Yang pasti saya setuju, orang sangat miskin, miskin, juga hampir miskin itu harus dibantu. Mereka harus diberikan akses dasar seluas-luasnya, termasuk diberikan subsidi, by name, by address melalui program PKH, beasiswa, bantuan beras, PNPM, KUR, rumah murah dan program lainnya.Â
Subsidi Prioritas
Bukan tabungan saja yang prioritas. Subsidi juga perlu ada prioritas apalagi di saat anggaran kita terbatas. Ilustrasi sederhananya begini. Misalnya di keluarga ada ayah, ibu dan 2 orang anak.
Penghasilan si ayah 5 juta rupiah sebulan. Si istri tidak bekerja. 60% atau sekitar Rp3 juta alokasi gaji untuk biaya hidup (belanja rutin), 30% atau Rp1,5 juta untuk cicilan rumah, sisa 10% atau Rp500 ribu.
Kebetulan hape si istri rusak, 500 ribu buat beli hape baru atau cukup service 100 ribu hape kembali normal, sisanya 400 ribu untuk ditabung buat dana darurat kesehatan dan pendidikan keluarga? Dengan kondisi seperti itu, pasti alokasi anggaran digunakan untuk yang lebih prioritas.
Dalam konteks bernegara. Saya pernah ulas ini beberapa tahun lalu, bahwa tidak ada satupun negara yang tidak mensubsidi rakyatnya. Hanya saja yang membedakan adalah alokasi subsidi itu untuk apa dan siapa.
Di belahan bumi lain seperti beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat subsidi negara lebih dialokasikan ke sektor produktif. Maka tidaklah mengherankan ketika seringkali kita mendengar adanya program subsidi pertanian, sekolah gratis, kesehatan gratis, termasuk subsidi langsung kepada orang miskin yang sangat diprioritaskan menikmati program social security.
Sementara di Indonesia, perdebatan alokasi subsidi untuk apa dan siapa terus terjadi seolah tanpa ujung termasuk perdebatan alokasi subsidi energi. Sebagian menilai bahwa seluruh rakyat Indonesia berhak mendapatkan bensin murah, gas murah dan listrik murah.
Sementara sebagian yang lain termasuk saya menilai hanya orang berkategori miskin, sangat dan hampir miskin yang berhak mendapatkan subsidi.
Saya tidak perlu berteori terlalu banyak, para ahli sudah angkat bicara, saya juga bukan sok kaya, sejatinya saya pun malah ingin yang murah, gratisan dan berkualitas. Tetapi kita harus melihat dalam perspektif yang lebih luas, ada orang yang lebih membutuhkan.
Setidaknya menurut BPS, ada sekitar 24-25 juta orang miskin di Indonesia, sebuah kategori rata-rata nasional untuk rumah tangga (keluarga) yang hanya memiliki penghasilan di bawah Rp2 juta per bulan.