Negeri Godam tengah dilanda kekacauan beberapa hari ini. Kedatangan pendekar dari negeri Thraskan bernama Big Bab menjadi musababnya. Makhluk bertubuh tinggi besar, perut buncit dengan bertelanjang dada. Pergelangan kakinya terdapat logam besi berisi jimat Vardasrana, bisa membuat makhluk yang memakainya mempunyai tumpuan sangat kuat.
Big Bab menghancurkan setiap bangunan yang dijumpai. Membunuh anak-anak dengan samurai kecil sehingga darahnya bisa dijadikan kekuatan baru untuk Big Bab. Semakin banyak asupan darah, Bib Bab akan semakin tak tertandingi.
Tujuan Big Bab datang ke negeri Godam adalah untuk menjadi penguasa. Dia sudah bosan hidup di negeri Thraskan karena hanya selalu menjadi kacung. Setelah mengumpulkan kekuatan selama bertahun-tahun, Big Bab akhirnya pergi. Mujurnya, di setiap negeri yang disinggahi, dia hanya merasa nyaman berada di negeri Godam.
"Siapa penguasa Godam?" Suara Big Bab menggema ke penjuru negeri.
Orang-orang lari ketakutan mendengar suara Big Bab. Setiap perempuan yang sudah mempunyai anak, segera menyembunyikan buah hatinya ke dalam rumah. Big Bab masih meluluh lantakkan bangunan. Kendaraan seperti motor dan mobil juga hancur akibat kekuatan tangan dari Big Bab.
"Siapa penguasa Godam?" Sekali lagi, Big Bab kembali mengeluarkan suaranya yang berat.
Dari balik reruntuhan, orang-orang kalang kabut, muncul seorang pria berkaos abu-abu dibalut jaket hitam dengan rambut depan menutupi dahi. Dia adalah Awang. Jika dia hendak bertarung, maka dengan cincin hitamnya akan berubah menjadi Godam, sang penguasa negeri Godam.
"Hentikan! Kau mengganggu kedamaian negeri ini," ucap Awang.
"Jadi kau penguasa negeri ini? Pria kerdil sepertimu tak pantas memimpin. Akulah yang akan mengambil alih kekuasaan," balas Big Bab.
"Oh ya? Negeri Godam tidak pernah mempunyai penguasa kejam sepertimu."
"Nyalimu besar sekali sehingga berani melawan perkataanku."
Awang memandang Big Bab tajam. Tak terbersit ketakutan sedikit pun di dalam dirinya. Dia seorang pemimpin negeri Godam, sudah selayaknya dia melindungi negerinya dari setiap ancaman yang datang.
"Kau telah melanggar hukum di negeri ini," tegas Awang, dia semakin mendekat ke Big Bab. Jarak mereka hanya menyisakan lima langkah.
"Hukum itu memang harus dilanggar dan kau adalah buktinya. Kesalahanmu adalah terlalu patuh pada aturan sehingga tidak tahu bahwa negeri ini kurang keseimbangan." Big Bab melontarkan perkataan yang berbau ancaman.
"Keseimbangan tak melulu dilakukan dengan merusak fasilitas," sergah Awang.
"Aku ingin menjajal kemampuanmu. Kudengar kau memiliki kekuatan luar biasa." Big Bab tersenyum sinis.
Langit negeri Godam dipenuhi atmosfer menegangkan. Awan mendung yang menata tempat seolah mengamini pertarungan ini.
Awang memakai cincin sakti berwarna hitam. Sejurus kemudian, dia telah berubah menjadi Godam. Jubah tempur mirip seperti Superman dengan bendera yang mengikat di pundaknya, bisa digunakan untuk terbang. Big Bab tak kalah siap. Dia mengeluarkan samurai kecil, bisa membuat tumbang musuh dengan sinar yang dimiliki.
"Kita mulai, Godam."
Big Bab mengangkat samurai kecilnya, mengarahkan tepat ke dada Godam. Akan tetapi, Godam telah siap. Sudah lama dia tidak bertarung satu lawan satu. Terakhir dia melawan Roh Setan yang berwujud kalung berliontin batu permata.
Sinar dari samurai kecil Big Bab meluncur dengan cepat, tepat mengenai dada Godam. Yang tidak diketahui Big Bab, jubah tempur Godam kebal dari segala serangan. Sinar samurai kecil mental, tak bisa menggoyahkan Godam.
Big Bab menyeringai tipis seraya berkata, "Kostum yang bagus, Godam."
Beberapa saat kemudian, Big Bab menyimpan samurai kecil. Sia-sia jika dia harus menggunakannya. Big Bab meneruskan pertempuran dengan tangan kosong. Satu tinjuan melesat. Godam bergeser ke kiri. Tangan Big Bab menghantam udara kosong. Big Bab melancarkan pukulan berkali-kali tetapi kecepatan Godam berhasil menghindarinya.
Giliran Godam menyerang. Dia bergeser ke kanan, mengambil ancang-ancang. Kekuatan bendera yang mengikat di pundak, bisa membuatnya terbang secepat supersonik. Godam kini sudah berada di atas, mencari celah untuk menyerang Big Bab. Setelah mendapatkan sasaran, Godam memukul leher Big Bab. Big Bab berhasil menangkis. Bertubi-tubi Godam melancarkan pukulan, tetapi bisa dihindari. Adu pukulan jarak dekat terjadi. Atas, bawah, kiri, kanan, tangan keduanya saling tangkas.
Godam menyerang cepat tetapi dia lupa bahwa pertahanannya sedikit terbuka. Big Bab melihat kesempatan itu.
Bukk! Satu tinjuan Big Bab menyasar pipi Godam. Pukulan yang kuat. Membuat Godam terpelanting ke bawah. Sesaat sebelum jatuh, Big Bab menarik bendera Godam, membuat lepas dari pundaknya. Godam terbanting lantas mengaduh.
"Yeah," Big Bab berseru.
Big Bab membuang sembarang bendera Godam.
Godam berusaha untuk bangkit. Sudah biasa dia melalui pertempuran semacam ini. "Giliranku sekarang."
Godam merangsek maju, dia mengubah strategi. Tidak hanya menyerang leher, melainkan mencecar perut buncit Big Bab.
Tinju kanan Godam memukul leher disusul tinju kiri menyasar perut. Tanpa jeda. Tepat. Big Bab mundur tiga langkah. Tetapi, tak berhasil membuatnya terjatuh. Ketahanan Big Bab sangat kuat berkat gelang logam di pergelangan kakinya.
"Tidak buruk, Godam." Big Bab tersenyum, memperbaiki posisi.
Big Bab kembali maju untuk menyerang Godam. Dia masih mengincar wajah karena tahu, di sana titik lemah Godam. Tinju Big Bab terkepal membidik pipi, Godam menangkis. Menjurus dagu, Godam menghindar. Kanan, bawah, Big Bab terus menyerang. Walau tak secepat serangan Godam, tinjuan Big Bab hampir selalu mengarah.
Bukk! Satu tinjuan menyasar pipi Godam.
Bukk! Dagu Godam terbuka berhasil dimanfaatkan Big Bab. Godam tersungkur.
"Keseimbangan, Godam. Kau selalu lupa akan hal itu. Kau memang cepat tapi kau melupakan satu hal paling penting untuk bertarung."
Big Bab mendekat. Kedua tangannya sudah terkepal.
Belum sempat Godam memperbaiki posisi, Big Bab kembali melancarkan serangan. Godam semakin terdesak. Jika tinjuan ini mengenainya, maka dia akan langsung terkapar. Godam memperhatikan sekeliling, kendaraan dan bangunan hancur. Jika dia tidak segera bangkit, maka nasibnya akan sama. Godam berpikir, belum pernah dia merasakan kekuatan tinjuan sebesar milik Big Bab. Dengan kekuatan tersebut, Big Bab bisa dengan mudah menaklukkan musuhnya.
Tinju Big Bab sudah kembali terangkat, mengincar wajah Godam. Satu detik, dua detik, tinjuan Big Bab melesat. Bumm! Meleset. Tidak mengenai wajah Godam melainkan menghantam tanah hingga menghasilkan bekas kepalan Big Bab.
Sesaat sebelum tinju Big Bab meluncur, Godam dengan kecepatannya menghindar. Sederhana, cukup menghentakkan seluruh badan ke arah yang diinginkan. Secara kasat mata, gerakan itu hanya terlihat sekilas. Hanya dia dan sahabatnya, Gundala yang mempunyai kecepatan itu.
"Kecepatanmu masih mumpuni juga, Godam." Big Bab sedikit kesal karena tinjuannya gagal menemui sasaran.
Godam telah berada tujuh langkah di depan Big Bab. Dia sedikit bisa mengatur napas, memutar kembali rencana mengalahkan Big Bab. Godam berprasangka bahwa Big Bab akan segera mengeluarkan kekuatan terbaiknya. Di satu sisi, Big Bab melepas gelang di kaki dan memasangnya di tangan. Dengan peralihan tersebut kekuatan tinjuan Big Bab akan bertambah dua kali lipat. Jimat Vardasrana di dalam gelang itu juga mendukung adanya daya tahan yang luar biasa di badan si pemakai.
Godam menggeser kaki ke kiri, menguatkan kuda-kuda. Big Bab sudah maju dan bersiap melepaskan tinjuan. Bukk! Tinju Big Bab mengenai dada Godam. Big Bab salah berhitung. Jubah tempur Godam mempunyai kekebalan terhadap apa pun. Jadi, sekuat Big Bab meninju tetap tak bisa menjatuhkan Godam.
Pertarungan semakin sengit. Giliran Godam yang maju. Bak angin ribut, Godam melancarkan pukulan ke leher dan perut Big Bab.
Bukk! Bukk! Bukk! Bukk! Empat pukulan menyasar ke Big Bab. Tiga menerjang perut dan satu menyambar leher. Tetapi, pukulan tersebut hanya membuat Big Bab mundur dua langkah.
Big Bab menggeram. Godam berada di atas angin. Dia tak memberikan lawannya kesempatan. Dua pukulan secara bergantian sudah melesat. Salah. Big Bab sigap menghindarinya dan langsung mengirimkan serangan balik ke wajah Godam. Bukk! Godam terpelanting. Belum juga bangkit, Big Bab sudah melangsungkan tinjuan kedua. Bukk! Godam semakin tersungkur.
Kekuatan Godam semakin terkikis. Big Bab mengangkat tinju tinggi-tinggi. Pukulan terakhir. Bukk! Godam sudah tak berdaya.
"Kau tak sekuat yang kubayangkan," ucap Big Bab dengan pongah.
Big Bab merentangkan kedua tangannya. Terlihat lengannya yang besar. Awan mendung masih menyelimuti langit. "Negeri Godam sudah ada di tanganku." Suara Big Bab kembali menggema.
Awang yang bertransformasi menjadi Godam telah kalah. Negeri Godam mempunyai penguasa baru. Ketika Godam tersadar nanti, dia akan menjadi lebih kuat dan bersiap merebut kembali daerah teritorialnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H