Mohon tunggu...
Rizky Hadi
Rizky Hadi Mohon Tunggu... Lainnya - Anak manusia yang biasa saja.

Selalu senang menulis cerita.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Beda Zaman Beda Pelajaran

1 Maret 2022   08:00 Diperbarui: 1 Maret 2022   08:06 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin sore saya sedang dalam masalah besar. Adik saya tiba-tiba datang ke kamar saya sembari membawa buku LKS. Wajahnya terlihat kebingungan. Adik saya perempuan. Dia sekarang duduk di bangku kelas 7 MTS. Saya sebelumnya tidak mengisarkan kedatangannya. Toh dia juga sering ke kamar saya, biasanya mengganggu saya menulis.

"Mas, tolong ajari mengerjakan PR!" pintanya memelas.

Sebagai kakak yang sok jual mahal, saya awalnya tidak mau membantu adik saya sendiri. Itu sudah perangai saya. Kakak harus mengerjai adiknya dulu. Kalau adik meminta bantuan, harus didebat terlebih dahulu tapi ujung-ujungnya tetap mengulurkan tangan juga. Dan hal ini selalu berbolak-balik di kemudian hari. Kalau saya gantian meminta bantuan, saya yang didebat oleh adik sendiri. Jan mblegedhes.

Setelah lama dia merajuk, akhirnya saya luluh juga.

"Ini, Mas. PR-nya Matematika," katanya sembari menyerahkan buku LKS.

Mak Jindhul. Saya terkejut. Matematika? Musuh lama itu datang kembali. Sewaktu saya sekolah dulu, saya selalu berbeda pendapat dengan Matematika. Habisnya barang satu ini selalu membuat saya pusing tak keruan. Kadung ngitung lama-lama, eh malah jawabannya enggak ada di multiple choice. Kan mblegedhes.

Perlahan saya membaca soalnya. Membolak-balik buku. Mencari tahu mana cara yang tepat, yang sesuai dengan contoh. Lama sekali saya mencari. Menghabiskan waktu sekitar lima belas menit.

Saya mengernyitkan kening. Ini bakal berat, batin saya. Mengapa kau selalu membuat pusing, Matematika? Ayolah, kali ini kita gencatan senjata. Demi menjaga marwah saya di hadapan adik sendiri.

Soal kelas 7 kok angel timen. Lagian iki soale yo aneh-aneh. Masa kelas 7 sudah diajari menghitung peluang. Harusnya suruh menghitung berapa uang saku yang dihabiskan selama seminggu sekolah. Kan mudah. Belum lagi berkutat dengan kecepatan kendaraan. Lha wong kelas 7 belum ada 17 tahun kok sudah disuruh menghitung kecepatan kendaraan. Mana paham? Hais ... ra ngerti blas.

Nyerah. Mentok. Tapi gengsi dong bagi seorang kakak jika tak bisa berbuat apa-apa di depan adik. Jadi saya mengeluarkan jurus pamungkas. Jurus andalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun