Mohon tunggu...
Rizka Verdiana
Rizka Verdiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi universitas darussalam gontor

study now be proud tomorrow

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bulan yang Redup

7 September 2021   16:27 Diperbarui: 7 September 2021   16:30 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

            Setelah 2 tahun kemudian...........

Hari kelulusan sekolah pun tiba, setelah aku mengikuti lomba beasiswa ke Tokyo itu. Pagi ini, hari kelulusan aku dan teman-temanku, tapi hari ini juga ayahku tidak dapat menghadiri acara kelulusanku karena tugasnya mengabdi kepada Negara yang tidak bisa di tinggalkan. Aku hanya berangkat denga bundaku yang selalu menemaniku. Saat namaku dipanggil "veina artha natasya binti novail farisy" ketika itu rasa kebahagiaan dan kesenangan memenuhi hati dan senyum diwajahku.

" happy graduation, sayangku...." Kata bundaku ketika sampainya dirumah. " makasih bunda, vey nggak akan bisa sukses tanpa adanya bunda dan ayah" kataku kepada bunda. " iya, vey, bunda dan ayah akan selalu ada buat vey. Vey semangat yah belajarnya, bentar lagi vey akan belajar mandiri di Negara lain. Bunda dan ayah tidak bisa menemani vey setiap hari, vey harus bisa meraih semua yang vey inginkan. Bunda dan ayah hanya bisa memndoakan dan mendukung vey.." nasehat bunda kepadaku. " okey, bundaku tersayang.." kataku sambil memeluknya erat.

Selang bebrapa menit setelah aku dan bunda berbincang terdengar suara telfon dari hp bunda," kring...kring...kring.." dengan segera bunda mengangkat telepon itu, yang ternyata nomor itu tidak dikenal dihp bunda. " assalamualaikum....." kata bunda mengawalinya dengan salam. " waalaikum salam, apakah ini benar dengan keluarga bapak novail farrisy?". Kata orang di dalam telpon itu. " iya, dengan saya istri bapak novail farisy, maaf ini dengan siapa? Dan ada keperluan apa ya ?" Tanya bunda. " saya rekan kerja bapak novail, hanya ingin mengabarkan telah melakukan tindakan korupsi dan akan dihukum penjara seumur hidup. Apakah pihak keluarga bisa menghadiri siding bapak novail?" kata rekan kerja ayah. " astagfirullah haladzim.. baiklah kira-kira kapan akan diadakan sidang pak?" Tanya bunda. " kira-kira sidang akan dilaksanakan besok pagi hari jam 09.00 tepat di kantor persidangan Jakarta pusat". Katanya. " baiklah, terimakasih atas informasinya".Kata bunda "sama-sama, sekian terimakasih, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh" " waalaikumsalam.pak".

Terlihat raut wajah bunda yang tidak sebahagia seblumnya. Yang sedari tadi kami bersenda gurau semua itu sirna seketika kami mendapati telepon dari rekan kerja ayah. Rasa kecewa dan henungpun menyelimuti hati kami. Tak tau harus bagaimana, tetapi memang ini mungkin jalan ujian keluargaku. Ingin rasanya aku meluapkan kekecewaanku kepada ayahku, akan tetapi aku rasa tidak ada yang harus aku lakukan kecuali mendoakan semuanya agar baik-baik saja. Mau bagaimanapun ayah itu orangtua ku.

Aku melihar kekamar bunda yang sedari tadi setelah menyudahi telpon dengan rekan kerja ayah belum sempat mengeluarkan satu katapun dari mulutnya. Aku tau apa yang dirasakan bunda saat ini, mau senang karena keberhasilanku atau kecewa karena perlakuan ayahku. Semua menyelimuti hati bunda yang membuatnya merasa tergoncangkan saat ini. Dengan berani aku meminta izin bunda untuk menemuinya dan masuk kamar menemaninya.

" bunda, bolehkan vey masuk bunda?". Kataku dengan lirih,takut menggangu waktu bunda sendiri. " iya, vey masuklah, nak" kata bunda dengan nada penuh dengan pikiran. Akupun dengan [erlahan menutup pintu dan duduk di sebelah bunda. Ketika itu bunda langsung memelukku erat sambil berkata " vey, maafin ayah ya!, maafin bunda belum bisa mengingatkan ayah, belumbisa membahagiakan kamu. Sampai kamu harus tau hal yang harusnya kamu tidak tau. Bunda tidak tau jika akan terjadi seperti ini. Sekarang, bunda belum tau  harus bagai mana. Tapi bunda janji, bunda akan selalu buat kamu bahagia, vey. Ingat ya vey, walaupun ayah seperti ini dia tetap ayah kamu. Tutupilah rasa kecewa kamu dengan ayah kamu. Mungkin ini memang allah sedang menguji kita. Bunda yakin vey anak yang kuat, kita bisa melalui semua ini. Sekali lagi, maafin bunda, vey". Tak terasa ternyata wajah bunda yng biasa berseri dan penuh dengan senyuman, kini harus terbasahi oleh derasnya air mata yang menetes ke pipi bunda. Tak sanggup aku melihat wajah bunda terbasahi dengan kesedihan yang ia rasakan sekarang.

" bunda, yang sabar ya!. Vey akan selalu disamping bunda dan ada buat bunda. Bunda percaya sama vey, semua pasti baik-baik saja kok bunda. Vey akan berusaha untuk bisa bahagiakan bunda dan ayah. Vey nggak pernah malu kok bunda kalau temean vey suatu saat akan mengejek dan menghina vey. Selama masih ada bunda dan ayah vey akan baik-baik saja bunda." Kataku pada bunda untuk menenangkan kesediahn bunda. Seketika aku lihat senyuman raut indah bunda, tapi hal itu hanya sejenak saja aku melihatnysa. Setelah itu, kembalilah raut muka bunda seperti dalam kesedian.

Keesokan harinya......

Aku dan bunda bersiap-siap untuk mengahdiri persidangan ayah. Kamipun mempersiapkan diri dan hati untuk menghadap hakim dipersidangan nanti. Akan kita terima apapun yang akan terjadi setelah persidangan  selesai. Sedari kemaren setelah pengumuman kelulusanku tidak ada sedikit kabar dari ayah, aku dan bunda belum bertemu dengan ayah semenjak ayah berangkat dinas pagi itu. Dan sekarang kita akan dipertemukan dihadapan persidangan. Tak tau apa yang ada dipikiran bunda saat ini. Aku hanya melihatnya murung dan seperti menanggung beban sedari kejadian kemarin. Sekitar pukul 06.30, Aku dan bundapun sudah siap dan akhirnya bunda mengeluarkan mobil dari garasi yang ada di saming rumahku. Jarak yang kami tempuh sekitar + 1 km dari perumahanku.

Tak lama sekitar setengah jam perjalanan kami pun sampai di kantor persidangan. Tak kuasa hati ini melihat ayahku, tapi apalah daya kami tidak akan bisa melakukan apapun, hanya doalah yang bisa kami berikan. Kubuka pintu mobil dengan pelan aku melihat seuah gedung yang tinggi nan indah bagaikan istana raja. Tetapi dalamnya menakutkan seperti memasuki rumah kosong nan hening. Kulangkahkan kakiku dengan bunda menuju pintu masuk gedung itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun