Mohon tunggu...
Muhammad Rizky Fajar Utomo
Muhammad Rizky Fajar Utomo Mohon Tunggu... Lainnya - Personal Blogger

part-time dreamer, full-time achiever | demen cerita lewat tulisan | email: zawritethustra@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Homo Religiosus Paleolitikum

8 Februari 2020   12:39 Diperbarui: 15 April 2020   17:35 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengenai mitos, Karen Armstrong juga berpendapat bahwa sebagaimana karya seni, sebuah mitos tidak akan ada artinya kecuali jika kita membuka diri kepadanya dengan sepenuh hati dan membiarkannya mengubah kita. Jika kita terus mengabaikannya, ia akan tetap gelap, tak tertembus, tak terpahami, bahkan tak masuk akal.

Sebagai penutup, saya ingin mengatakan bahwa dalam kehidupan Masyarakat Paleolitikum memiliki mitos dengan unsur arketipal; mereka menghadirkan wujud Penguasa Hewan sekaligus melaksanakan upacara inisiasi untuk membina para masyarakat lainnya menuju kesadaran baru, yakni kesadaran bahwa adanya entitas sakral yang maha baik, yang memberikan mereka binatang untuk diburu sehingga pasca-perburuan mereka akan mengadakan ritual untuk menghormati entitas tersebut sekaligus berkah buruan pada saat itu. 

Dalam hal ini, ada pula Shaman yang kemudian memberikan saya persepsi baru bahwa pada masa ini, yang adialami (yang Ilahi) tidak terpisahkan dengan manusia oleh jurang apapun; bahwa saat seorang pandita, atau Shaman, mengenakan jubah kehormatan dari bulu binatang untuk memersonifikasi Sang Penguasa Hewan, dia menjadi perwujudan sementara dari kekuatan Ilahi. Dalam masyarakat ini pula lah ritual bukan merupakan produk agama, melainkan agama adalah produk dari ritual, yang dijalankan secara repetitif.

Sumber

Armstrong, Karen. 2011. Masa Depan Tuhan. Bandung: PT. Mizan Pustaka

Febriani, Rika. 2017. Sigmund Freud vs Karl Jung (Sebuah Pertikaian Intelektual antarmazhab Psikoanalisis). Yogyakarta: Sociality

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun