Mohon tunggu...
Rizky Satrio Rahardjo
Rizky Satrio Rahardjo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, 21107030101

Yaaa Gituu

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Hidden Gem: Cilor Pak Irul, Jajanan Kaki Lima Idaman Anak Muda

14 Juni 2022   15:31 Diperbarui: 14 Juni 2022   15:35 1671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cilor Pak Irul depan Fakultas Teknik UNY (*Dokpri)

Perkembengan zaman memang merubah segalanya, mulai dari gaya hidup, penampilan, karakter, kebutuhan, dll. Tak lupa juga soal makanan.

Seiring perkembangan zaman, makanan olahan pun ikut berinovasi. Apalagi dizaman sekarang sudah banyak restoran atau kafe-kafe kekinian yang menyajikan makanan modern dengan segala “keribetan” penamaannya.

Namun, akhir-akhir ini makanan-makanan atau jajanan tempo doeloe kembali naik dan menjadi trend anak-anak muda. Jajanan tersebut ialah cilor, seblak, odading, dll.

Jajanan tersebut jika dilihat yaa seperti jajanan pada umumnya, tapi rasanya beuuhh juaraa!

Tak kalah dari makanan modern, jajanan tradisional ini juga memliki penggemarnya sendiri. Yap anak muda adalah target sasaran para penjual jajanan-jajanan tersebut. Selain harga yang cukup murah, namun rasanya juga tak kalah enak dari makanan-makanan modern.

Ditambah lagi melandanya pandemi Covid-19, yang membuat kebanyakan masyarakat banting setir menjadi pedagang makanan. Entah makanan olahan maupun jajanan. Pandemi Covid-19 sendiri membuat para pedagang terus berinovasi soal makanan, karena mulai banyak masyarakat yang ikut berjualan makanan ataupun jajanan.

Cilor sendiri merupakan makanan khas dari Jawa Barat. Cilor sendiri merupakan akronim dari ‘aci telor’. Dari namanya saja kita sudah bisa menebak bahan utama pembuatan cilor adalah tepung aci atau tepung kanji atau tepung tapioka dan telor, bahan kedua adalah tepung terigu.

Berikut ini cara membuat cilor yang sederhana;

  • Pertama, tuangkan kurang lebih 150 ml air bersih ke dalam panci dan nyalakan api.
  • Masukkan bawang putih yang sudah dihaluskan bersama garam dan merica bubuk lalu aduk sebentar hingga mendidih.
  • Sambil menunggu, ambil wadah dan tuang tepung aci dan tepung terigu sambil diaduk sebentar hingga tercampur rata.
  • Setelah mendidih, tuangkan campuran air ke dalam mangkuk campuran tepung dan aduk dengan sendok kayu sampai tercampur rata.
  • Tunggu sebentar hingga agak hangat lalu uleni sebentar hingga terasa kenyal atau halus dan bisa dibentuk.
  • Ambil adonan secukupnya dan bentuk sesuai selera. Bisa dipotong kecil-kecil sesuai selera.
  • Siapkan panci dan tuang air bersih kemudian tambahkan minyak goreng baru sekitar 1 sendok makan agar tidak lengket.
  • Setelah mendidih, masukkan campuran cilor dan biarkan masak atau mengembang lalu angkat dan tiriskan sebentar agar airnya habis.
  • Ambil 2 atau 3 butir telur dan aduk rata. Anda bisa menambahkan sedikit garam jika suka.
  • Siapkan wajan seperti cetakan untuk membuat kue lalu beri minyak atau margarin secukupnya.
  • Masukkan potongan cilor ke dalam wajan lalu tuang telur yang sudah dikocok. Masak cilor sampai matang lalu angkat dan tiriskan sebentar. Cilor siap diberi bumbu atau saus dan mayonaise secukupnya sesuai selera.

Ada beberapa versi dari penyajian cilor itu sendiri. Ada yang menyajikannya dalam bentuk bulat seperti bakso lalu ditusuk dengan tusukan sate dan digoreng dengan telur.

Ada juga yang membuatnya dengan cara dipotong kecil-kecil lalu digoreng dengan telur dan ditambahi bumbu-bumbu seperti balado, BBQ, keju, dll.

Seperti yang dikatakan Pak Irul, pedagang cilor di Jl. Bougenville, Karang Gayam, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta depan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Beliau menuturkan kalau cilor dagangannya disajikan dengan bentuk yang kecil yang dikombinasikan dengan bumbu-bumbu seperti jagung, balado, keju, BBQ, asin.

“rasa-rasanya banyak mas, ada jagung, keju, pedas, balado, asin.” Tuturnya.

Perpaduan rasa-rasa tersebut menjadikan cita rasa cilor semakin sedap.

Saya sengaja mewawancarai beliau karena cilor milik Pak Irul ini sangat terkenal dan ramai sekali dikunjungi pembeli.

Memang tidak bisa dipungkiri rasa cilor beliau sangat enak.

Kata Pak Irul di daerah itu memang sangat strategis karena banyak dilalui kendaraan motor maupun mobil. Apalagi di hari Senin dan Selasa.

Pak Irul juga menuturkan kalau biasanya jualannya ramai dibeli pada malam Senin dan Selasa.

“disini malah kalau hari libur sepi mas, mungkin kan kalau libur banyak mahasiswa yang pulang terus Seninnya masuk, jadi kalau ramainya ya malam Senin sama Selasa mas,” kata Pak Irul.

Pak Irul, Pedagang Cilor dan Maklor depan Fak. Teknik UNY (*Dokpri)
Pak Irul, Pedagang Cilor dan Maklor depan Fak. Teknik UNY (*Dokpri)

Tak hanya cilor saja yang beliau jual, namun ada maklor yang tentunya tak kalah enak juga.

“disini saya jual cilor sama maklor juga mas,” kata Pak Irul.

Maklor sendiri adalah makanan yang bahan dasarnya terbuat dari macaroni yang direbus. Sesuai namanya, maklor merupakan akronim dari ‘makaroni telor’.

Pembuatannya juga simple nggak ribet. Sebenarnya hampir sama dengan cara membuat cilor, namun bedanya cuma bahan dasarnya dari macaroni yang direbus.

Pak Irul merupakan korban dari pandemi Covid-19, yang imbasnya Pak Irul harus banting setir dari pekerjaan lamanya menjadi pedagang cilor.

Dalam wawancara saya dengan beliau, beliau menjelaskan perjalanan beliau melewati masa-masa sulit sebelum pandemi sampai sekarang.

Beliau merupakan karyawan di salah satu perusahaan di Jawa Timur. Dan pada saat pandemi, beliau harus di PHK karena suatu alasan. Ya hampir sama dengan korban-korban PHK lainnya yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19.

Sebagai kepala rumah tangga yang bertanggung jawab, Pak Irul rela banting setir menjadi pedagang cilor demi mencukupi kebutuhan rumah tangganya.

“ya saya dulu itu kerja di Jawa Timur mas, terus karena pandemi jadi ya gabisa lanjut kerjaannya,”

“akhirnya usaha kecil-kecilan yang penting bisa dapet penghasilan”, pungkasnya.

Pak Irul menjelaskan kalau dirinya melihat peluang dari tetangganya yang berjualan jajanan tradisional. Dan juga kejelian beliau melihat peluang dengan berjualan di daerah yang banyak lalu lalang kendaran bermotor.

Pada saat pandemi, dagangan Pak Irul sangat terkena imbasnya. Menurut Pak Irul, saat pandemi dagangannya sepi sementara modal untuk berjualanpun juga tidak murah.

Apalagi harga minyak yang sempat naik tempo lalu. Beliau harus pintar-pintar mencari kios atau warung sembako yang menjual minyak dengan harga miring.

Hal yang menjadi daya Tarik dari cilor beliau adalah rasa yang beragam. Pak Irul menjelaskan bahwa cilor dan maklor beliau menawarkan banyak rasa yang jika semua rasa dicampurkan akan terasa lebih nikmat.

Tak hanya rasa yang bervariasi, bentuk penyajian cilor yang dipotong dadu kecil-kecil, membuat bumbu-bumbu lebih meresap dan menjadi lebih enak dimakan, karena bentuk yang kecil-kecil.

Saya sangat merekomendasikan cilor dan maklor ini, karena yaa memang rasanya yang sangat enak. Disamping rasa yang enak, harganya pun tak mahal. Untuk satu cetakan wajan dibandrol dengan harga Rp 1.000 saja.

Dijamin nagih!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun