Mohon tunggu...
Rizka Verdiana
Rizka Verdiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi universitas darussalam gontor

study now be proud tomorrow

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bulan yang Redup

7 September 2021   16:27 Diperbarui: 7 September 2021   16:30 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Aku duduk sati bangku dengan rein, temanku. Kami berdua dengan serius memperhatikan guru dan menulis serta mengerjakan tugas yang diberikan guru kami. Sampai akhirnya terdengar suara bell istirahat tiba. " kringgg...kringg..kring...." kamipun bergegas keluar kelas. Ada yang ke kantin, kelapangan bola, bercanda di kelas, bertemu dengan teman-teman lainnya. Aku dan rein menggunakan waktu unutk pergi ke taman unutk membaca buku yang kami bawa. Tak terasa bel masuk kelas pun berbunyi, kami melanjutkan belajar kami di dalam kelas. Hingga bel pulang pun tiba." Kringg...kringgg...kringgg" kamipun pulang kerumah maisng-masing.

            Setelah murid-murid keluar dari kelas terlihat di papan pengumuman terdapat pengumuman terbaru. Aku dan rein pun segera mendekat dan melihat pengumuman yang telah terpapang di papan pengumuman. " Diumumkan kepada seluruh siswa/siswi SMA Garuda bahwasannya akan diadakan perlombaan cerdas cermat . dan bagi juara akan mendapatkan beasiswa ke Tokyo. Perlombaan akan diadakan hari sabtu, 15 maret 2020 di balai pertemuan SMA Garuda".Ternyata pengumuman tentang perlombaan cerdas cermat, ingin rasanya untuk mengikuti perlombaan itu. " rein, gimana kalau aku ikut perlombaan ini ya? Ingin saja aku mengikutinya, mungkin kita kan pergi ke Tokyo bersama." Kataku kepada rein. " " iya vey, aku setuju kalau kamu ikut. Emanga seharusnya kamu ikut, kan kamu pintar vey". Kata rein dengan semangat. Lalu kami meningglkan papan pengumuman itu dan menuju gerbang untuk pulang.

Terlihat dari ujung gerbang sosok seorang wanita yang belum terlalu tua berdiri menunggu anaknya pulang dari sekolah, dia adalah bundaku tersayang. Aku dan rein yang sedang berjalan bersamaan ketika sesampainya digerbang kita pun berpisah unutk pulang kerumah. Dengan segera aku menemui bunda dan bersalaman kepadanya. Di tengah perjalanan pulang aku bercerita kepada bunda tetntang perlombaan yang tadi aku lihat dengan rein. " bunda, tadi di sekolah ada perlombaan cerdas cermat, bagaimana kalau aku ingin ikut perlombaan itu bunda. Juara lomba itu mendapatkan beasiswa ke Tokyo. Boleh nggak kalau vey ikut lomba itu bunda?. Kataku kepada bunda. " nggak apa-apa vey, semua yang kamu lakukan bunda dan ayah pasti akan mendukung. Apasi yang enggak buat ana bunda...." Kata beunda dengan senyumnya yang indah.

            Hari esok, perlombaan cerdas cermat disekoalhku akan dilaksanankan. Dengan rasa berani dan kesungguhan aku ikut mendaftarkan diri untuk mengikuti lomba tersebut. Aku mempersiapkan diri dengan matang untuk mengituki perlombaan itu. Aku berharap aku bisa menjadi pemenang dalam lomba itu. Dan ternyata ayah dan bunda ikut serta dating dalam perlombaan ini. Hal itu yang membuat semangatku lebih berkobar untuk mempersiapkan diri matang-matang. Aku kan menunjukkan kebunda dan ayah kalau aku bisa membanggakan mereka berdua. Tidak aku sangka teman baikku rein ternyhata juga hadir memberikanku semnagat mengikuti lomba itu. Terdengar dari jauh teriakan " veina arha natasya... pasti kamu bisa vey!!!!". Ternyata itu teriakan reian yang memberikanku semnagat dan dukungan. Tak lama, pembawa acara membuka acara dan memulai perlombaan itu. Lembar soal telah dibagikan, dan aku telah siap unutk menjawab soal-soal itu.

            Tak lama sekitar satu jam setelah  diberiakn waktu untuk menjawab semua soal terdengan suara bel pengumpulan lembar jawaban " krrriiiiingggggg........" dengan sigap aku mengumpulkan lembar jawabanku. Tak lama juri menilai dan mengkoreksi lebar jawaban kami, pembawa acara berdiri di tengah panggung siap membacakan nilai hasil lomba kali ini. Aku berdoa dan selalu positif thingking aku akan menjadi pemenag dalam lomba ini.

Akhirnya pembawa acara memulai mengumumkan pemenang lomba. " pemenag lomba cerdas cermat SMA garuda diraih oleh ......." Seiring itu terdengar suara dari arah penonton " veina pasti menang....!!!!" Kata rein. " veina kamu bisa nak.....!!!" kata orang tuaku. Dan akhirnya pembawa acara pun menyebutkan pemenangnya, " pemenang lomba cerdas cermat diraih oleh saudari veina artha natasya dengan nilai 9,5...!!!" saat mendengar suara itu, ternyata yang tersebutkan adalah nama aku.tidak aku sadari ternyata kerja kerasku dan kesungguhanku dapat terbayarkan. Alhamdulillah, aku bisa membanggakan orang tua ku dan berangkat ke Tokyo bersama teman baikku rein. Aku peluk erat tubuhnya karena ia aku belajar  menjadi orang yang tekun dan bersungguh-sungguh, Serta bagaimana kita membanggakan orang tua. Ketika itu ia mengatakan sesuatu kepadaku.

" vey, selamat ya atas kemenangan kamu. Selamat kamu bisa belajar ke Tokyo dan meraih semua mimpi kamu". Katanya kepadaku. " iya,, nanti kita pergi ke Tokyo bareng-bareng ya rein. Kita belajar bareng, sukses bareng rein". Kataku padanya dengan rasa gembira. Tapi, aku lihat raut muka rein yang tiba-tiba berubah menjadi lesu dan lemas setelah mendengarkan perkataanku. " rein, kenapa jadi lesu dan lemas. Apa kamu tidak ingin pergi belajar bersama denganku? Atau kamu tidak ingin meraih cita-cita bersama dengan ku?". Kataku padanya. Dengan nada yang lemah ia mengatakan padaku " vey, sebenarnya aku telah mengundurkan diri untuk mengambil beasiswa out dan pergi kke Tokyo. Dan perlombaan ini yang memang sengaja diadakan untuk mencari penggantiku menerima beasiswa ketokyo itu. Dan ternyata yang menjadi pemenangnya adalah kamu, makasih ya vey. Aku yakin memang kamu yang berhak menerima itu dari pada aku vey. Berikan yang terbaik untuk orang tua, guru dan semua orang yang ingin kamu banggakan vey".

Sejenak aku terdiam mendengar cerita rein yang membuatnya merasa mimpinya tidak akan tercapai hanya karena biaya yang menghambatnya. Disisi lain aku merasa bahwa ini memang bukan hakku untuk mendapatkan ini semua, ini hak rein yang mungkin ia relakan karna kekurangan biaya unutuk berangkat untuk menempuh pendidikan yang ia inginkan. Mimpiku memang sangat tinggi, tapi aku bersyukur memiliki teman seperti rein yang selalu menyemangatiku. Kita berdua memiliki mimpi yang hampir mirip. Tapi, karena kurangnya biaya ia harus memutuskan untuk memutskan mimipinya hingga jenjang SMA.

Ia pun harus merelakan beasiswa yang didapatnya untuk diberikan kepadaku. Tapi itu tidak akan mematahkan semangatnya untuk selalu bersyukur dan berusaha bersungguh-sungguh unutk meraih cita-citanya. Meski, kini semua belum bisa ia capai dan ia gapai. " rein, bukan maksud kau untuk mengambil hak kamu untuk pergi ke Tokyo, tapi jika aku tau dari awal, aku tidak akan mengikuti perlombaan ini. Aku akan memilih untuk tetap bersama kamu meraih mimpi dan cita-cita kita bersama rein." Kataku kepadanya. " tidak apa-apa vey, mungkin ini memang bukan kesempatan aku ini kesempatan kamu untuk pergi dahulu, mungkin suatu saat aku akn bisa menemuimu di tokyo." Kata rein dengan penuh kepercayaan. Aku hanya bisa tersenyum karena bisa melihat rei tersenyum lebar.

3

KECEWA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun