Mohon tunggu...
Rizka Verdiana
Rizka Verdiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi universitas darussalam gontor

study now be proud tomorrow

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bulan yang Redup

7 September 2021   16:27 Diperbarui: 7 September 2021   16:30 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

1

KISAHKU

            Hai, Namaku veina artha natasya. Biasanya aku dipanggil vey oleh teman-temanku. Aku menempuh pendidikan ku di SMA Gruda. Sekarang aku duduk di kelas XI, aku dikenal sebagai anak berprestasi disekolahku. Tapi, semua itu tidak cukup bagiku sebelum aku busa membahagiakan kedua orang tuaku. Ayahku seorang polisi disalah satu kantor di Jakarta, bundaku pemilik restaurant yang sangat ramai pengunjungnya. Dari teman-teman sebaya ku, orang tua ku bisa memberikan semua yang kau minta. Tanpa lama-lama apa yang aku minta akan di turutinya. Sedangkan, temanku yang lainnya jika meminta kepada orang tuanya harus menunggu lama hingga permintaannya dituruti.

            Suatu ketika aku beretmu dengan salah seorang temanku, namanya rein. Ia memang anak yang sangat pintar dan cerdas. Karena ketekunan dan kesungguhan ia dalam belajar akhirnya ia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan sekolahnya di Tokyo. Ia bukan termasuk keluarga yang kaya raya. Akan tetapi orang tuanya hanya bisa membiayainya sekolah dan belum bisa mengabulkan apa yang ia inginkan. Suatu ketika ia bertanya kepadaku....

" vey, adakah harapan yang belum kamu capai hingga saat ini?" kata rein kepadaku. " yaaa. Pasti ada, aku ingin membanggakan orantuaku dengan kesuksesanku dalam meraih cita-cita ku". Jawabku. " jika kamu diberikan kesempatan untuk belajar dinegara orang, sedangkan orangtua kamu tidak mempunyai biaya untuk itu, apa yang kamu lakuakan vey?" kata rein. " aku akan berusaha mengumpulkan uang dan mencari uang untuk menambah biaya aku hidup dinegara orang lain, jika memang tidak mencukupi mungkin itu memang bukan takdirku untuk bisa menuntut ilmu dinegara lain.." kataku.

            Sejenak rein terdian setelah menndengarkan jawabanku. Lalu, aku bertanya kepadanya " rein, kenapa kamu terdiam? Apakah ada hal yang membuat kamu bimbang untuk menerima beasiswa itu rein?". Lalu ia menjawab dengan wajah penuh dengan harapan " vey, aku bukan orang yang kaya raya, ayahku bisa membiayai aku sekolah SMA saja aku sudah bersyukur sekali, tapi aku bingung bagaimana kau hidup di Negara lain jika tidak ada biaya nya?". Akupun ikut merasakan apa yang dirasakan rein saat ini. Semakin lama percakapan ini membuat rein menjadi bersedih. Lalu aku memutuskan untuk mengajak rein untuk kembali pulang kerumah.

            Setelah sampainya aku mengantarkan rein pulang, aku mulai berfikir tentang semua yang sudah aku punya saat ini. Aku hidup diantara keluarga yang sangat berkecukupan. Semua yang aku minta selalu dituruti oleh ayah dan bundaku. Tapi sampai saat ini aku belum bisa membanggakan orang tuaku dengan prestasi-prestasiku saat ini. Sedangkan rein, ia hanya orang biasa yang mana orantuanya belum bisa memberikan semua yang ia butuhkan, tapi dengan ketekunan dan kesungguhan ia dapat membanggakan orang tuanya.

2

MIMPIKU

            "kriiinggg...."

            Suara bel sekolah terdengan sangat jelas ketika jam menunjukkan pukul 07.00. gerbang sekolahpun ditutup oleh seseorang berseragam coklat yang berdiri tegak tepat didepan gerbang sekolah. Para muridpun bergegas untuk memasuki kelas masing-masing dengan tertib. Semua bersemangat unutk belajar demi meraih cita-cita dan mimpi mereka masing-masing. Suasana kelasku pun sangatlah damai dan tenag, semua memperhatikan gur yang sedang menjelaskan pelajaran didepan kelas.

            Aku duduk sati bangku dengan rein, temanku. Kami berdua dengan serius memperhatikan guru dan menulis serta mengerjakan tugas yang diberikan guru kami. Sampai akhirnya terdengar suara bell istirahat tiba. " kringgg...kringg..kring...." kamipun bergegas keluar kelas. Ada yang ke kantin, kelapangan bola, bercanda di kelas, bertemu dengan teman-teman lainnya. Aku dan rein menggunakan waktu unutk pergi ke taman unutk membaca buku yang kami bawa. Tak terasa bel masuk kelas pun berbunyi, kami melanjutkan belajar kami di dalam kelas. Hingga bel pulang pun tiba." Kringg...kringgg...kringgg" kamipun pulang kerumah maisng-masing.

            Setelah murid-murid keluar dari kelas terlihat di papan pengumuman terdapat pengumuman terbaru. Aku dan rein pun segera mendekat dan melihat pengumuman yang telah terpapang di papan pengumuman. " Diumumkan kepada seluruh siswa/siswi SMA Garuda bahwasannya akan diadakan perlombaan cerdas cermat . dan bagi juara akan mendapatkan beasiswa ke Tokyo. Perlombaan akan diadakan hari sabtu, 15 maret 2020 di balai pertemuan SMA Garuda".Ternyata pengumuman tentang perlombaan cerdas cermat, ingin rasanya untuk mengikuti perlombaan itu. " rein, gimana kalau aku ikut perlombaan ini ya? Ingin saja aku mengikutinya, mungkin kita kan pergi ke Tokyo bersama." Kataku kepada rein. " " iya vey, aku setuju kalau kamu ikut. Emanga seharusnya kamu ikut, kan kamu pintar vey". Kata rein dengan semangat. Lalu kami meningglkan papan pengumuman itu dan menuju gerbang untuk pulang.

Terlihat dari ujung gerbang sosok seorang wanita yang belum terlalu tua berdiri menunggu anaknya pulang dari sekolah, dia adalah bundaku tersayang. Aku dan rein yang sedang berjalan bersamaan ketika sesampainya digerbang kita pun berpisah unutk pulang kerumah. Dengan segera aku menemui bunda dan bersalaman kepadanya. Di tengah perjalanan pulang aku bercerita kepada bunda tetntang perlombaan yang tadi aku lihat dengan rein. " bunda, tadi di sekolah ada perlombaan cerdas cermat, bagaimana kalau aku ingin ikut perlombaan itu bunda. Juara lomba itu mendapatkan beasiswa ke Tokyo. Boleh nggak kalau vey ikut lomba itu bunda?. Kataku kepada bunda. " nggak apa-apa vey, semua yang kamu lakukan bunda dan ayah pasti akan mendukung. Apasi yang enggak buat ana bunda...." Kata beunda dengan senyumnya yang indah.

            Hari esok, perlombaan cerdas cermat disekoalhku akan dilaksanankan. Dengan rasa berani dan kesungguhan aku ikut mendaftarkan diri untuk mengikuti lomba tersebut. Aku mempersiapkan diri dengan matang untuk mengituki perlombaan itu. Aku berharap aku bisa menjadi pemenang dalam lomba itu. Dan ternyata ayah dan bunda ikut serta dating dalam perlombaan ini. Hal itu yang membuat semangatku lebih berkobar untuk mempersiapkan diri matang-matang. Aku kan menunjukkan kebunda dan ayah kalau aku bisa membanggakan mereka berdua. Tidak aku sangka teman baikku rein ternyhata juga hadir memberikanku semnagat mengikuti lomba itu. Terdengar dari jauh teriakan " veina arha natasya... pasti kamu bisa vey!!!!". Ternyata itu teriakan reian yang memberikanku semnagat dan dukungan. Tak lama, pembawa acara membuka acara dan memulai perlombaan itu. Lembar soal telah dibagikan, dan aku telah siap unutk menjawab soal-soal itu.

            Tak lama sekitar satu jam setelah  diberiakn waktu untuk menjawab semua soal terdengan suara bel pengumpulan lembar jawaban " krrriiiiingggggg........" dengan sigap aku mengumpulkan lembar jawabanku. Tak lama juri menilai dan mengkoreksi lebar jawaban kami, pembawa acara berdiri di tengah panggung siap membacakan nilai hasil lomba kali ini. Aku berdoa dan selalu positif thingking aku akan menjadi pemenag dalam lomba ini.

Akhirnya pembawa acara memulai mengumumkan pemenang lomba. " pemenag lomba cerdas cermat SMA garuda diraih oleh ......." Seiring itu terdengar suara dari arah penonton " veina pasti menang....!!!!" Kata rein. " veina kamu bisa nak.....!!!" kata orang tuaku. Dan akhirnya pembawa acara pun menyebutkan pemenangnya, " pemenang lomba cerdas cermat diraih oleh saudari veina artha natasya dengan nilai 9,5...!!!" saat mendengar suara itu, ternyata yang tersebutkan adalah nama aku.tidak aku sadari ternyata kerja kerasku dan kesungguhanku dapat terbayarkan. Alhamdulillah, aku bisa membanggakan orang tua ku dan berangkat ke Tokyo bersama teman baikku rein. Aku peluk erat tubuhnya karena ia aku belajar  menjadi orang yang tekun dan bersungguh-sungguh, Serta bagaimana kita membanggakan orang tua. Ketika itu ia mengatakan sesuatu kepadaku.

" vey, selamat ya atas kemenangan kamu. Selamat kamu bisa belajar ke Tokyo dan meraih semua mimpi kamu". Katanya kepadaku. " iya,, nanti kita pergi ke Tokyo bareng-bareng ya rein. Kita belajar bareng, sukses bareng rein". Kataku padanya dengan rasa gembira. Tapi, aku lihat raut muka rein yang tiba-tiba berubah menjadi lesu dan lemas setelah mendengarkan perkataanku. " rein, kenapa jadi lesu dan lemas. Apa kamu tidak ingin pergi belajar bersama denganku? Atau kamu tidak ingin meraih cita-cita bersama dengan ku?". Kataku padanya. Dengan nada yang lemah ia mengatakan padaku " vey, sebenarnya aku telah mengundurkan diri untuk mengambil beasiswa out dan pergi kke Tokyo. Dan perlombaan ini yang memang sengaja diadakan untuk mencari penggantiku menerima beasiswa ketokyo itu. Dan ternyata yang menjadi pemenangnya adalah kamu, makasih ya vey. Aku yakin memang kamu yang berhak menerima itu dari pada aku vey. Berikan yang terbaik untuk orang tua, guru dan semua orang yang ingin kamu banggakan vey".

Sejenak aku terdiam mendengar cerita rein yang membuatnya merasa mimpinya tidak akan tercapai hanya karena biaya yang menghambatnya. Disisi lain aku merasa bahwa ini memang bukan hakku untuk mendapatkan ini semua, ini hak rein yang mungkin ia relakan karna kekurangan biaya unutuk berangkat untuk menempuh pendidikan yang ia inginkan. Mimpiku memang sangat tinggi, tapi aku bersyukur memiliki teman seperti rein yang selalu menyemangatiku. Kita berdua memiliki mimpi yang hampir mirip. Tapi, karena kurangnya biaya ia harus memutuskan untuk memutskan mimipinya hingga jenjang SMA.

Ia pun harus merelakan beasiswa yang didapatnya untuk diberikan kepadaku. Tapi itu tidak akan mematahkan semangatnya untuk selalu bersyukur dan berusaha bersungguh-sungguh unutk meraih cita-citanya. Meski, kini semua belum bisa ia capai dan ia gapai. " rein, bukan maksud kau untuk mengambil hak kamu untuk pergi ke Tokyo, tapi jika aku tau dari awal, aku tidak akan mengikuti perlombaan ini. Aku akan memilih untuk tetap bersama kamu meraih mimpi dan cita-cita kita bersama rein." Kataku kepadanya. " tidak apa-apa vey, mungkin ini memang bukan kesempatan aku ini kesempatan kamu untuk pergi dahulu, mungkin suatu saat aku akn bisa menemuimu di tokyo." Kata rein dengan penuh kepercayaan. Aku hanya bisa tersenyum karena bisa melihat rei tersenyum lebar.

3

KECEWA

            Setelah 2 tahun kemudian...........

Hari kelulusan sekolah pun tiba, setelah aku mengikuti lomba beasiswa ke Tokyo itu. Pagi ini, hari kelulusan aku dan teman-temanku, tapi hari ini juga ayahku tidak dapat menghadiri acara kelulusanku karena tugasnya mengabdi kepada Negara yang tidak bisa di tinggalkan. Aku hanya berangkat denga bundaku yang selalu menemaniku. Saat namaku dipanggil "veina artha natasya binti novail farisy" ketika itu rasa kebahagiaan dan kesenangan memenuhi hati dan senyum diwajahku.

" happy graduation, sayangku...." Kata bundaku ketika sampainya dirumah. " makasih bunda, vey nggak akan bisa sukses tanpa adanya bunda dan ayah" kataku kepada bunda. " iya, vey, bunda dan ayah akan selalu ada buat vey. Vey semangat yah belajarnya, bentar lagi vey akan belajar mandiri di Negara lain. Bunda dan ayah tidak bisa menemani vey setiap hari, vey harus bisa meraih semua yang vey inginkan. Bunda dan ayah hanya bisa memndoakan dan mendukung vey.." nasehat bunda kepadaku. " okey, bundaku tersayang.." kataku sambil memeluknya erat.

Selang bebrapa menit setelah aku dan bunda berbincang terdengar suara telfon dari hp bunda," kring...kring...kring.." dengan segera bunda mengangkat telepon itu, yang ternyata nomor itu tidak dikenal dihp bunda. " assalamualaikum....." kata bunda mengawalinya dengan salam. " waalaikum salam, apakah ini benar dengan keluarga bapak novail farrisy?". Kata orang di dalam telpon itu. " iya, dengan saya istri bapak novail farisy, maaf ini dengan siapa? Dan ada keperluan apa ya ?" Tanya bunda. " saya rekan kerja bapak novail, hanya ingin mengabarkan telah melakukan tindakan korupsi dan akan dihukum penjara seumur hidup. Apakah pihak keluarga bisa menghadiri siding bapak novail?" kata rekan kerja ayah. " astagfirullah haladzim.. baiklah kira-kira kapan akan diadakan sidang pak?" Tanya bunda. " kira-kira sidang akan dilaksanakan besok pagi hari jam 09.00 tepat di kantor persidangan Jakarta pusat". Katanya. " baiklah, terimakasih atas informasinya".Kata bunda "sama-sama, sekian terimakasih, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh" " waalaikumsalam.pak".

Terlihat raut wajah bunda yang tidak sebahagia seblumnya. Yang sedari tadi kami bersenda gurau semua itu sirna seketika kami mendapati telepon dari rekan kerja ayah. Rasa kecewa dan henungpun menyelimuti hati kami. Tak tau harus bagaimana, tetapi memang ini mungkin jalan ujian keluargaku. Ingin rasanya aku meluapkan kekecewaanku kepada ayahku, akan tetapi aku rasa tidak ada yang harus aku lakukan kecuali mendoakan semuanya agar baik-baik saja. Mau bagaimanapun ayah itu orangtua ku.

Aku melihar kekamar bunda yang sedari tadi setelah menyudahi telpon dengan rekan kerja ayah belum sempat mengeluarkan satu katapun dari mulutnya. Aku tau apa yang dirasakan bunda saat ini, mau senang karena keberhasilanku atau kecewa karena perlakuan ayahku. Semua menyelimuti hati bunda yang membuatnya merasa tergoncangkan saat ini. Dengan berani aku meminta izin bunda untuk menemuinya dan masuk kamar menemaninya.

" bunda, bolehkan vey masuk bunda?". Kataku dengan lirih,takut menggangu waktu bunda sendiri. " iya, vey masuklah, nak" kata bunda dengan nada penuh dengan pikiran. Akupun dengan [erlahan menutup pintu dan duduk di sebelah bunda. Ketika itu bunda langsung memelukku erat sambil berkata " vey, maafin ayah ya!, maafin bunda belum bisa mengingatkan ayah, belumbisa membahagiakan kamu. Sampai kamu harus tau hal yang harusnya kamu tidak tau. Bunda tidak tau jika akan terjadi seperti ini. Sekarang, bunda belum tau  harus bagai mana. Tapi bunda janji, bunda akan selalu buat kamu bahagia, vey. Ingat ya vey, walaupun ayah seperti ini dia tetap ayah kamu. Tutupilah rasa kecewa kamu dengan ayah kamu. Mungkin ini memang allah sedang menguji kita. Bunda yakin vey anak yang kuat, kita bisa melalui semua ini. Sekali lagi, maafin bunda, vey". Tak terasa ternyata wajah bunda yng biasa berseri dan penuh dengan senyuman, kini harus terbasahi oleh derasnya air mata yang menetes ke pipi bunda. Tak sanggup aku melihat wajah bunda terbasahi dengan kesedihan yang ia rasakan sekarang.

" bunda, yang sabar ya!. Vey akan selalu disamping bunda dan ada buat bunda. Bunda percaya sama vey, semua pasti baik-baik saja kok bunda. Vey akan berusaha untuk bisa bahagiakan bunda dan ayah. Vey nggak pernah malu kok bunda kalau temean vey suatu saat akan mengejek dan menghina vey. Selama masih ada bunda dan ayah vey akan baik-baik saja bunda." Kataku pada bunda untuk menenangkan kesediahn bunda. Seketika aku lihat senyuman raut indah bunda, tapi hal itu hanya sejenak saja aku melihatnysa. Setelah itu, kembalilah raut muka bunda seperti dalam kesedian.

Keesokan harinya......

Aku dan bunda bersiap-siap untuk mengahdiri persidangan ayah. Kamipun mempersiapkan diri dan hati untuk menghadap hakim dipersidangan nanti. Akan kita terima apapun yang akan terjadi setelah persidangan  selesai. Sedari kemaren setelah pengumuman kelulusanku tidak ada sedikit kabar dari ayah, aku dan bunda belum bertemu dengan ayah semenjak ayah berangkat dinas pagi itu. Dan sekarang kita akan dipertemukan dihadapan persidangan. Tak tau apa yang ada dipikiran bunda saat ini. Aku hanya melihatnya murung dan seperti menanggung beban sedari kejadian kemarin. Sekitar pukul 06.30, Aku dan bundapun sudah siap dan akhirnya bunda mengeluarkan mobil dari garasi yang ada di saming rumahku. Jarak yang kami tempuh sekitar + 1 km dari perumahanku.

Tak lama sekitar setengah jam perjalanan kami pun sampai di kantor persidangan. Tak kuasa hati ini melihat ayahku, tapi apalah daya kami tidak akan bisa melakukan apapun, hanya doalah yang bisa kami berikan. Kubuka pintu mobil dengan pelan aku melihat seuah gedung yang tinggi nan indah bagaikan istana raja. Tetapi dalamnya menakutkan seperti memasuki rumah kosong nan hening. Kulangkahkan kakiku dengan bunda menuju pintu masuk gedung itu.

Terlihat dari jauh pintu tinggi yang terbuka luas untuk kami. Sesampainya di ujung pintu gedung kulihat raut muka bunda yang semkain tegang dan entah kemana fikirannya. Kami beranikan diri masuk gedung itu, kita temui sosok seorang laki-laki yang berdiri tegak menghadap pintu menyambut kedatangan kami berdua dan di belakangnya tampak seseorang yang berbaju jubbah yang akan menghakimi orang yang ada didepannya dia adalah ayahku. Seseorang yang belum kita lihat sosoknya ssejak ia berangkat  pamit berdinas bertepatan dengan kelulusanku. Bahkan ayahpun belum mengucapkan kepadaku atas kelulusanku. Apakah ini hadiah terindah yang ayah berikan saat kelulusanku?.

Aku dan bunda dengan segera mendatangi ayahku dan memeluknya erat, layaknya kita belum bertemu 1 bulan yang lalu. Terlihat raut wajah ayah yang penuh dengan rasa bersalah dan kekecewaan dengan dirinya sendiri. "ayah, kemarin hari kelulusanku, apa ini hadiah terindah yang ayah berikan atas kelulusanku?". Kataku padanya dengan nada lirih. Terlihat tak tau apa yang harus ia jawab atas pertanyaanku tadi, ia hanya terdiam tak tau harus bagai mana." Vey ayo, kita duduk dahulu karena acar akan dimulai". Saut bunda untuk mengalihkan pembicaraanku. " iya bunda". Jawbaku.

Aku dan bunda duduk paling depan dekat dengan tempat duduk ayah. Setelah beberapa saat hening yang menyelimuti ruangan ini, akhirnya hakim memulai sidangnya. Aku dan bunda hanya bisa terdiam mendengarkan semua yang dibicarakan ayah dengan hakim. " saudara novail farisy, melihat apa yang saudara lakukan telah melanggar ................." hakim berbicara panjang mengawali pertanyaan untuk ayah. " dari ini kamu putuskan bahwa saudara akan mendapatkan hukuman selama 5 tahun penjara." Tok...tok....tok... suara hakim memukulkan palunya. Yang mana tandanya ayah akan dipenjara selama 5 tahun, aku dan bunda akan hidup berdua tanpa hadirnya ayah.

Setelah ditutupnya persidangan, aku dan bunda bertemu ayah sebelum kami meninggalkan ayah pulang. Akupun mendekat ketempat ayah berdiri " ayah, jaga diri baik-baik ya, vey akan jaga bunda sekuat dan semampu vey. Ayah tenang saja bunda dan aku akan baik-baik saja. Aku berdoa ayah akan cepat pulang bersama kami lagi" kataku pada ayah. " iya vey, maafin ayah ya, belum bisa jadi ayah terbaik untuk vey. Ayah janji tidak akan mengecewakan vey dan bunda lagi. Jaga bunda baik-baik vey sampai ayah bisa menjaga kalian berdua lagi. Ayah akan baik-baik saja disini. Bunda, maafin ayah yaa, belum jadi yang bunda mau, belum bisa jadi suami yang baik. Jaga vey baik-baik ya bunda. Ayah pasti akan membelas kekecewaan kalian". Jawab ayah. Setelah mengatakan itu ayahpun memeluk kami dengan erat, tak lama pelukan itu hilang meninggalkan kami. Bunda hanya bisa meneteskan air mata kesedihannya, tak tau harus berkata apa.

4

TANPA AYAH

            Setelah persidangan ayah seminggu yang lalu, aku dan bunda tidak lagi tinggal dirumah yang kita tinggali sebelumnya. Karena semua fasilitas ayah telah diambil kembali oleh yang berhak. Aku dan bunda tinggal dirumah kontrakan sementara. Rumah yang kecil, penuh dengan bunga dan tanaman yang asri. Aku tidak lagi tinggal dikota dekat dengan rumah sahabatku rein. Kini kamipun harus terpisah jauh. Belum sempat aku bercerita dengan apa yang terjadi, dan berpamitan dengannya. Aku dan bunda membuka warung makanan kecil didepan rumah. Tak tau dari mana kami akan mendapatkan uang, akan tetapi bunda selalu berusaha untuk mendapatkan uang, Demi kami bisa makan dan mencukupi keseharian kami. Setelah semiggu ayah meninggalkan kami berdua, kami tidak tau bagaiman kehidupan kami kedepannya. Mungkin kau kana membatalkan keberangkatan ku ke Tokyo dekat-dekat ini.

"bunda,, bolehkah kalau vey membatalkan keberangkatan ke Tokyo? Vey mau menemani bunda, vey nggak mau bunda sendiri disini." Kataku meminta izin bunda." Nggak apa-apa vey. Kamu harus bisa meraih cita-cita kamu. Bagaimanapun keadaannya kamu nggak boleh berhenti sampai sini. Bunda janji akan membiayai vey hingga lulus. Bunda baik-baik saja disini vey." Kata bunda dengan penuh harapan dan kesemangatan. Tetapi hati ini tak bisa meninggalkan bunda dan melihat bunda bersusah payah sendiri. Bagaimanapun aku harus tetap disamping bunda.

"Kukuuruuyuukkk......." Suara ayam pagi hari menambah keindahan pagi ini.

  " vey, bantu bunda masak buat jualan yuk vey" panggil bunda. Akupun segera kedapur menemui bunda " iya unda, apa yang bisa vey bantu?" kataku dengan semangat. " vey minta tolong titipkan makanan ke took bu lastri ya!...." kata bunda." Iya bunda" jawabku. Akupun segera pergi ke toko bu lastri dengan membawa kue kering yang dibuat bunda untuk dijual.

"assalamualaikum.. bu lastri....!!.." panggilku" iya neng, mau titip makanan ya, taruh saja di atas meja depan nanti iubu rapikan!!" perintahnya sambil menata barang di dalam toko. Aku pun menaruh barang itu lalu kemabli kerumah untuk membantu bunda lagi. Stelah ketiadaan ayah bunda yang bekerja keras banting tulang untuk kami makan dan membayar kontrakan. Karena semua telah diambil tanpa sisa apapun untuk kami. Bunda menjual makanan basah dan menitipkan roti keringnya di toko bu lastri. Dari hasil itulah kami makan dan membayar kontrakan.

Aku bertekad akan membatalkan kuliah ku ke Tokyo demi bunda. Pagi ini aku ank menghadap bapak kepala sekolah untuk meceritakan semua. Aku berharap aka nada kesempatan lagi suatu saat nanti.

"tiinnnnn..." suara bis dating. Akupun menaikinya untuk pergi ke sekolahku dulu. Taanpa aku bilang bunda akupergi sendiri. Setelah beberapa menit samapilah aku didepan gerbang SMA Gruda. Sudah lama aku tak melihat dan dating ke sini. Aku masuk dan bertemu bapak satpam penjaga gerbang " mari pakk," kataku " iaya neng silahkan" jawabnya.

Akupun menuju ruang kepala sekolah yang berada dipojok kanan sekolah. Setelah itu aku menemui bapak kepasa sekolah dan menceritakan kepadanya. " permisi pak..." kataku sambil mengetok pintu, " iya silahkan masuk" jawabnya. Akupun masuk kantor dan duduk didepannya. " pak, kedatangan saya kesini, saya inin membatalkan beasiswa ke toyko saya pak..." kataku dengan penuh kepastian " loh, kenapa? Bukannya kamu punya banyak potensi dan pintar?" jawabnya. " iya pak, tapi keadaan saya sekarang tidak memungkinkan untuk berangkat pak. Ayah saya baru masuk penjara dan bunda saya belum punya cukup biaya untuk saya pak." Kataku dengan nada lirih. Sejenak bapak kepala sekoalh terdiam " ya sudah, mungkin lain waktu kamu akan menndapatkan kesempatan yang lain.bapak akan segera carikan penggantinya." Katanya dengan penuh senyuman. " naik pak terimakasih. " " iaya sama-sama"

Sesamapinya dirumah, aku baru bercerita dengan bunda tetntang hal ini. " bunda, aku habis dari sekolah membatalkan beasiswaku" kataku. Dengan terkejut bunda langsung menyambar " kenapa"kamu batalkan? Sudah bunda bilang, bunda akan membiayai kamu samapai cita-cita kamu tercapai vey. Tidak usah ragukan bunda. Bunda tidak mau kamu mengguguurkan semua mimpi kamu hanya karena ini." Kata bunda dengan lantang. Tapi aku tidak bisa melihat bunda seperti ni terus, aku harus di sam[ing bunda. Maafkan vey ya bunda, vey nggak tai harus bagai mana sekarang. Vey yakin mimpi vey akan tercapai suatu saat nanti. Percaya aku bunda.(kataku dalam hati).

Akupun jalani hari dengan bunda dengan penuh kebahagiaan. Walaupun hanya dirumah kecil, makanan seadanya, dan itu semua penuh dengan kasih sayang dan senyuman. Aku cukup bahagia dengan ini. Kami akan menunggu ayah hingga dating dan bersama lagi. Aku rindu dengannya tapi kecewa masih terbesit di dalam hatiku. Apalagi bunda, yang harus berjuang seniri dan bertahan demi aku dan ayah. Meski beban yang ia timmpa banyak dan berat. Tapi tak pernah ia keluarkan dari mulutnya kata lelah dan letih. Selalu terlukis di wajahnya senyum manisnya seperti tiada beban yang ia tanggung.

Makasih bunda, sudah memberikanku semuanya, walaupun hal kecil itu berarti besar untukku. Senyum kecilmu itu yang membuat kau merasa baik-baik saja. Dan kebersamaan dengan mu yang membuat aku merasa terlindungi oleh sosok mu. Kerja kerasmu yang membuat aku sadar, tak aka nada kekuatan tang hebat kecuali kekuatan bunda. Yang telah menjadi bunda bahkan engkau terkadang harus berperilaku layaknya sosok seorang ayah. Karena enngkau tak ingin melihat anak mu merasa tidak memiliki sosok ayah dan kecewa terhadap ayahnya.

Terimakasih Bunda.....................

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun