kafir.

Dan orang sekarang itu gampang banget mengkafirkan orang lain. Okelah kalau memang menurut ente orang lain itu kafir, jangan sampai kata itu keluar dari mulut, ucapkan dalam hati saja. Karena itu lebih maslahat daripada ente terang-terangan bicara di depan orangnya.

Ingat pitutur Emha Ainun Nadjib:

“Sudah, anggap saya ini kafir, terus apa hak anda? Atau hak orang lain terhadap saya? Ini menyangkut martabat manusia. Mengenai benar kafir tidaknya orang, itu wilayah Tuhan. Dalam urusan hubungan antar manusia adalah jangan nuding-nuding orang. Itu merendahkan dan menyakiti hatinya. Dalam Islam sangat dilarang menyakiti hati orang lain..." 

(Sebenarnya masih panjang pitutur beliau, tapi saya ambil yang terpenting saja. Soale aku ngerti ente wong sing gak betah moco tulisan dowo).

ISIS dan kelompok kolot yang lain masih saja menyalahartikan ayat soal "halal darahnya". Banyak orang yang hanya membaca ayat tanpa mau repot menelurusi dimana, kapan dan kenapa ayat itu turun.

Menurut KH Ahmad Muzammil, Pengasuh Ponpes Rohmatul Umam Jogja, Ketika Khalifah Abu Bakar Ashiddiq membunuh orang-orang yang murtad. Abu Bakar memposisikan dirinya sebagai pemimpin umat, sehingga dia berada dalam ruang jabatan politik. Penyebab dibunuhnya orang-orang murtad oleh Khalifah Abu Bakar saat itu karena mereka dianggap sebagai gerakan separatis yang berpotensi mengganggu jalannya roda pemerintahan di bawah kepemimpinan Abu Bakar saat itu.

Sehingga alasan utama membunuh orang-orang murtad tersebut bukan kemurtadannya tapi karena separatisnya yang mengganggu pemerintahan. Dan hal ini tidak bisa dijadikan sebagai landasan agama. Kalau kemudian menjadi landasan pemikiran politik, itu suatu hal yang mungkin dilakukan, karena tiap penguasa politik pasti memiliki sensitifitas yang tinggi soal ancaman terhadap kekuasaannya.

Sekarang marak aliran-aliran kaku, ketika ada umat yang sesat langsung disikat. Tanpa repot mengajaknya dialoq, langsung bakar rumahnya, diusir dari tanahnya sendiri. Itulah yang bikin orang lari dari Islam. Kalau orang melihat Islam itu menakutkan, orang akan lari menghindari (menjauhi) Islam. Maka nggak heran banyak orang yang Islamophobia. Seolah-olah Islam adalah agama perang.

Gus Mus pernah menyatakan bahwa orang beragama itu kayak orang sekolah, ada tingkatannya. Ada yang TK, SD, SMP. SMA dan seterusnya.  Yang SMA sukanya reseh dan main pukul pada yang masih SMP, SD atau TK. Yang sudah S1 lebih bijaksana karena tahu betul cara menyikapi permasalahan.

Lebih lanjut Gus Mus menegaskan, silakan anak-anak muda berpikir paling gila sekalipun tapi ingat satu hal : jangan berhenti belajar! Mereka-mereka yang suka reseh dan main pentung di masyarakat itu adalah mereka yang berhenti belajar, karena merasa sudah pandai.  Biasanya memang kalau masih SD, SMP atau SMA  itu sukanya berantem dan main pukul. Disangkanya agama itu mukul orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun