Hujan turun, angin bertiup
Akan berbahaya jika kau pergi sekarang
Hei Tuan Pesawat, berhentilah sebentar
Masih ada banyak waktu
Masih ada hari esok
Jadi biarkan dia kembali
Tidak
Biarkan aku yang naik
Apa kau harus pergi hari ini? Tidak bisakah kau pergi besok?
Aku tidak ingin membiarkan kau pergi, kapan kau akan kembali?
Kita tidak akan pernah melihat satu sama lain lagi setelah pesawat pergi
“Aku akan baik-baik saja, kau juga akan baik-baik saja”
Jika kau mengatakan itu dan pergi,
Kau pikir aku akan baik-baik saja?
Tinggallah satu hari lagi, bongkar kopermu
Karena aku tidak ingin membiarkan kau pergi seperti ini*)
“Yah, ada pesawat!” seorang anak laki-laki berusia lima tahun mengacungkan telunjuknya ke udara.
Sang Ayah tersenyum, kemudian menengadahkan kepalanya. “Iya, itu pesawat.”
Anak laki-laki itu tampak takjub melihat pesawat yang melintasi mereka berdua, membelah langit yang biru. “Apa Bunda ada di pesawat itu, Yah?” tanyanya dengan mata membulat ingin tahu.
Ayahnya menggeleng, “Bunda sudah turun dari pesawat. Kan mau kita jemput sekarang.”
“Oh ya? Asiiiiiiik. Aku kangen Bunda.” Anak itu berlari riang.
Sang Ayah tertawa. Membiarkan anaknya berlarian di pelataran parkir bandara. Hanya mengawasi dari jauh.
“Brukk!!”
Anak itu jatuh terjerembap. Matanya menangkap sepasang kaki besar di tanah. Dia mengangkat kepalanya, melihat orang yang sudah ia tabrak.
“Hati-hati, Nak.” Sang Ayah berlari kecil menghampiri anaknya. “Kau tidak apa-apa kan? Sekarang, ayo minta maaf.”
Anak laki-laki itu hanya diam mematung. Dia terdiam. Dahinya berkerut. “Pak Polisi... sedang apa di sini?”
Orang yang ditabrak mengulum senyum. Dilirik seragamnya yang membuat kentara.
Sang Ayah mengangguk sopan. “Maaf, anak saya tidak sengaja.”
Orang itu memungut buket bunga miliknya yang jatuh. “Tidak apa-apa.”
“Pak Polisi,” ujar anak laki-laki itu. “Pak Polisi mengatur lalu lintas pesawat juga, ya?”
Orang itu tertawa. Benar-benar anak yang polos, pikirnya. Orang itu berjongkok, mengusap kepala si bocah.
“Om tidak mengatur lalu lintas pesawat, Dik.” Anak itu masih terlihat bingung. “Om habis mengantar teman Om.”
Anak itu manggut-mangut. “Oooh….”
Orang itu tersenyum pada sang Ayah. “Saya permisi dulu,” ujarnya sambil mengangguk sopan. “Mari.”
“Mari,” balas sang Ayah.
Orang itu berjalan pelan, meninggalkan sepasang ayah dan anak itu. Sang Ayah baru saja menggandeng tangan anaknya agar tidak kembali berlari ketika melihat secarik kertas tergeletak.
“Maaf,” teriaknya pada orang itu. “Sepertinya ini milik Anda.”
Orang itu menoleh dan langsung menghampiri sang Ayah. Sang Ayah menyerahkan secarik kertas tersebut pada pemiliknya. Orang itu tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Kemudian berlalu.
“Ayo, Yah. Bunda pasti sudah menunggu.” Anak laki-laki itu menggamit lengan ayahnya.
“Ayo,” ujar sang Ayah.
Mereka kemudian berjalan beriringan menyusuri pelataran parkir bandara. Sang Ayah mengingat kembali isi kertas milik orang tadi. Tak sengaja ia membaca dua baris terakhirnya.
Tinggallah satu hari lagi, bongkar kopermu
Karena aku tidak ingin membiarkan kau pergi seperti ini
“Sepertinya aku pernah membacanya di suatu tempat. Tapi di mana, ya?”
*) Lirik iKON - Airplane (Terjemahan bahasa Indonesia)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H