Kapal oleng kapten. Mungkin ini istilah lain yang tepat bagi kapal terbang, Garuda Indonesia.
Garuda adalah satu diantara beberapa BUMN yang sedang turbulensi hari ini. Â
Dilansir dari web resmi perusahaan, praktis saat ini Garuda hanya memiliki dua (2) orang Direksi definitif setelah dicopotnya jabatan Ari Askhara dan beberapa Direktur lainnya sebagai petinggi Garuda.
Pertama, Fuad Rizal yang menjabat sebagai Plt. Direktur Utama/Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko/ Plt. Direktur Operasi/ Plt. Direktur Teknik dan Layanan.
Kedua, Pikri Ilham Kurniansyah sebagai Direktur Niaga/Plt. Direktur Human Capital/ Plt. Direktur Kargo dan Pengembangan Usaha.
Sebuah kondisi dan komposisi Direksi yang sangat tidak ideal bagi sebuah perusahaan yang juga memiliki 7 anak dan 19 cucu usaha, meski mereka berdua menunjuk beberapa orang pelaksana tugas harian.
Siapapun Dirut dan Direksi Garuda definitif selanjutnya tentu akan menghadapi pekerjaan-pekerjaan rumah yang sangat tidak sederhana, butuh perhatian khusus dan fokus terhadap menjaga fundamental perusahaan.
Tiga (3) hal yang paling fundamental menurut penulis yakni cash flow (keuangan), bisnis, dan human capital agar Garuda tak lagi mengalami turbulensi.
Pertama, selain kinerja laba rugi, arus kas (cash flow) menjadi bagian yang juga sangat krusial dalam laporan keuangan.Â
Perusahaan termasuk Garuda perlu menjaga keseimbangan cash flow perusahaan antara aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
Arus kas operasi Garuda secara konsolidasi masih menunjukan hal yang positif, secara singkat perusahan masih cukup meyakinkan terutama dari aktivitas operasinya, penerimaan operasi masih lebih besar dibandingkan pengeluaran operasionalnya.