Orang itu tersenyum pada sang Ayah. “Saya permisi dulu,” ujarnya sambil mengangguk sopan. “Mari.”
“Mari,” balas sang Ayah.
Orang itu berjalan pelan, meninggalkan sepasang ayah dan anak itu. Sang Ayah baru saja menggandeng tangan anaknya agar tidak kembali berlari ketika melihat secarik kertas tergeletak.
“Maaf,” teriaknya pada orang itu. “Sepertinya ini milik Anda.”
Orang itu menoleh dan langsung menghampiri sang Ayah. Sang Ayah menyerahkan secarik kertas tersebut pada pemiliknya. Orang itu tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Kemudian berlalu.
“Ayo, Yah. Bunda pasti sudah menunggu.” Anak laki-laki itu menggamit lengan ayahnya.
“Ayo,” ujar sang Ayah.
Mereka kemudian berjalan beriringan menyusuri pelataran parkir bandara. Sang Ayah mengingat kembali isi kertas milik orang tadi. Tak sengaja ia membaca dua baris terakhirnya.
Tinggallah satu hari lagi, bongkar kopermu
Karena aku tidak ingin membiarkan kau pergi seperti ini
“Sepertinya aku pernah membacanya di suatu tempat. Tapi di mana, ya?”