Mohon tunggu...
Rizqy Nur Mauliddinah
Rizqy Nur Mauliddinah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Mahasiswa Teknik Informatika yang fokus dan menekuni bidang Web Development, Mobile Development, dan berbagai teknologi informasi terkini. Memiliki minat khusus pada pengembangan aplikasi berbasis web dan mobile, serta terus mengeksplorasi inovasi dalam dunia pemrograman dan teknologi digital. Berkomitmen untuk belajar dan berbagi ilmu dalam komunitas teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Masa Depan Ada di Desa: Komoditas Cabai dan Jeruk Desa Kemiri sebagai ATM Hijau Ketahanan Pangan

7 Januari 2025   21:00 Diperbarui: 8 Januari 2025   11:15 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, Perkebunan Jeruk juga berpotensi dijadikan sebagai objek wisata. Sebagai tambahan, cabai yang ditanam sebagai tanaman tumpang sari memberikan penghasilan jangka pendek.

Menurut Heri Purnomo dalam artikelnya di detikFinance (2025), pada awal tahun 2025 harga cabai rawit merah di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, telah mencapai Rp140.000/kg dari harga sebelumnya Rp100.000/kg. Cabai rawit hijau dan cabai merah keriting masing-masing dibanderol Rp80.000/kg, naik dari harga sebelumnya Rp50.000/kg.

Sementara itu, di Pasar Palmerah, harga cabai rawit merah naik menjadi Rp110.000/kg, dan cabai merah keriting menjadi Rp60.000/kg. Tak hanya cabai, harga bawang merah dan bawang putih juga mengalami kenaikan.

Di awal tahun 2025, bawang putih mencapai Rp60.000/kg dari harga sebelumnya Rp55.000/kg, sementara bawang merah naik menjadi Rp50.000/kg. 

Dengan memanfaatkan strategi diversifikasi pertanian seperti tumpang sari, petani dapat mengatasi tantangan fluktuasi harga ini sekaligus meningkatkan pendapatan mereka secara signifikan.

Pak Lurah Desa Kemiri menyebut strategi ini sebagai cara "bertahan di tengah inflasi."

Dengan kombinasi tanaman jeruk dan cabai, serta menambahkan bawang merah atau bawang putih sebagai tanaman selingan, hasil pertanian dapat lebih stabil meskipun inflasi melanda.

Beliau bahkan bercanda bahwa jika seluruh desa ikut menerapkan pola ini, harga cabai di pasar mungkin bisa kembali normal.

Inovasi Pertanian: Jeruk dan Cabai Sebagai Inspirasi Nasional

Keberhasilan Desa Kemiri dalam mengelola tumpang sari jeruk dan cabai adalah cerminan dari bagaimana inovasi sederhana dapat menciptakan dampak besar.

Konsep ini seharusnya menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di Indonesia, terutama dalam menghadapi tantangan inflasi bahan pokok dan meningkatkan pendapatan masyarakat (Mardiyanto, I. C., & Prasetyanto, P. K. 2023).

Pak Lurah dengan penuh semangat mengingatkan kami bahwa kunci keberhasilan pertanian ini adalah kolaborasi, baik antar warga maupun dengan pihak luar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun