Mohon tunggu...
Rizky Hadi
Rizky Hadi Mohon Tunggu... Lainnya - Anak manusia yang biasa saja.

Selalu senang menulis cerita.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pemuda yang Beruntung

6 Januari 2021   11:19 Diperbarui: 6 Januari 2021   11:31 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Selamat siang, Pak." Seluruh mahasiswa serentak menjawab.

"Saya yang akan mengampu mata kuliah kalian. Nama saya,  Muhammad Aziz Farady. Kalian semua bisa memanggil saya dengan, Pak Aziz ...."

Kami semua diam, mendengarkan. Satu-dua mahasiswa bertanya tentang asal daerah, status, berapa anaknya hingga nomor teleponnya. Semua ditanyakan layaknya seorang wartwan yang mengorek informasi. Untungnya, Pak Aziz dengan senang hati menjawab satu per satu pertanyaan dari kami.

Setelah memperkenalkan dirinya, Pak Aziz kemudian membuka daftar kehadiran mahasiswa. Dia memanggil setiap dari kami untuk bergantian memperkenalkan diri. Di sinilah aku bisa mengetahui nama dan daerah asal teman-teman baruku.

Yang menarik perhatian tentu saja Bogar. Ketika dia berdiri, memperkenalkan diri, dia sok-sokan memakai bahasa Inggris. Padahal bahasa Inggrisnya sangat kaku dan terkesan dipaksakan. Sewaktu Pak Aziz menimpali dengan bahasa Inggris juga, Bogar malah celingukan, bingung. Wajahnya berubah menjadi merah, malu. Hal itu yang mengundang tawa dari seisi kelas.

"Baik, saya sudah sedikit mengenal tentang kalian. Selamat datang di kelas saya. Sebelum saya memulai perkuliahan, saya ingin bertanya tentang satu hal dan menurut saya ini menjadi penting. Menurut kalian siapakah orang yang paling beruntung di dunia ini?" tanya Pak Aziz kepada seluruh mahasiswa.

Agam mengangkat tangannya, "Anak yatim, Pak. Karena dia bisa besar dan kuat tanpa kehadiran orang tua."

"Anak pejabat, Pak. Mereka sangat beruntung karena segala yang dibutuhkannya tinggal minta kepada bapaknya. Tidak perlu susah payah untuk mendapatkannya," ujar Raden, temanku asal Solo.

"Rafatar, anak Rafi Ahmad. Dia kaya sejak lahir." Bogar membuka suaranya. Seisi kelas langsung tergelak, tak kuat mendengar omongan Bogar yang jenaka. Bahkan membuat Pak Aziz sampai geleng-geleng kepala.

Setiap mahasiswa bergantian menjawab. Sedangkan aku dan beberapa mahasiswa lain hanya mendengarkan saja. Sejujurnya aku masih bingung dengan pertanyaan dari Pak Aziz. Bingung dengan konteks keberuntungan seperti apa. Jika keberuntungan dilihat dari sisi materi, mungkin anak pejabat, anak selebritas termasuk orang yang beruntung. Jika ditilik dari ranah kebahagiaan mungkin anak jalanan yang bisa bersekolah juga termasuk orang yang beruntung.

"Sebetulnya semua orang yang lahir di dunia ini adalah orang yang beruntung. Hanya saja setiap dari kita memiliki jalan hidup dan tugasnya masing-masing. Ada orang yang lahir hanya untuk berbuat baik ke sesama. Anak pejabat beruntung karena dilahirkan dalam kondisi ekonomi yang berlebih begitupun juga anak yatim. Walaupun mereka tidak punya orang tua, tapi keberuntungan mereka terletak pada hatinya. Mereka mempunyai hati lapang sebagai wadah untuk kesabaran, kerja keras, dan hal baik lain yang menyokong hidupnya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun