Mohon tunggu...
Rizqa Madani
Rizqa Madani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa jurusan pengembangan masyarakat islam di UIN Syarif Hidayatullah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kedudukan Perempuan dalam Islam

9 November 2024   02:15 Diperbarui: 9 November 2024   07:35 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari ayat di atas, dapat diketahui bahwa Islam tidak membeda-bedakan antara laki-laki dan perempuan. Semua memiliki kewajiban yang sama, hanya saja, dalam proses menjalankannya yang berbeda. Islam sendiri mengajarkan betapa pentingnya keadilan. Namun, keadilan yang dimaksud bukan berarti sama, melainkan adil dalam porsinya masing-masing. (Mubarokah 2021, 25)

Aminah Wadud dalam mengomentari kedudukan perempuan, membaginya menjadi dua macam, yaitu perempuan sebagai individu dan perempuan sebagai bagian dari masyarakat. Al-Qur'an telah tertuju pada perempuan sebagai individu, karena Al-Qur'an memperlakukan individu perempuan dan laki-laki dengan cara yang sama; apapun yang disampaikan Al-Qur'an tentang hubungan antara Tuhan dan hamba tidak disebutkan dalam bahasa gender. (Wadud 2006, 68)

Perempuan muslimah memegang peranan penting dalam mendidik masyarakat, meningkatkan kondisi masyarakat, dan membina peradaban, seperti halnya para sahabat perempuan yang telah membimbing kaum sezamannya menuju kemajuan peradaban. Dengan tekad yang kuat, mereka secara aktif terlibat dalam memaksimalkan semua potensi bawaan mereka, memastikan bahwa tidak ada aspek kehidupan yang terabaikan. Pengaruh mereka menjangkau semua waktu, ruang, dan tingkat kehidupan. (Anwar dan Sofi`i 2024, 157)

Isman Salman dalam buku "Keluarga Sakinah Dalam Aisyiyah: Diskursus Gender Di Organisasi Perempuan Muhammadiyah" menyatakan bahwa perempuan menempati kedudukan penting dalam kehidupan masyarakat, karena perempuan melahirkan generasi penerus, merawat, mendidik, dan memberikan kasih sayang, perhatian, serta segala sesuatu yang dibutuhkan seorang anak. Peranan perempuan seperti ini pada hakekatnya secara langsung atau tidak langsung, telah memberikan sumbangsih dan dampak positif terhadap pembinaan moral masyarakat. Masyarakat dapat dikatakan bermoral apabila keluarga-keluarga dalam masyarakat tersebut berada dalam kondisi bermoral pula.

Peran perempuan dalam mensinergikan keseimbangan sangat dibutuhkan untuk menciptakan harmoni dalam masyarakat. Pada masa Nabi Muhammad SAW, peran perempuan seperti Siti Khadijah menunjukkan pentingnya dukungan dalam mencapai keseimbangan yang harmonis antara kehidupan keluarga dan misi dakwah. Pendidikan Islam dengan nilai-nilai didalamnya memberikan ruang yang besar bagi perempuan untuk menjadi agen perubahan sosial. (Lutfi, Sutisna, dan Asma, 2023)

Peran perempuan dalam Islam tak terbatas dan mencakup banyak hal seperti bidang sosial, politik, ekonomi, dan keilmuan. Hal ini dapat kita temukan dari melihat kisah-kisah dari para tokoh perempuan di zaman Rasulullah SAW yang memiliki kontribusi besar dalam banyak hal. Salah satunya adalah Aisyah binti Abu Bakar. Beliau telah banyak meriwayatkan hadits dan memberikan fatwa kepada umat Islam. Keterlibatan perempuan seperti Aisyah menunjukkan bahwa Islam memberikan ruang bagi perempuan untuk berperan secara aktif di masyarakat tanpa harus kehilangan identitas keagamaannya.

Dalam islam, pendidikan menjadi perhatian khusus, terlebih untuk perempuan. Rasulullah SAW bersabda, "Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim, baik laki-laki maupun perempuan." Ini menegaskan bahwa pendidikan adalah hak dasar perempuan yang tidak bisa dinegosiasikan. Pendidikan perempuan sangat berperan dalam membangun masyarakat yang maju dan beradab. Seorang perempuan yang terdidik akan mampu mendidik generasi penerus yang memiliki moral dan intelektualitas yang tinggi, sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.

Peran perempuan dalam sejarah Islam juga tidak bisa diabaikan. Sebut saja Khadijah binti Khuwailid, istri Rasulullah SAW, yang tidak hanya menjadi pendamping setia, tetapi juga seorang saudagar sukses yang mendukung perjuangan Islam sejak awal (Hidayati 2017, 21). Begitu pula dengan Nusaibah binti Ka'ab, yang dikenal sebagai salah satu pejuang dalam Perang Uhud. Kisah-kisah mereka menunjukkan bahwa Islam tidak membatasi peran perempuan hanya pada urusan rumah tangga. Perempuan memiliki hak dan potensi untuk berkontribusi dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam membela agama dan negara.

Kehebatan perempuan juga banyak ditunjukkan pada zaman sekarang. perempuan Muslim menunjukkan bahwa mereka mampu berada di segala bidang, seperti menjadi pemimpin, akademisi, aktivis, hingga pengusaha sukses. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa kedudukan perempuan dalam Islam tidak menjadi penghalang untuk berkarya, melainkan dasar yang kuat untuk mencapai kesuksesan, selama tetap berpegang pada nilai-nilai agama.

Namun, diskriminasi gender dan stigma sosial akan terus ditemukan dan dihadapi oleh perempuan Muslim. Oleh karena itu, penting untuk terus melakukan edukasi yang berlandaskan pada Al-Qur'an dan hadits, agar masyarakat dapat memahami betapa besarnya peran dan kedudukan perempuan dalam Islam (Fauzi 2018, 56).

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa perempuan dalam Islam memiliki kedudukan yang sangat istimewa. Islam memberikan hak dan kehormatan yang tinggi kepada perempuan, serta menempatkan mereka pada posisi yang setara dengan laki-laki dalam banyak hal, baik sebagai individu, anggota keluarga, maupun sebagai bagian dari masyarakat (Wadud 2006, 85). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun