Mohon tunggu...
Rizqy Nur Mauliddinah
Rizqy Nur Mauliddinah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Mahasiswa Teknik Informatika yang fokus dan menekuni bidang Web Development, Mobile Development, dan berbagai teknologi informasi terkini. Memiliki minat khusus pada pengembangan aplikasi berbasis web dan mobile, serta terus mengeksplorasi inovasi dalam dunia pemrograman dan teknologi digital. Berkomitmen untuk belajar dan berbagi ilmu dalam komunitas teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Masa Depan Ada di Desa: Komoditas Cabai dan Jeruk Desa Kemiri sebagai ATM Hijau Ketahanan Pangan

7 Januari 2025   21:00 Diperbarui: 8 Januari 2025   11:15 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasil Panen Cabai Desa Kemiri (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Jika Anda pernah mengeluhkan harga cabai yang lebih panas dari sambalnya, mungkin saatnya kita belajar dari Desa Kemiri, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang.

Desa ini punya cerita menarik tentang bagaimana jeruk dan cabai bisa menjadi jawaban atas inflasi bahan pokok yang tak ada habisnya.

Bersama kelompok KKM 91 Nurtura dari UIN Malang yang terjun langsung ke perkebunan pribadi Pak Lurah. Dengan penuh semangat mereka belajar tentang praktik inovasi pertanian tumpang sari jeruk dan cabai.

ATM Hijau: Jeruk dan Cabai, Investasi Panen Masa Depan

Menurut studi yang dilakukan oleh Mardiyanto & Prasetyanto (2023), Cabai merupakan salah satu komoditas utama di Indonesia yang memiliki pengaruh signifikan terhadap inflasi perekonomian, terutama pada musim panen.

Melihat pentingnya cabai sebagai sumber pendapatan, Pak Lurah Desa Kemiri menjadikan kebun pribadinya sebagai contoh nyata inovasi pertanian. 

Namun, ada yang berbeda dari perkebunan Pak Lurah ini, dimana bukan hanya cabai yang ditanam, tapi juga ada jeruk yang ditanam bersamaan dengan cabai.

Praktik Tumpangsari Cabai dan Jeruk (Sumber : Dokementasi Pribadi)
Praktik Tumpangsari Cabai dan Jeruk (Sumber : Dokementasi Pribadi)

Pak Lurah menjelaskan bahwa jeruk adalah investasi jangka panjang yang menguntungkan. Pohon jeruk dapat hidup hingga 30 tahun dan mulai produktif pada usia 4 tahun.

"Bayangkan, seratus pohon jeruk bisa menghasilkan hingga 150 ton buah pada usia 7 tahun. Jika dikelola dengan baik melalui pemupukan dan pengendalian hama yang tepat, hasilnya bisa sangat luar biasa," jelas beliau.

Praktik Tumpangsari Bawang dan Jeruk (Sumber : Dokementasi Pribadi)
Praktik Tumpangsari Bawang dan Jeruk (Sumber : Dokementasi Pribadi)

Sementara itu, cabai yang ditanam secara tumpang sari di antara pohon-pohon jeruk memberikan panen harian yang dapat digunakan untuk membiayai kebutuhan operasional perkebunan.

Dengan kombinasi ini, kebun Pak Lurah seperti memiliki dua "mesin ATM" yang bekerja bergantian, memberikan hasil jangka pendek dari cabai dan hasil jangka panjang dari jeruk.

Selain itu, di perkebunan tersebut, Pak Lurah juga menanam bawang merah dan bawang putih dengan siklus panen pendek yang berkisar 35 -- 70 hari. Hasil dari bawang ini juga bisa menjadi penghasilan tambahan di sela panen cabai.

Inflasi dan Ketahanan Pangan Indonesia : Desa sebagai Jawaban

Ketika harga cabai di pasar melambung tinggi, siapa yang paling diuntungkan? Tentu saja para petani cabai. Namun, manfaat ini dapat lebih optimal jika dikelola dengan strategi yang tepat.

Dengan memanfaatkan sistem tumpang sari, warga Desa Kemiri tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan lokal, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan pada pasar yang lebih luas.

Desa Kemiri membuktikan bahwa inovasi lokal bisa menjadi solusi dalam menghadapi fluktuasi harga pangan.

Studi yang dilakukan oleh Pirngadi et al. (2023) serta Adi Saputri et al. (2022) mengungkapkan bahwa harga cabai cenderung berfluktuasi karena faktor cuaca yang tidak menentu dan distribusi yang kurang efisien.

Fluktuasi ini kerap menjadi tantangan besar bagi konsumen, tetapi sekaligus peluang bagi petani yang mampu mengelola produksi dengan baik.

"Inilah esensi pertanian sebenarnya : menanam sekali dan memanen berkali-kali," ujar Pak Lurah, mengingatkan warga tentang potensi besar yang bisa dimanfaatkan dari kombinasi inovasi dan kerja keras.

Jika pola ini diterapkan oleh seluruh masyarakat desa, ketahanan pangan yang stabil dan berkelanjutan tidak lagi menjadi sekadar impian.

Produksi lokal yang melimpah dapat menjadi senjata utama untuk melawan inflasi bahan pokok sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani.

Belajar dari Pengalaman: Panen Lombok dan Jeruk Bersama KKM Nurtura

Proses Panen Cabai KKM Nurtura bersama Pak Lurah (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Proses Panen Cabai KKM Nurtura bersama Pak Lurah (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Kelompok KKN 91 Nurtura, berkesempatan langsung membantu panen cabai dan jeruk di Desa Kemiri. Mereka pun mengakui bahwa ini bukan pekerjaan ringan.

Bayangkan harus memetik cabai merah kecil satu per satu di bawah terik matahari. Meskipun keringat sudah bercucuran, tapi mereka tetap penuh semangat karena setiap cabai yang dipetik adalah bagian dari solusi besar untuk ketahanan pangan.

Sementara itu, pohon-pohon jeruk dengan buah kuning menyala memberikan keindahan dan rasa puas yang sulit dijelaskan.

Memanen jeruk terasa lebih santai dibanding cabai, tetapi tetap saja memerlukan teknik agar tidak merusak pohon.

Kami juga belajar bahwa tidak semua jeruk siap dipetik; ada teknik melihat warna dan tekstur kulit untuk memastikan kematangannya.

Foto Bersama KKM Nurtura bersama Pak Lurah Di Kebun (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Foto Bersama KKM Nurtura bersama Pak Lurah Di Kebun (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

"Pertanian itu kerja keras, tapi hasilnya manis," kata Pak Lurah, setelah selesai memanen bersama kami.

Mari Bicara Data : Potensi dan Strategi Bertahan di Tengah Inflasi

Sebagian Lahan Perkebunan Cabai dan Jeruk (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Sebagian Lahan Perkebunan Cabai dan Jeruk (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Satu hektar lahan dapat ditanami sekitar 100 pohon jeruk. Dengan perawatan optimal, setiap pohon mampu menghasilkan hingga 150 ton jeruk saat mencapai usia 7 tahun.

Jika setiap kilogram jeruk dijual dengan harga Rp20.000, potensi pendapatan dari satu hektar lahan bisa mencapai Rp3 miliar per tahun. Pendapatan ini tentu menjadi investasi jangka panjang yang menjanjikan.

Selain itu, Perkebunan Jeruk juga berpotensi dijadikan sebagai objek wisata. Sebagai tambahan, cabai yang ditanam sebagai tanaman tumpang sari memberikan penghasilan jangka pendek.

Menurut Heri Purnomo dalam artikelnya di detikFinance (2025), pada awal tahun 2025 harga cabai rawit merah di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, telah mencapai Rp140.000/kg dari harga sebelumnya Rp100.000/kg. Cabai rawit hijau dan cabai merah keriting masing-masing dibanderol Rp80.000/kg, naik dari harga sebelumnya Rp50.000/kg.

Sementara itu, di Pasar Palmerah, harga cabai rawit merah naik menjadi Rp110.000/kg, dan cabai merah keriting menjadi Rp60.000/kg. Tak hanya cabai, harga bawang merah dan bawang putih juga mengalami kenaikan.

Di awal tahun 2025, bawang putih mencapai Rp60.000/kg dari harga sebelumnya Rp55.000/kg, sementara bawang merah naik menjadi Rp50.000/kg. 

Dengan memanfaatkan strategi diversifikasi pertanian seperti tumpang sari, petani dapat mengatasi tantangan fluktuasi harga ini sekaligus meningkatkan pendapatan mereka secara signifikan.

Pak Lurah Desa Kemiri menyebut strategi ini sebagai cara "bertahan di tengah inflasi."

Dengan kombinasi tanaman jeruk dan cabai, serta menambahkan bawang merah atau bawang putih sebagai tanaman selingan, hasil pertanian dapat lebih stabil meskipun inflasi melanda.

Beliau bahkan bercanda bahwa jika seluruh desa ikut menerapkan pola ini, harga cabai di pasar mungkin bisa kembali normal.

Inovasi Pertanian: Jeruk dan Cabai Sebagai Inspirasi Nasional

Keberhasilan Desa Kemiri dalam mengelola tumpang sari jeruk dan cabai adalah cerminan dari bagaimana inovasi sederhana dapat menciptakan dampak besar.

Konsep ini seharusnya menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di Indonesia, terutama dalam menghadapi tantangan inflasi bahan pokok dan meningkatkan pendapatan masyarakat (Mardiyanto, I. C., & Prasetyanto, P. K. 2023).

Pak Lurah dengan penuh semangat mengingatkan kami bahwa kunci keberhasilan pertanian ini adalah kolaborasi, baik antar warga maupun dengan pihak luar.

Keterlibatan kelompok KKN seperti kami adalah salah satu bentuk dukungan untuk menyebarkan pengetahuan dan praktik ini ke masyarakat yang lebih luas.

"Kalau sudah ada contoh nyata seperti ini, yang lain tinggal meniru dan memodifikasi sesuai kebutuhan. Inilah ATM yang sebenarnya: Amati, Tiru, Modifikasi," ujarnya sambil tersenyum.

Pak Lurah juga berharap pemerintah daerah maupun pusat dapat melihat potensi ini sebagai model untuk program ketahanan pangan nasional. 

Dengan memberikan dukungan berupa pelatihan, subsidi pupuk, dan pemasaran, potensi seperti di Desa Kemiri bisa dikembangkan lebih luas.

Peran Generasi Muda dalam Pertanian

Salah satu hal yang kami pelajari selama di Desa Kemiri adalah pentingnya peran generasi muda dalam mengembangkan pertanian.

Pertanian sering kali dianggap sebagai pekerjaan yang "kuno" atau kurang menarik. Padahal, dengan pendekatan yang modern dan kreatif, pertanian bisa menjadi salah satu sektor paling menjanjikan.

Sebagai contoh, Desa Kemiri sudah mulai memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan hasil panennya. Dengan bantuan mahasiswa KKN 91 Nurtura, warga desa diajarkan cara membuat konten menarik untuk Instagram dan Facebook.

Foto jeruk segar yang menggoda dan video panen cabai yang penuh semangat kini menjadi bagian dari strategi pemasaran digital desa.

Desa Kemiri, Jabung : Desa yang Indah di Perbatasan

View Pemandangan dari Kebun (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
View Pemandangan dari Kebun (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Tidak hanya kaya dengan potensi pertanian, Desa Kemiri juga dianugerahi keindahan alam yang memanjakan mata. Selepas lelah bekerja di ladang, petani-petani di sini bisa menikmati pemandangan yang menenangkan.

Dari desa ini, terlihat jelas Bandara Abdulrachman Saleh yang sibuk dengan pesawat-pesawatnya. Di sisi lain, ada hamparan hijau sawah dan ladang yang memanjakan mata, kontras dengan gedung-gedung perkotaan yang tampak padat di kejauhan.

Meski begitu, Desa Kemiri kerap kali terlupakan. Padahal, desa ini adalah salah satu titik perbatasan yang sering dilewati banyak orang, terutama wisatawan yang menuju Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Bayangkan saja, jarak dari Desa Kemiri ke Bromo hanya sekitar 45 menit!

Namun, ironisnya, wisatawan yang tiba di Bandara Abdulrachman Saleh---yang begitu dekat dengan Desa Kemiri---lebih memilih menginap di Kota Batu sebelum melanjutkan perjalanan ke Bromo.

Padahal, jika Desa Kemiri dikembangkan sebagai destinasi wisata, banyak peluang ekonomi yang bisa terbuka.

Coba bayangkan: wisata petik jeruk di ladang, pengalaman memerah sapi seperti di pedesaan Eropa, hingga homestay yang menawarkan ketenangan di tengah alam.

Dengan memanfaatkan potensi ini, Desa Kemiri bukan hanya akan dikenal sebagai desa pertanian tetapi juga sebagai destinasi wisata yang menjanjikan.

Potensi ini jelas tidak hanya membantu ekonomi desa, tetapi juga memberikan alternatif pengalaman wisata bagi turis yang ingin merasakan suasana pedesaan asli Indonesia.

Desa Kemiri, dengan segala keindahan dan potensinya, adalah berlian yang hanya butuh sedikit polesan untuk bersinar.

Masa Depan Ada di desa : Saatnya Kembali ke Desa!

Sebagai generasi muda, kita sering kali berpikir bahwa masa depan ada di kota. Tapi setelah melihat sendiri bagaimana Desa Kemiri mengelola potensi pertaniannya, kami jadi yakin bahwa masa depan sebenarnya ada di desa.

Dengan inovasi dan kolaborasi, desa bisa menjadi pusat ketahanan pangan, bahkan membantu menstabilkan ekonomi nasional.

Melihat potensi besar yang dimiliki Desa Kemiri, kami sadar bahwa desa adalah masa depan.

Tumpang sari jeruk dan cabai bukan hanya strategi pertanian, tetapi juga simbol dari bagaimana kreativitas dan kerja keras bisa melampaui tantangan seperti inflasi.

Dengan kombinasi antara pertanian kreatif dan potensi wisata, Desa Kemiri siap menjadi salah satu desa percontohan di Indonesia. Masa depan tidak hanya tumbuh dari tanahnya, tetapi juga dari visi besar warganya.

Jadi, jika Anda masih berpikir bahwa desa tidak relevan di era modern ini, kunjungi Desa Kemiri. Anda mungkin akan berubah pikiran. Karena di sini, masa depan benar-benar tumbuh dari tanah dan bertemu dengan keindahan alam yang tak tergantikan.

Desa Kemiri mengajarkan kita bahwa ketahanan pangan dimulai dari langkah kecil---menanam jeruk dan cabai, memanfaatkan potensi lokal, dan berkolaborasi untuk masa depan yang lebih baik. Dan siapa tahu, mungkin desa Anda adalah Desa Kemiri berikutnya.

Referensi :

Adi Saputri, T. H., Al Malik, M. R., Arliati, R. R., Tomasoa, R., Dwiriyadi, & Adifati, T. A. (2022). Pengaruh harga cabai rawit, harga bawang merah, dan harga daging sapi terhadap inflasi. Jurnal Bisnis Kompetif, 1(2), Juli. https://doi.org/ISSN: 2829-5277 

Mardiyanto, I. C., & Prasetyanto, P. K. (2023). Pengaruh Harga Tanaman Pangan terhadap Inflasi di Kabupaten Kendal. Transekonomika: Akuntansi, Bisnis, dan Keuangan.

Pirngadi, R. S. et al. (2023). Respon Pedagang dan Konsumen terhadap Kenaikan Harga Cabai Merah. Jurnal Somasi : Sosial Humaniora Komunikasi. 

Purnomo, H. (2025). Daftar harga bahan pokok di awal tahun 2025. detikFinance. Diakses dari https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-7714240/daftar-harga-bahan-pokok-di-awal-tahun-2025.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun