Mohon tunggu...
Muhammad Rizky Fajar Utomo
Muhammad Rizky Fajar Utomo Mohon Tunggu... Lainnya - Personal Blogger

part-time dreamer, full-time achiever | demen cerita lewat tulisan | email: zawritethustra@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Homo Religiosus Paleolitikum

8 Februari 2020   12:39 Diperbarui: 15 April 2020   17:35 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengorbanan hewan, dalam hal ini, merupakan ritual penting pada hampir setiap sistem keagamaan zaman pramodern ini; melestarikan upaya perburuan prasejarah, dan berlanjut menghormati binatang yang membeikan nyawanya demi kepentingan manusia, sehingga fungsi dari ritual ini pun untuk menimbulkan kegelisahan, dalam cara tertentu sehingga masyarakat terpaksa menghadapi dan mengendalikannya. 

Dari sini dapat kita lihat bahwa dari awal sekali, tampaknya, kehidupan agama berakar dalam pengakuan atas kenyataan tragis bahwa kehidupan bergantung pada penghancuran makhluk-makhluk lainnya.

Kita juga dapat melihat, dalam masyarakat tradisional yang mana tradisi-tradisinya berakar dari tradisi keagamaan kuno ini, bahwa di sisi lain ada ritual yang juga menjadikan seseorang menjadi mesin pembunuh yang efisien, dan ritual ini pun sangat penting mengingat bahwa ritus ini dilakukan melalui upacara inisiasi. 

Kita telah menyaksikan, entah mungkin dalam film-film yang memuat unsur ritus tradisional masyarakat pedalaman atau secara langsung, bahwa dalam tradisi keagamaan masyarakat pedalaman ada upacara insiasi di mana saat ada seorang anak lelaki remaja akan memasuki masa dewasa. Ketika mencapai pubertas, anak-anak lelaki diambil dari ibunya dan disertakan dalam serangkaian cobaan menakutkan yang mengubah mereka, mentransformasi mereka, menjadi lelaki dewasa. 

Dalam hal ini, suku tersebut tidak bisa hanya menunggu seorang remaja untuk 'menemukan diri sendiri', sebagaimana masyarakat di negara Barat; dia harus melepaskan kemanjaan masa kanak-kanaknya dan beralih memikul beban sebagai orang dewasa dalam semalam.

Ada banyak bentuk mengenai hal ini, seperti misalnya sang remaja akan diminta untuk membunuh seekor binatang buas seperti harimau, singa atau beruang sendirian, lalu melumuri diri mereka dengan darah buruannya, kemudian memakai mantel dari kulit binatang tersebut; ada pula yang disekap di dalam peti mati, dikubur di dalam tanah dan diberitahu bahwa mereka akan dimakan oleh raksasa, dicambuk, disunat dan ditato; dan tujuan dari ritual ini pada dasarnya adalah membuat -- atau memaksa, sang remaja menjangkau kekuatan batin yang selama ini dia tidak tahu dia punyai.  Namun, inisiasi ini tidak hanya untuk menjadikan seorang remaja menjadi seorang pembunuh yang efisien, melainkan melatihnya membunuh dalam cara yang suci. 

Seorang anak lelaki biasanya diperkenalkan pada mitologi yang lebih esoterik dari sukunya selama inisiasi ini. Dia akan mendengar mengenai Penguasa Hewan, perjanjian, kemurah-hatian para binatang, dan ritual yang akan akan memulihkan kehidupannya saat menjalani ritus traumatis ini, untuk pertama kali. 

Dalam keadaan yang luar biasa ini, ia akan terlepas dari segala yang diketahuinya dengan baik, dia didorong ke dalam keadaan, ke dalam kesadaran baru yang memungkinkannya untuk menghargai, menghormati, ikatan mendalam yang mengaitkan seorang pemburu dengan buruannya dalam perjuangan mereka bersama untuk kelangsungan hidup. Ini jelas bukan pengetahuan yang kita dapatkan melalui pemikiran logis murni, melainkan serupa dengan pemahaman yang berasal dari seni; pemahaman yang didapat melalui rasa, yang merupakan kesadaran baru.

Inisiasi juga dapat dilihat dari labirin bawah tanah Trois Frrese di Arige, Pyrenees yang dikunjungi oleh Dr. Herbert Kuhn pada 1926, dua belas tahun setelah penemuannya. Labirin ini menggambarkan pengalaman menakutkan merangkak melalui terowongan itu -- tingginya tak lebih dari satu kaki pada beberapa tempat -- yang mengantarkan langsung ke jantung tempat perlindungan Paleolitik yang 'megah'. 

Saat telah berada di jantung tempat perlindungan Paleolitik, mereka mendapati diri berada di depan dinding berlapiskan ukiran berukuran sangat besar; mamut (mamooth), banteng, kuda liar, serigala dan musk oxen; panah berterbangan dari mana-mana; darah memuncrat dari mulut beruang-beruang; dan manusia dalam pakaian kulit binatang memainkan seruling. 

Pemandangan yang mendominasi adalah lukisan besar sosok setengah manusia, setengah binatang, yang menatap pengunjungnya dengan mata besar bersorot tajam. Kemudian timbul pertanyaan; apakah makhluk hibrida ini melambangkan kesatuan antara binatang dan manusia, alam dan tuhan ataukah merupakan ilustrasi dari jelmaan Penguasa Hewan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun