Mohon tunggu...
Rizky Hadi
Rizky Hadi Mohon Tunggu... Lainnya - Anak manusia yang biasa saja.

Selalu senang menulis cerita.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

#3 Gunung Kelud: Nasi yang Kehilangan Esensi

4 Maret 2022   07:00 Diperbarui: 5 Maret 2022   07:18 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai penutup rasa malu, dia makan nasi cokelat tersebut. Otaknya yang kreatif bekerja saat itu. Dia menambahkan penyedap rasa di nasinya. Seakan-akan penyedap rasa bisa membuat nasi gosong menjadi enak. Mulailah dia makan. Pelan sekali makannya seperti sinden. Padahal dia biasanya kalau makan itu sangat cepat. Tanboy Kun mungkin kalah karena saking cepatnya.

"Coba rasain! Enak puoolll," kata Ahmad.

Saya langsung menggeleng keras. Saya tak pernah yakin padanya. Apalagi ini menyangkut soal perperutan. Saya tak ingin merusak nafsu makan di pagi yang teduh ini hanya gara-gara nasi gosong bikinan Ahmad.

Agung yang akhirnya mencicipi nasinya. Dia memberikan sedikit pujian. Walau saya yakin pujian tersebut hanyalah penghibur saja agar Ahmad tak kapok memasak.

Ada dua cara untuk mengetahui seseorang suka terhadap makanan atau tidak. Pertama, makannya dilama-lamain. Kedua, makan sambil tengok kanan kiri. Dan kedua hal tersebut tertangkap jelas pada gelagat Ahmad. Dia makan nasinya sendiri dengan tidak yakin.

Saya dan Agung cekikikan melihat wajahnya. Mlotrok. Waktu terasa begitu lambat baginya. Dan setelah sekian lama, akhirnya dia nyerah. Dia tak menghabiskan nasinya dan langsung minum yang banyak. Benar kan dugaan saya, dia tidak bisa masak.

"Wes nyerah aku. Ra enak blas..."

Kesempatan kedua giliran Agung yang masak nasi. Lebih baik. Dia tak banyak tingkah seperti Ahmad tadi dan hasilnya nasinya matang dengan cukup baik.

Saya tak dapat giliran memasak. Tak terlalu jago juga memasak karena saya tidak belajar. Kalau saya belajar dengan sungguh-sungguh, nanti Chef Arnold kalah sama saya. Kasihan nanti jatah juri di Master Chef Indonesia hilang dari tangannya. Menganggur dia nanti. Tapi saya mempunyai lidah yang peka terhadap rasa. Jadi keahlian saya dalam dunia perdapuran adalah icip-icip sampai makanannya habis. Bayangkan kalau semuanya bisa memasak, lalu siapa yang mencicipinya? Bingung malahan nanti. Nah di situlah peran dan naluri saya sangat dibutuhkan.

Dari kiri, Ahmad dan Rosyad. Terlihat wajah Ahmad yang mlotrok karena merasakan nasi yang dibuat sendiri (Dokpri)
Dari kiri, Ahmad dan Rosyad. Terlihat wajah Ahmad yang mlotrok karena merasakan nasi yang dibuat sendiri (Dokpri)

Kini tinggal lauknya saja. Rosyad sudah bangun tidur. Dia langsung tancap gas mengambil peralatan. Menunya masih sama dengan tadi malam. Mie dengan sayur kol. Makanan sejuta umat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun