Di udara kita punya Dirgantara Indonesia yang punya sejarah panjang mulai dari N250 Gatot Kaca sampai CN 235, NC212, Helli Super Puma hingga prototipe kapal tanpa awak (UAV) Puna Male. Â
Di darat, kita punya Pindad sebagai pabrik senjata SS-1, SS-2 yang selalu jadi juara menembak di ajang Australian Army Skill At Arms Meeting (AASAM) terakhir di 2019 kemarin.
Tidak hanya senjata kita sudah mampu joint production panser anoa dan beberapa alat tempur lainnya. Kita juga memiliki INKA untuk kereta api, Dahana untuk bom peledak, LEN, INTI, INUKI, Kratau Steel, Bharata Indonesia yang mampu memperkuat industri pertahanan nasional kita.
Tetapi dalam skala global, tidak ada satupun yang masuk ke dalam Top 100 perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pertahanan nasional. Seperti dilansir Defense News, pada tahun 2019 atas kinerja keuangan 2018, Perusahaan asal Amerika Serikat, Tiongkok dan Eropa masih mendominasi 100 besar dunia industri pertahanan global dengan jumlah pendapatan usaha yang besar.
Untuk masuk ke dalam jajaran tersebut memang butuh waktu perjalanan panjang. Sebagai contoh Lockheed Martin, perusahaan asal Amerika Serikat yang menjadi Perusahaan nomor satu dunia dari sisi pendapatan mencapai USD51 miliar pada 2018 yang terkenal sebagai perusahaan pembuat pesawat militer salah satunya C-130J, jet tempur F-16 dan F-35 serta helikopter S-79 Black Hawk merupakan Perusahaan hasil merger.
Lockheed Martin yang bergerak dalam bidang dirgantara dan pertahanan merupakan hasil merger antara dari Lockheed Corporation dengan Martin Marietta pada tahun 1995. Sebelumnya, Lockheed Corporation sendiri telah berdiri sejak 1912.
Nampaknya, untuk mensinergikan, untuk memperbesar kapasitas Perusahaan, menguatkan likuiditas, untuk menciptakan produk dengan hasil yang lebih efisien, terintegrasi dan termonitoring dengan baik dengan pola yang terspesialisasikan, BUMN yang bergerak di bidang industri pertahanan nasional ada yang perlu di merger atau dalam bentuk holding. Â Wacana sejak lama yang sampai dengan penghujung tahun 2019 berakhir belum juga terealisasi.
Jika holding sudah terbentuk, pengembangan riset-riset robot para mahasiswa yang juara dunia atau juara nasional, juga karya inovasi industri pertahanan nasional dari para ahli, akademisi serta praktisi, yang terintegrasi melalui BRIN bekerjasama dengan Komite Kebijakan Industri Pertahanan Indonesia ("KKIP") untuk mengatur kembali fokus terhadap industri apa?
Setelah fokus, kira-kira Indonesia memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghasilkan sebuat produk maka selanjutnya akan lebih mudah dalam proses "linked" dalam skala produksi yang lebih masif dan mencapai nilai ke-ekonomis-an melalui holding BUMN pertahanan.
Ketiga, memberikan insentif fiskal dan non fiskal. Industri pertahanan nasional tidak akan berkelanjutan tanpa adanya dukungan dari pemerintah.
Kita tahu apa yang dilakukan pemerintah Turki dalam mewujudkan mobil listrik nasional mereka, TOGG? Seperti diberitakan Automotive News Europe.