Mohon tunggu...
Rizqiya Putri Hidayati
Rizqiya Putri Hidayati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai! Saya adalah mahasiswa jurusan pendidikan yang percaya bahwa belajar bisa jadi menyenangkan dan bermakna✨📚

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Budaya terhadap Permasalahan Global Deforestasi di Indonesia

26 Desember 2024   12:40 Diperbarui: 26 Desember 2024   12:37 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kerusakan hutan disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah illegal logging dan kebakaran hutan (Utari dkk., 2023). Illegal logging atau penebangan liar di kawasan hutan yang mengurangi atau merubah fungsi asli hutan. Meskipun kegiatan ini dilarang keras oleh pemerintah, namun banyak masyarakat yang masih melakukannya. Kebakaran hutan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor alam maupun aktivitas manusia. Faktor alam yang sering memicu kebakaran hutan antara lain adalah musim kemarau yang panjang, yang menyebabkan kekeringan berkelanjutan, serta angin yang menggerakkan ranting-ranting kering sehingga menyebabkan pohon-pohon mengering dan mudah terbakar. Selain itu, faktor manusia juga berperan, seperti membuang puntung rokok sembarangan di area hutan atau sekitarnya. Tindakan ini sangat berbahaya, terutama di daerah yang rentan terhadap kebakaran, di mana puntung rokok yang masih menyala dapat menimbulkan api jika dibuang dengan sengaja. Penyebab lainnya adalah karena alih fungsi lahan menjadi kawasan pertanian (Zulfaeda dkk., 2024).

Kerusakan hutan dapat menimbulkan dampak negatif yang signifikan, baik secara langsung maupun tidak langsung, bagi kehidupan manusia. Beberapa dampak yang ditimbulkan oleh kerusakan hutan antara lain perubahan iklim, hilangnya berbagai spesies tumbuhan dan hewan, serta terganggunya siklus air yang penting untuk kelangsungan hidup (Zulfaeda dkk., 2024). Selain itu, kerusakan hutan juga dapat menyebabkan banjir, erosi, dan kekeringan yang merugikan, serta merusak ekosistem darat dan laut (Utari dkk., 2023).Dampak lainnya termasuk abrasi pantai, penurunan kualitas hidup manusia, dan kerugian ekonomi yang cukup besar akibat terganggunya berbagai sektor yang bergantung pada keberadaan hutan.

Deforestasi di Indonesia

Permasalahan deforestasi di Indonesia menurut Arif (2016) bahwa Indonesia mencatatkan deforestasi tahunan tercepat di dunia, dengan sekitar 1,8 juta hektare hutan yang hancur setiap tahunnya antara tahun 2000 hingga 2005. Tingkat kerusakan hutan mencapai 2% per tahun, atau setara dengan 51 kilometer persegi per hari. Total luas hutan Indonesia adalah 120,35 juta hektare dari keseluruhan wilayah yang mencapai 1.919.440 kilometer persegi.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia melaporkan bahwa sekitar 24 juta hektar (ha) hutan hujan Indonesia telah dihancurkan dalam periode 1990 hingga 2015. Selain itu, 19% dari deforestasi yang terjadi antara tahun 2015 hingga 2017 disebabkan oleh kegiatan di konsesi kelapa sawit (Virgy dkk., 2024). Deforestasi di Indonesia tidak hanya disebabkan oleh ekspansi sektor pertanian, tetapi juga dipengaruhi oleh perkembangan sektor perkebunan (Sunderlin & Resosudarmo, 1997). Selain konversi lahan untuk kegiatan pertanian, perkebunan, terutama perkebunan besar seperti kelapa sawit dan karet, memainkan peran besar dalam menghancurkan hutan-hutan Indonesia. Aktivitas ini menyebabkan pembukaan lahan yang luas, yang mengakibatkan hilangnya tutupan hutan dan mengancam keberlanjutan ekosistem. Dengan pesatnya pertumbuhan sektor perkebunan, terutama di wilayah-wilayah yang kaya akan hutan, deforestasi semakin sulit untuk dikendalikan.

Menurut data deforestasi dari Indonesian Carbon Accounting System (INCAS), wilayah Riau dan Jambi mengalami deforestasi yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti pembukaan lahan, kebakaran hutan, penebangan liar, dan kegiatan penanaman. Jambi berpotensi mengalami nasib yang sama seperti Riau dalam hal deforestasi dan konversi lahan jika tidak ada upaya mitigasi yang serius. Selain kebakaran lahan, deforestasi di Jambi juga dipicu oleh penebangan ilegal yang dilakukan tanpa mempertimbangkan dampak buruk jangka panjang bagi lingkungan dan masyarakat (Pratama, 2020).

Peran Budaya terhadap Deforestasi di Indonesia

Meskipun deforestasi di Indonesia terus terjadi akibat berbagai faktor, seperti ekspansi pertanian dan perkebunan, ada juga budaya lokal yang menunjukkan kecintaan terhadap alam dan menjaga kelestarian hutan. Masyarakat adat di Indonesia yang terdiri dari 365 sub-etnis sebagian besar masih bergantung pada tanah atau lahan serta sumber daya alam untuk kehidupan mereka, sambil mempertahankan keberadaannya, mereka mengelola hutan atau wilayah teritorial yang khas guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari (Evitasari dkk., 2024). Contohnya adalah suku adat Baduy, Togutil, Pipitak, Anak Dalam, Dayak, dan Mentawai.

Suku Adat Baduy

Nilai-nilai yang dianut oleh suku Baduy terdiri dari tiga prinsip utama, yaitu menjalani hidup yang sederhana, menjalin hubungan harmonis dengan alam, dan memiliki semangat kemandirian (Rhenadia dkk., 2022). Suku Baduy hidup dengan prinsip harmoni dengan lingkungan, menjaga kelestarian lingkungan, dan tidak melakukan aktivitas yang merusak hutan (Suryani, 2014). Budaya mereka yang menjaga kelestarian alam dapat menjadi contoh bagaimana penerapan nilai-nilai tradisional yang menghargai ekosistem dapat mengurangi dampak deforestasi dan membantu pelestarian lingkungan.

Suku Baduy memiliki budaya yang sangat menghormati alam dan hidup selaras dengan lingkungan sekitar, yang tercermin dalam cara mereka mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan tanpa menyebabkan deforestasi (Siombo dkk., 2022). Tradisi mereka yang menjaga keseimbangan ekosistem, seperti larangan penebangan pohon sembarangan, bahkan tidak boleh mengumpulkan ranting untuk kayu bakar. Penerapan pola hidup yang ramah lingkungan, menjadi contoh bagaimana budaya lokal dapat berperan dalam pelestarian hutan dan mengurangi dampak negatif terhadap alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun