Mohon tunggu...
Rizky Febriana
Rizky Febriana Mohon Tunggu... Konsultan - Analyst

Senang Mengamati BUMN/BUMD dan Pemerintahan

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Turbulensi Garuda

24 Desember 2019   14:05 Diperbarui: 25 Desember 2019   12:33 1805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun pada Desember 2018 (audited restatement) Garuda rugi hingga Rp2,45 triliun atau sekitar USD175 juta, kerugian tersebut masih lebih rendah dibandingkan kerugian di 2017 yang mencapai US214 atau sekitar Rp2,99 triliun.

Kinerja Garuda terus mengalami perbaikan. Berdasarkan laporan keuangan s.d TW III 2019, kinerja laba rugi (unaudited) mencatatkan kinerja positif hingga USD122,8 juta atau Rp1,7 triliun, Year on Year ("YoY") pada triwulan yang sama tahun lalu meningkat dari angka minus USD110,2 juta atau minus sekitar Rp1,5 triliun.

Bagaimana Garuda dalam waktu yang singkat bisa mengembalikan kerugian menjadi keuntungan?

Jawabannya karena pendapatan usaha/operasi Garuda lebih tinggi dibandingkan beban usahanya. 

Sederhananya, efisiensi terjadi di Garuda dalam jangka waktu tersebut. Sehingga Garuda mencatat laba operasi yang USD253 juta atau sekitar Rp3,54 triliun padahal YoY rugi hingga USD70,8 juta atau rugi usaha sekitar Rp991 miliar.

Laba operasi yang positif sebagai tanda bahwa operasional Garuda telah membaik. Dari struktur beban usaha, Garuda berhasil menekan beban operasional sehingga turun sekitar 5%, selain itu pendapatan operasi/usaha juga naik sekitar 10%.

Garuda dalam hal ini sudah berhasil melakukan re-profiling bisnis. Re-profiling sendiri istilah yang sangat populer yang intinya adalah menggunakan data untuk menata ulang profil dengan menganalisis perbaikan atau aksi korporasi yang harus dilakukan.

Contoh re-profiling yang dilakukan Garuda adalah mengurangi utilitas pesawat dengan mengurangi frekuensi keberangkatan untuk jalur-jalur yang load faktornya tidak banyak, tidak gemuk dari sisi penumpang maupun dari sisi barang dan jasa. 

Hal ini tentu setidaknya akan mengurangi biaya bahan bakar.

Contoh lainnya seperti yang disampaikan oleh Garuda, dengan re-profiling balance sheet dengan negosiasi perpanjangan masa sewa pesawat yang secara akumulasi lebih hemat 25-30% dibandingkan sewa jangka pendek dan secara langsung mengurangi beban utang jangka pendek.

Re-profiling juga bisa dilakukan melihat laporan keuangan yang ada. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun