Kebayang nggak sih kalau petugas pemadam kebakaran di seluruh Indonesia punya robot yang membawa bom asap pemadam api (fire extinguisher bomb) untuk membantu dalam pemadaman titik api yang sulit kejangkau atau membahayakan?
Atau kebayang gak sih petugas PLN yang menggunakan bantuan robot untuk memutuskan aliran listrik yang bermasalah misalnya, atau robot yang bisa membantu petugas PDAM yang dapat mendeteksi kebocoran saluran pipa air bersih?
Atau petugas Telkom yang menggunakan robot bawah tanah untuk mengetahui kabel fiber optic yang putus di dalam gorong-gorong sehingga gak perlu menggali semua gorong-gorong cukup pada koordinat tertentu?
Atau bisa kebayang gak robot membantu Badan Nasional Penanggulangan Bencana ("BNPB") dalam penanggulangan bencana di daerah-daerah yang sulit kejangkau di tebing curam misalnya, atau Komite Nasional Keselamatan Transportasi ("KNKT") misalnya dibantu robot dalam mencari black box jika terjadi kecelakaan pesawat di dalam lautan yang dalam?
Atau kebayang gak sih, TNI AU kita menggunakan pesawat tanpa awak (UAV) karya bangsa dalam tugasnya menjaga kedaulatan wilayah udara kita atau TNI AL kita menggunakan ASV (autonomous watersurface vehicle) Â untuk membantu patroli di wilayah lautan kita yang sangat luas?
Atau TNI AD yang dibantu robot kecoa buatan mahasiswa Institut Teknologi Bandung ("ITB") untuk mengintai dan merekam target para pemberontak bersenjata? Jadi saat upacara HUT TNI, produk-produk inovasi anak negeri juga ikut dipamerkan.
Terbayang gak sih, Polisi Gegana kita menggunakan bantuan robot dalam menjinakan bom yang ditemukan atau Densus 88 kita menggunakan drone untuk melihat pergerakan target terduga teroris yang sudah terkepung di hutan atau di gedung misalnya tanpa harus mengorbankan jiwa?
Di Jepang, sewaktu gempa berkekuatan 9 skala richter pada 2011 silam, pusat reaktor nuklir di Fukushima salah satu yang terkena dampak. Untuk meneliti dampak radiasi nuklir, Jepang meminta bantuan Perusahaan Amerika Serikat iRobot sebagai "firefighters".
Packbot 510 dan Warrior 710 adalah 2 (dua) robot yang punya tugas masing-masing. Packboat 510 seperti yang dilansir dalam IEEE Spectrum dilengkapi HazMat payloads sebuah teknologi yang dapat mendeteksi suhu, radiasi gamma, gas dan uap yang eksplosif serta bahan kimia beracun. Sementara Warrior 710 membantu mengontrol aliran pendingin di dalam reaktor Fukushima tersebut.
Baru-baru ini di 2019, masih di lokasi yang sama, Perusahaan robot asal Jepang The Tokyo Electric Power Company (TEPCO) juga mengerahkan robot untuk membantu petugas dalam mengetahui permasalahan dan mencari tahu status reaktor yang meleleh serta dalam upaya pembersihan sisa-sisa kebocoran radioaktif di kompleks pembangkit nuklir Fukushima.
Teknologi robot khususnya dalam bentuk robot tanpa awak (UAV) juga sudah banyak digunakan oleh Amerika Serikat dalam zona perang. Tercatat, Militer AS sejak Januari 2014 mulai mengoperasikan sistem kendaraan udara tak berawak atau UAV secara besar-besaran.
Dikutip dari Military.com, jumlah drone yang dimiliki antara lain sebanyak 7.362 unit tipe RQ-11 Ravens dan 990 unit tipe AeroVironment Wasp IIIs.