Sesampai di pertigaan jalur Kili Suci, Ahmad langsung terduduk. Begitu pun saya. Rasa lelah menjalar ke seluruh tubuh. Kaki Ahmad gemetar. Dia bercerita bahwa ini kali pertama merasakan rasa lelah yang begitu hebat. Mungkin efek trek yang menurun setelah puncak bayangan tadi.
Kami berdua beristirahat. Memakan beberapa camilan. Kabut mulai menipis. Dari kejauhan terlihat punggung pegunungan yang gagah. Kami berdua juga berjumpa pendaki lain. Sejenak berbincang. Menghabiskan barang sepuluh menit waktu untuk saling mengenal. Kemudian pendaki tersebut meneruskan perjalanan ke puncak.
Tak terasa waktu terus berlalu hingga satu jam. Dan belum ada tanda-tanda Agung dan Rosyad kembali. Kami berusaha meneriakinya. Sia-sia. Suara kami berdua hanya diterpa angin dan memantul di antara punggung pegunungan. Kami berdua mulai khawatir.
"Setengah jam lagi kalau belum ada tanda-tanda mereka berdua kembali, kita turun," ucapku kepada Ahmad.
Sembari menunggu, kami berdua terus meneriaki mereka. Barang kali ada jawaban. Tapi sekeras apa pun kami berteriak, selalu tak ada jawaban. Ke mana kedua kawanku? Pikiran kami berdua melayang. Jangan-jangan terjadi apa-apa. Resah. Khawatir. Cemas. Perasaan tersebut mengerubungi kami.
Selepas setengah jam dan tidak ada tanda-tanda Agung dan Rosyad kembali, kami berdua memutuskan untuk turun ke bawah. Tidak ada cara lain. Saya dan Ahmad harus menyusul kedua kawan kami.
Bersambung ... Next Part 5.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H