Mohon tunggu...
Rizka Verdiana
Rizka Verdiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi universitas darussalam gontor

study now be proud tomorrow

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bulan yang Redup

7 September 2021   16:27 Diperbarui: 7 September 2021   16:30 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Terlihat dari jauh pintu tinggi yang terbuka luas untuk kami. Sesampainya di ujung pintu gedung kulihat raut muka bunda yang semkain tegang dan entah kemana fikirannya. Kami beranikan diri masuk gedung itu, kita temui sosok seorang laki-laki yang berdiri tegak menghadap pintu menyambut kedatangan kami berdua dan di belakangnya tampak seseorang yang berbaju jubbah yang akan menghakimi orang yang ada didepannya dia adalah ayahku. Seseorang yang belum kita lihat sosoknya ssejak ia berangkat  pamit berdinas bertepatan dengan kelulusanku. Bahkan ayahpun belum mengucapkan kepadaku atas kelulusanku. Apakah ini hadiah terindah yang ayah berikan saat kelulusanku?.

Aku dan bunda dengan segera mendatangi ayahku dan memeluknya erat, layaknya kita belum bertemu 1 bulan yang lalu. Terlihat raut wajah ayah yang penuh dengan rasa bersalah dan kekecewaan dengan dirinya sendiri. "ayah, kemarin hari kelulusanku, apa ini hadiah terindah yang ayah berikan atas kelulusanku?". Kataku padanya dengan nada lirih. Terlihat tak tau apa yang harus ia jawab atas pertanyaanku tadi, ia hanya terdiam tak tau harus bagai mana." Vey ayo, kita duduk dahulu karena acar akan dimulai". Saut bunda untuk mengalihkan pembicaraanku. " iya bunda". Jawbaku.

Aku dan bunda duduk paling depan dekat dengan tempat duduk ayah. Setelah beberapa saat hening yang menyelimuti ruangan ini, akhirnya hakim memulai sidangnya. Aku dan bunda hanya bisa terdiam mendengarkan semua yang dibicarakan ayah dengan hakim. " saudara novail farisy, melihat apa yang saudara lakukan telah melanggar ................." hakim berbicara panjang mengawali pertanyaan untuk ayah. " dari ini kamu putuskan bahwa saudara akan mendapatkan hukuman selama 5 tahun penjara." Tok...tok....tok... suara hakim memukulkan palunya. Yang mana tandanya ayah akan dipenjara selama 5 tahun, aku dan bunda akan hidup berdua tanpa hadirnya ayah.

Setelah ditutupnya persidangan, aku dan bunda bertemu ayah sebelum kami meninggalkan ayah pulang. Akupun mendekat ketempat ayah berdiri " ayah, jaga diri baik-baik ya, vey akan jaga bunda sekuat dan semampu vey. Ayah tenang saja bunda dan aku akan baik-baik saja. Aku berdoa ayah akan cepat pulang bersama kami lagi" kataku pada ayah. " iya vey, maafin ayah ya, belum bisa jadi ayah terbaik untuk vey. Ayah janji tidak akan mengecewakan vey dan bunda lagi. Jaga bunda baik-baik vey sampai ayah bisa menjaga kalian berdua lagi. Ayah akan baik-baik saja disini. Bunda, maafin ayah yaa, belum jadi yang bunda mau, belum bisa jadi suami yang baik. Jaga vey baik-baik ya bunda. Ayah pasti akan membelas kekecewaan kalian". Jawab ayah. Setelah mengatakan itu ayahpun memeluk kami dengan erat, tak lama pelukan itu hilang meninggalkan kami. Bunda hanya bisa meneteskan air mata kesedihannya, tak tau harus berkata apa.

4

TANPA AYAH

            Setelah persidangan ayah seminggu yang lalu, aku dan bunda tidak lagi tinggal dirumah yang kita tinggali sebelumnya. Karena semua fasilitas ayah telah diambil kembali oleh yang berhak. Aku dan bunda tinggal dirumah kontrakan sementara. Rumah yang kecil, penuh dengan bunga dan tanaman yang asri. Aku tidak lagi tinggal dikota dekat dengan rumah sahabatku rein. Kini kamipun harus terpisah jauh. Belum sempat aku bercerita dengan apa yang terjadi, dan berpamitan dengannya. Aku dan bunda membuka warung makanan kecil didepan rumah. Tak tau dari mana kami akan mendapatkan uang, akan tetapi bunda selalu berusaha untuk mendapatkan uang, Demi kami bisa makan dan mencukupi keseharian kami. Setelah semiggu ayah meninggalkan kami berdua, kami tidak tau bagaiman kehidupan kami kedepannya. Mungkin kau kana membatalkan keberangkatan ku ke Tokyo dekat-dekat ini.

"bunda,, bolehkah kalau vey membatalkan keberangkatan ke Tokyo? Vey mau menemani bunda, vey nggak mau bunda sendiri disini." Kataku meminta izin bunda." Nggak apa-apa vey. Kamu harus bisa meraih cita-cita kamu. Bagaimanapun keadaannya kamu nggak boleh berhenti sampai sini. Bunda janji akan membiayai vey hingga lulus. Bunda baik-baik saja disini vey." Kata bunda dengan penuh harapan dan kesemangatan. Tetapi hati ini tak bisa meninggalkan bunda dan melihat bunda bersusah payah sendiri. Bagaimanapun aku harus tetap disamping bunda.

"Kukuuruuyuukkk......." Suara ayam pagi hari menambah keindahan pagi ini.

  " vey, bantu bunda masak buat jualan yuk vey" panggil bunda. Akupun segera kedapur menemui bunda " iya unda, apa yang bisa vey bantu?" kataku dengan semangat. " vey minta tolong titipkan makanan ke took bu lastri ya!...." kata bunda." Iya bunda" jawabku. Akupun segera pergi ke toko bu lastri dengan membawa kue kering yang dibuat bunda untuk dijual.

"assalamualaikum.. bu lastri....!!.." panggilku" iya neng, mau titip makanan ya, taruh saja di atas meja depan nanti iubu rapikan!!" perintahnya sambil menata barang di dalam toko. Aku pun menaruh barang itu lalu kemabli kerumah untuk membantu bunda lagi. Stelah ketiadaan ayah bunda yang bekerja keras banting tulang untuk kami makan dan membayar kontrakan. Karena semua telah diambil tanpa sisa apapun untuk kami. Bunda menjual makanan basah dan menitipkan roti keringnya di toko bu lastri. Dari hasil itulah kami makan dan membayar kontrakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun