Mohon tunggu...
Muhammad RizkiAbdillah
Muhammad RizkiAbdillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Dosen : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak NIM : 43122010451 Kampus : Universitas Mercu Buana Meruya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kasus Meikarta Konsumen: Analisis Pendekatan Bologna dan Robert Klitgaard

1 Juni 2023   01:11 Diperbarui: 1 Juni 2023   01:42 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengenalan kasus Meikarta

Kasus Meikarta adalah sebuah peristiwa kontroversial yang melibatkan proyek properti skala besar di Cikarang, Jawa Barat, yang dipromosikan oleh pengembang properti PT Lippo Karawaci Tbk. Proyek ini menimbulkan berbagai perdebatan dan sengketa terkait dengan pembangunan, pemasaran, dan dampaknya terhadap konsumen dan masyarakat luas.

Tujuan penulisan

Tujuan dari tulisan ini adalah untuk menganalisis kasus Meikarta Konsumen dengan menerapkan pendekatan pemikiran dua, yaitu pendekatan Bologna oleh John Peter Bologna dan pendekatan Robert Klitgaard. Melalui analisis ini, kita dapat memahami dengan lebih baik faktor-faktor yang mempengaruhi kasus ini, dampaknya terhadap konsumen, dan implikasinya bagi pengembangan proyek properti di Indonesia.

Kerangka analisis menggunakan aplikasi pemikiran Bologna dan Robert Klitgaard Dalam analisis kasus Meikarta Konsumen, kita akan menggunakan dua aplikasi pemikiran, yaitu pendekatan Bologna dan pendekatan Robert Klitgaard. Pendekatan Bologna berfokus pada aspek kebijakan dan regulasi yang terkait dengan proyek properti, sedangkan pendekatan Robert Klitgaard menekankan pada analisis korupsi dan tata kelola yang terlibat dalam kasus ini. 

Pendekatan Bologna akan membantu kita memahami konteks kebijakan dan regulasi yang mengatur proyek Meikarta, sementara pendekatan Robert Klitgaard akan memberikan wawasan tentang adanya potensi praktik korupsi dan kelemahan tata kelola yang mungkin terjadi dalam kasus ini.

Dengan menggunakan kedua pendekatan ini, kita akan dapat memahami peran pemerintah, pengembang, dan konsumen dalam kasus Meikarta Konsumen, serta implikasinya terhadap transparansi, akuntabilitas, dan kesejahteraan masyarakat.

Selanjutnya, tulisan ini akan menguraikan secara lebih rinci aspek-aspek "what" (apa), "why" (mengapa), dan "how" (bagaimana) dalam kasus Meikarta Konsumen, dengan mengacu pada pendekatan pemikiran Bologna dan Robert Klitgaard.

Apa yang Terjadi? (What)

A. Gambaran umum tentang kasus Meikarta Konsumen Kasus Meikarta Konsumen melibatkan proyek properti Meikarta yang diumumkan oleh PT Lippo Karawaci Tbk. Proyek ini direncanakan sebagai kota baru dengan fasilitas modern dan infrastruktur lengkap di Cikarang, Jawa Barat. Namun, proyek ini menimbulkan berbagai kontroversi terkait pemasaran, pembangunan, dan keterlibatan pihak-pihak terkait.

B. Tahapan perkembangan kasus Kasus Meikarta Konsumen mengalami beberapa tahapan perkembangan yang mencakup fase promosi dan pemasaran proyek, pengumpulan dana dari konsumen, penundaan pembangunan, ketidakjelasan status lahan, dan permasalahan dengan pemulihan dana.

C. Isu dan permasalahan yang muncul terkait Meikarta Konsumen

  1. Ketidakjelasan status lahan: Terdapat kontroversi terkait kepemilikan dan legalitas lahan yang digunakan untuk proyek Meikarta, termasuk konflik dengan masyarakat lokal dan adanya tuntutan hukum terkait sengketa lahan.
  2. Pengumpulan dana dari konsumen: Beberapa konsumen mengalami masalah terkait pembayaran dan pemulihan dana yang telah mereka setorkan untuk membeli unit properti di Meikarta.
  3. Penundaan pembangunan: Proyek Meikarta mengalami penundaan pembangunan yang signifikan, yang berdampak pada ketidakpastian bagi konsumen terkait penyelesaian dan penghuni unit properti mereka.
  4. Ketidakjelasan kebijakan dan regulasi: Terdapat isu terkait kebijakan dan regulasi yang mengatur proyek properti, termasuk aspek perizinan dan tata kelola yang dapat mempengaruhi perlindungan konsumen.

Mengapa Terjadi? (Why)

A. Faktor-faktor ekonomi yang melatarbelakangi kasus Meikarta Konsumen

  1. Potensi keuntungan: Proyek properti skala besar seperti Meikarta menawarkan potensi keuntungan yang besar bagi pengembang dan investor.
  2. Permintaan pasar: Adanya permintaan pasar yang tinggi untuk hunian dan fasilitas modern di wilayah perkotaan.

B. Peran pemerintah dan kebijakan yang mendukung

  1. Kebijakan pembangunan properti: Pemerintah berperan dalam mendorong pembangunan properti dengan memberikan insentif dan dukungan kebijakan tertentu.
  2. Investasi asing: Pemerintah berusaha menarik investasi asing dengan memberikan kemudahan dan regulasi yang mendukung.

C. Dampak sosial dan lingkungan yang diharapkan dari proyek ini

  1. Penciptaan lapangan kerja: Proyek Meikarta diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.
  2. Peningkatan infrastruktur: Diharapkan bahwa proyek ini akan meningkatkan infrastruktur di wilayah tersebut, seperti akses jalan, transportasi, dan fasilitas umum.

Bagaimana Analisis dengan Pendekatan Bologna dan Robert Klitgaard? (How)

A. Pendekatan Bologna dalam analisis kasus Meikarta Konsumen Pendekatan Bologna akan membantu dalam menganalisis aspek kebijakan dan regulasi yang terkait dengan proyek Meikarta. Analisis ini akan meliputi evaluasi kebijakan perizinan, tata kelola proyek, dan perlindungan konsumen dalam konteks kasus ini.

B. Pendekatan Robert Klitgaard dalam analisis kasus Meikarta Konsumen Pendekatan Robert Klitgaard akan digunakan untuk menganalisis potensi praktik korupsi dan kelemahan tata kelola yang mungkin terjadi dalam kasus ini. Hal ini akan melibatkan identifikasi risiko korupsi, sistem pengawasan, dan tata kelola yang efektif dalam proyek properti seperti Meikarta.

Melalui pendekatan-pendekatan ini, kita dapat memahami lebih baik faktor-faktor yang mempengaruhi kasus Meikarta Konsumen, melihat isu-isu yang timbul, dan memberikan wawasan tentang solusi yang mungkin untuk memperbaiki tata kelola dan melindungi kepentingan konsumen.

Aplikasi Pemikiran Bologna

A. Konsep dasar aplikasi pemikiran Bologna Aplikasi pemikiran Bologna dikembangkan oleh John Peter Bologna sebagai kerangka analisis yang berfokus pada aspek kebijakan, regulasi, dan perlindungan konsumen dalam konteks proyek properti. Konsep dasar dari aplikasi pemikiran Bologna meliputi identifikasi kebijakan dan regulasi terkait, penilaian dampak terhadap konsumen, serta upaya untuk memperbaiki kebijakan dan tata kelola guna melindungi kepentingan konsumen.

B. Relevansi aplikasi pemikiran Bologna dalam kasus Meikarta Dalam kasus Meikarta Konsumen, aplikasi pemikiran Bologna sangat relevan untuk menganalisis aspek kebijakan, regulasi, dan perlindungan konsumen. Dengan menerapkan pendekatan ini, kita dapat memahami lebih baik bagaimana kebijakan perizinan, tata kelola proyek, dan perlindungan konsumen telah diimplementasikan dalam konteks proyek Meikarta.

C. Analisis kasus Meikarta berdasarkan prinsip-prinsip Bologna

  1. Identifikasi kebijakan dan regulasi terkait: Dalam analisis ini, kita akan mengidentifikasi kebijakan perizinan dan regulasi yang mengatur proyek Meikarta, termasuk aspek pengumpulan dana dari konsumen, ketentuan pembangunan, dan perlindungan hak konsumen.

  2. Penilaian dampak terhadap konsumen: Melalui aplikasi pemikiran Bologna, kita akan menganalisis dampak dari kebijakan dan tata kelola proyek Meikarta terhadap konsumen, termasuk isu-isu seperti ketidakjelasan status lahan, penundaan pembangunan, dan ketidakpastian bagi konsumen terkait kepemilikan properti.

  3. Upaya pemperbaikan kebijakan dan tata kelola: Dengan mempertimbangkan temuan analisis, kita dapat memberikan rekomendasi untuk memperbaiki kebijakan dan tata kelola dalam proyek Meikarta. Hal ini dapat mencakup perbaikan pada kebijakan perizinan, perlindungan konsumen, serta penguatan pengawasan dan tata kelola yang lebih baik.

Melalui aplikasi pemikiran Bologna, kita dapat mengidentifikasi isu-isu yang penting dalam kasus Meikarta Konsumen, serta memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang kebijakan dan tata kelola yang terlibat dalam proyek tersebut.

Aplikasi Pemikiran Robert Klitgaard

A. Konsep dasar aplikasi pemikiran Robert Klitgaard Aplikasi pemikiran Robert Klitgaard adalah pendekatan analisis yang berfokus pada tata kelola dan korupsi dalam konteks kebijakan publik dan sektor bisnis. Konsep dasar dari aplikasi ini adalah memahami faktor-faktor yang mempengaruhi korupsi, mengidentifikasi risiko korupsi, dan merancang strategi tata kelola yang efektif untuk mencegah atau mengurangi korupsi.

B. Relevansi aplikasi pemikiran Klitgaard dalam kasus Meikarta Dalam kasus Meikarta Konsumen, aplikasi pemikiran Klitgaard sangat relevan untuk menganalisis adanya potensi praktik korupsi dan kelemahan dalam tata kelola yang mungkin terjadi. Dengan menerapkan pendekatan ini, kita dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kasus Meikarta terkait korupsi, serta menganalisis sistem pengawasan dan tata kelola yang ada.

C. Analisis kasus Meikarta berdasarkan prinsip-prinsip Klitgaard

  1. Identifikasi risiko korupsi: Dalam analisis ini, kita akan mengidentifikasi risiko korupsi yang mungkin terjadi dalam kasus Meikarta, seperti penyalahgunaan wewenang, suap, atau manipulasi dalam proses perizinan dan pembangunan.

  2. Sistem pengawasan: Melalui aplikasi pemikiran Klitgaard, kita akan menganalisis efektivitas sistem pengawasan yang ada dalam proyek Meikarta, termasuk pengawasan pemerintah, pengawasan internal perusahaan, serta peran lembaga independen.

  3. Perbaikan tata kelola: Berdasarkan temuan analisis, kita dapat memberikan rekomendasi untuk perbaikan tata kelola dalam proyek Meikarta, seperti penguatan integritas dan akuntabilitas, peningkatan transparansi, serta implementasi sistem pengendalian internal yang efektif.

Dengan menerapkan pemikiran Klitgaard, kita dapat melihat kasus Meikarta Konsumen dalam perspektif tata kelola dan korupsi, serta memberikan rekomendasi untuk mencegah dan mengatasi masalah korupsi dalam proyek properti.

Pembelajaran dan Implikasi

A. Pelajaran yang dapat dipetik dari kasus Meikarta Kasus Meikarta Konsumen memberikan beberapa pelajaran berharga yang dapat dipetik, antara lain:

  1. Pentingnya tata kelola yang baik: Kasus ini menunjukkan bahwa tata kelola yang baik sangat penting dalam proyek properti. Diperlukan kebijakan dan regulasi yang jelas, transparansi, dan akuntabilitas untuk melindungi kepentingan konsumen dan mencegah praktik korupsi.

  2. Perlunya pengawasan yang efektif: Pengawasan yang efektif dari pihak berwenang dan lembaga independen merupakan faktor penting dalam mencegah pelanggaran dan penyalahgunaan dalam proyek properti. Diperlukan sistem pengawasan yang kuat dan penegakan hukum yang tegas.

  3. Kepentingan perlindungan konsumen: Kasus Meikarta menggarisbawahi pentingnya perlindungan konsumen dalam proyek properti. Konsumen harus dilindungi dari praktek-praktek yang merugikan, termasuk penipuan, ketidakjelasan status kepemilikan, dan penundaan pembangunan.

B. Implikasi kebijakan dan regulasi untuk proyek serupa di masa depan Kasus Meikarta memiliki implikasi penting untuk kebijakan dan regulasi dalam proyek properti di masa depan. Beberapa implikasi yang dapat dipertimbangkan adalah:

  1. Penguatan kebijakan perizinan: Diperlukan kebijakan perizinan yang lebih ketat dan jelas dalam proyek properti, termasuk mekanisme pengawasan yang kuat untuk memastikan kepatuhan terhadap regulasi.

  2. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas: Kebijakan dan regulasi harus mendorong transparansi dalam penggunaan dana konsumen, proses perizinan, dan status kepemilikan properti. Selain itu, akuntabilitas harus ditingkatkan melalui penerapan sanksi yang tegas terhadap pelanggaran.

  3. Mendorong partisipasi publik: Penting untuk melibatkan masyarakat dan organisasi sipil dalam proses pengambilan keputusan terkait proyek properti. Partisipasi publik dapat membantu mencegah praktik korupsi, memastikan keadilan, dan memperkuat kepercayaan masyarakat.

Implikasi-implikasi ini perlu dipertimbangkan dalam penyusunan kebijakan dan regulasi untuk proyek properti di masa depan guna melindungi kepentingan konsumen, mencegah praktik korupsi, dan meningkatkan tata kelola yang baik. 

A. Ringkasan temuan analisis Berdasarkan analisis menggunakan aplikasi pemikiran Bologna dan Robert Klitgaard dalam kasus Meikarta, beberapa temuan penting dapat diringkas sebagai berikut:

  1. Kasus Meikarta mengungkap adanya kelemahan dalam kebijakan perizinan, tata kelola, dan perlindungan konsumen.
  2. Risiko korupsi dalam proyek properti menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan.
  3. Sistem pengawasan yang efektif dan partisipasi publik dapat mencegah praktik korupsi dan memperkuat tata kelola yang baik.

B. Rekomendasi untuk penanganan kasus Meikarta Berdasarkan temuan analisis, beberapa rekomendasi dapat diajukan untuk penanganan kasus Meikarta:

  1. Perkuat regulasi dan kebijakan perizinan untuk proyek properti, termasuk peningkatan transparansi, ketatnya persyaratan, dan efektivitas mekanisme pengawasan.
  2. Tingkatkan tata kelola yang baik dengan menerapkan integritas, akuntabilitas, dan penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggaran.
  3. Libatkan masyarakat dan organisasi sipil dalam proses pengambilan keputusan terkait proyek properti untuk mendorong partisipasi publik dan pengawasan yang lebih kuat.

C. Harapan terhadap pengembangan proyek properti di Indonesia Meskipun kasus Meikarta Konsumen mengungkap kelemahan dalam beberapa aspek proyek properti, harapan terhadap pengembangan proyek properti di Indonesia tetap ada. Beberapa harapan yang dapat diungkapkan adalah:

  1. Pengembangan proyek properti yang berkelanjutan, dengan memperhatikan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi yang seimbang.
  2. Penegakan regulasi dan kebijakan yang kuat untuk melindungi kepentingan konsumen, mencegah korupsi, dan memperkuat tata kelola yang baik.
  3. Peningkatan transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi publik dalam semua tahapan proyek properti untuk memastikan keadilan dan kepercayaan masyarakat.

Melalui implementasi rekomendasi dan harapan ini, diharapkan pengembangan proyek properti di Indonesia dapat berjalan dengan baik, melindungi kepentingan konsumen, dan mendukung pembangunan yang berkelanjutan.

Aplikasi Pemikiran Bologna, John Peter: John Peter Bologna adalah seorang akademisi yang dikenal dengan kontribusinya dalam bidang tata kelola dan manajemen publik. Pemikirannya berfokus pada pengembangan konsep dan prinsip-prinsip tata kelola yang baik dalam organisasi publik. Beberapa konsep yang relevan dalam konteks kasus Meikarta Konsumen adalah transparansi, akuntabilitas, partisipasi publik, dan integritas.

Aplikasi Pemikiran Robert Klitgaard: Robert Klitgaard adalah seorang ekonom yang terkenal dengan kontribusinya dalam bidang anti-korupsi dan tata kelola yang baik. Pemikirannya berfokus pada pengembangan strategi untuk mengurangi korupsi dan meningkatkan efektivitas tata kelola dalam berbagai konteks, termasuk sektor publik dan proyek pembangunan. Dalam kasus Meikarta Konsumen, pemikiran Klitgaard dapat digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang berkontribusi terhadap risiko korupsi dalam proyek properti tersebut dan memberikan solusi untuk mengurangi korupsi melalui penguatan pengawasan dan penegakan hukum.

Kedua pemikiran ini dapat diaplikasikan dalam konteks Meikarta Konsumen untuk menganalisis masalah tata kelola, risiko korupsi, transparansi, akuntabilitas, partisipasi publik, dan upaya untuk meningkatkan kualitas proyek properti di masa depan.

Langkah-langkah Implementasi

A. Langkah-langkah implementasi pemikiran Bologna dalam penanganan kasus Meikarta:

  • Meningkatkan transparansi dalam proses perizinan dan pengawasan proyek Meikarta dengan menyediakan informasi yang jelas dan mudah diakses kepada publik.
  • Menerapkan mekanisme akuntabilitas yang kuat, termasuk pembentukan lembaga independen untuk mengawasi proses perizinan dan menindak pelanggaran.
  • Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan terkait proyek properti melalui dialog terbuka, konsultasi publik, dan mekanisme partisipatif lainnya.
  • Meningkatkan integritas dalam tata kelola proyek Meikarta dengan menerapkan kode etik dan standar tinggi dalam praktik manajemen proyek.

B. Langkah-langkah implementasi pemikiran Klitgaard dalam penanganan kasus Meikarta:

  • Melakukan audit dan evaluasi independen terhadap proses perizinan dan penggunaan anggaran proyek Meikarta untuk mendeteksi potensi praktik korupsi dan kelemahan dalam tata kelola.
  • Membentuk tim khusus anti-korupsi yang terdiri dari pihak berwenang dan lembaga independen untuk melakukan penyelidikan dan penegakan hukum terhadap kasus korupsi yang terkait dengan proyek Meikarta.
  • Memperkuat mekanisme pengawasan dan pengendalian internal untuk mencegah penyelewengan dan penyalahgunaan kekuasaan dalam proyek Meikarta.
  • Mendorong keterlibatan lembaga internasional anti-korupsi dan organisasi masyarakat sipil dalam pengawasan dan pemantauan proyek Meikarta guna memastikan integritas dan transparansi yang tinggi.

Evaluasi dan Monitoring

A. Pentingnya evaluasi dan monitoring dalam penanganan kasus Meikarta: Evaluasi dan monitoring yang tepat sangat penting dalam penanganan kasus Meikarta guna memastikan keberhasilan implementasi langkah-langkah perbaikan dan mencegah terulangnya masalah serupa di masa depan. Dengan evaluasi dan monitoring yang efektif, dapat diidentifikasi kelemahan, menganalisis dampak dari langkah-langkah yang telah diambil, dan mengukur tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

B. Indikator dan metode evaluasi yang dapat digunakan:

  1. Indikator Kinerja Utama (IKU): Penggunaan indikator kinerja utama yang relevan seperti tingkat transparansi, tingkat partisipasi publik, tingkat kepatuhan terhadap prinsip-prinsip tata kelola yang baik, dan tingkat pengurangan risiko korupsi dalam proyek Meikarta.
  2. Survei Kepuasan Konsumen: Melakukan survei untuk mengukur kepuasan konsumen terhadap pelayanan, kualitas pembangunan, dan pengalaman dalam berinteraksi dengan proyek Meikarta.
  3. Audit Independen: Melakukan audit independen yang melibatkan pihak ketiga untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi proses perizinan, penggunaan anggaran, dan implementasi langkah-langkah perbaikan.
  4. Mekanisme Pelaporan dan Pengaduan: Membangun mekanisme yang memungkinkan masyarakat atau pihak terkait melaporkan pelanggaran atau penyimpangan yang terjadi dalam proyek Meikarta, sehingga dapat dilakukan tindakan korektif dan preventif yang sesuai.

Saran Penelitian Lanjutan

A. Bidang penelitian yang dapat diexplorasi terkait kasus Meikarta:

  1. Analisis Akar Permasalahan: Meneliti akar permasalahan yang mendasari kasus Meikarta, seperti faktor-faktor politik, ekonomi, hukum, dan sosial yang mempengaruhi tata kelola proyek properti di Indonesia.
  2. Peran Masyarakat Sipil: Meneliti peran dan pengaruh masyarakat sipil dalam memperkuat tata kelola proyek properti, termasuk mekanisme partisipatif dan advokasi untuk melindungi kepentingan konsumen dan mencegah penyelewengan kekuasaan.
  3. Pemberantasan Korupsi: Meneliti efektivitas upaya pemberantasan korupsi dalam proyek-proyek properti di Indonesia, termasuk analisis kelemahan dan tantangan yang dihadapi dalam penerapan prinsip-prinsip integritas dan transparansi.

B. Potensi kontribusi penelitian lanjutan dalam memahami dan mencegah masalah serupa di masa depan:

  1. Peningkatan Kesadaran dan Pendidikan: Melakukan penelitian untuk mengidentifikasi cara efektif meningkatkan kesadaran masyarakat tentang hak-hak konsumen, proses perizinan, dan risiko yang terkait dengan investasi properti.
  2. Perbaikan Kebijakan dan Regulasi: Menganalisis kebijakan dan regulasi yang berkaitan dengan tata kelola proyek properti, serta memberikan rekomendasi untuk perbaikan yang dapat mengurangi risiko penyelewengan kekuasaan dan praktik korupsi.
  3. Kerjasama Stakeholder: Meneliti model dan mekanisme kerjasama yang efektif antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil dalam mengatasi masalah tata kelola proyek properti.

Penutup

A. Ringkasan keseluruhan tulisan: Dalam tulisan ini, telah dibahas kasus Meikarta yang melibatkan konsumen dan aplikasi pemikiran dua ahli, yaitu John Peter Bologna dan Robert Klitgaard. Kasus Meikarta menunjukkan berbagai masalah dalam tata kelola proyek properti, termasuk perizinan yang tidak transparan, potensi korupsi, dan pelanggaran terhadap prinsip-prinsip tata kelola yang baik. Aplikasi pemikiran Bologna dan Klitgaard memberikan kontribusi penting dalam menganalisis kasus Meikarta dan menawarkan langkah-langkah perbaikan yang dapat diimplementasikan.

B. Pernyataan harapan dan aspirasi terhadap penanganan kasus serupa di masa depan: Dalam penutup ini, kami berharap bahwa kasus Meikarta dapat menjadi pembelajaran berharga bagi pemerintah, masyarakat sipil, dan pihak terkait lainnya. Kami berharap adanya perubahan nyata dalam tata kelola proyek properti di Indonesia, dengan peningkatan transparansi, akuntabilitas, partisipasi publik, dan pencegahan korupsi. Kami juga berharap agar penelitian lanjutan terus dilakukan untuk memahami lebih dalam akar permasalahan dan mencegah masalah serupa terjadi di masa depan. Dengan kerjasama yang kuat antara berbagai pemangku kepentingan, kami berharap dapat menciptakan lingkungan properti yang berintegritas, adil, dan memberikan manfaat yang maksimal bagi masyarakat Indonesia. 

Langkah-langkah Implementasi Rekomendasi

A. Implementasi rekomendasi berdasarkan aplikasi pemikiran Bologna dalam penanganan kasus Meikarta

  1. Meningkatkan Transparansi: Memperkuat transparansi dalam proses perizinan dengan mempublikasikan informasi terkait perencanaan, pembiayaan, dan pemilik proyek properti.
  2. Partisipasi Publik yang Aktif: Mendorong partisipasi publik yang lebih aktif dalam pembuatan kebijakan dan pengawasan proyek properti, termasuk melibatkan warga sekitar dalam dialog dan konsultasi.
  3. Membentuk Otoritas Independen: Mendirikan otoritas independen yang bertanggung jawab atas pengawasan dan penegakan hukum terkait proyek properti, untuk memastikan kepatuhan terhadap regulasi dan mencegah praktik korupsi.

B. Implementasi rekomendasi berdasarkan aplikasi pemikiran Klitgaard dalam penanganan kasus Meikarta

  1. Menguatkan Pengawasan Internal: Meningkatkan pengawasan internal dalam proses perizinan dan pelaksanaan proyek properti, termasuk penerapan sistem akuntansi yang transparan dan audit yang ketat.
  2. Meningkatkan Sistem Pengaduan dan Whistleblowing: Memperkuat mekanisme pengaduan dan pelaporan pelanggaran terkait proyek properti, sehingga konsumen dan pihak terkait lainnya merasa aman untuk melaporkan praktik yang merugikan.
  3. Mendorong Keterlibatan Lembaga Anti-Korupsi: Bekerjasama dengan lembaga anti-korupsi untuk mengawasi proyek properti dan memastikan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip integritas.

Evaluasi dan Monitoring Implementasi

A. Pentingnya evaluasi dan monitoring dalam implementasi rekomendasi Evaluasi dan monitoring yang berkelanjutan diperlukan untuk memastikan efektivitas implementasi rekomendasi. Hal ini membantu mengidentifikasi hambatan, mengukur kemajuan, dan melakukan perbaikan jika diperlukan.

B. Indikator dan metode evaluasi yang dapat digunakan

  1. Indikator Kepatuhan: Mengukur tingkat kepatuhan terhadap rekomendasi melalui pemantauan pelaksanaan proses perizinan, pengawasan proyek, dan partisipasi publik.
  2. Survei Kepuasan Konsumen: Melakukan survei untuk mengukur kepuasan konsumen terkait transparansi, partisipasi, dan penanganan pengaduan dalam proyek properti.
  3. Audit Independen: Melakukan audit independen secara periodik untuk menilai kepatuhan terhadap prinsip-prinsip tata kelola yang baik dan deteksi potensi kecurangan atau korupsi.

Saran Penelitian Lanjutan

A. Bidang penelitian yang dapat diexplorasi terkait kasus Meikarta

  1. Studi tentang Praktik Korupsi: Melakukan penelitian yang mendalam untuk memahami faktor-faktor yang mendorong praktik korupsi dalam proyek properti, serta identifikasi strategi pencegahan yang efektif.
  2. Analisis Stakeholder: Menganalisis berbagai kepentingan stakeholder yang terlibat dalam proyek properti dan dampaknya terhadap pengambilan keputusan.
  3. Studi Perbandingan Internasional: Melakukan studi perbandingan dengan kasus proyek properti di negara lain untuk memperoleh wawasan tentang praktik terbaik dalam tata kelola proyek properti.

B. Potensi kontribusi penelitian lanjutan dalam memahami dan mencegah masalah serupa di masa depan Penelitian lanjutan dapat memberikan kontribusi penting dalam memahami akar permasalahan tata kelola proyek properti, serta merumuskan rekomendasi kebijakan yang lebih efektif dalam mencegah masalah serupa di masa depan. Dengan membangun pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor risiko dan strategi mitigasi yang efektif, kita dapat meminimalkan dampak negatif proyek properti dan memastikan keberlanjutannya.

Saran Penelitian Lanjutan

A. Bidang penelitian yang dapat diexplorasi terkait kasus Meikarta

  1. Studi tentang Praktik Korupsi: Melakukan penelitian yang mendalam untuk memahami faktor-faktor yang mendorong praktik korupsi dalam proyek properti, serta identifikasi strategi pencegahan yang efektif.
  2. Analisis Stakeholder: Menganalisis berbagai kepentingan stakeholder yang terlibat dalam proyek properti dan dampaknya terhadap pengambilan keputusan.
  3. Studi Perbandingan Internasional: Melakukan studi perbandingan dengan kasus proyek properti di negara lain untuk memperoleh wawasan tentang praktik terbaik dalam tata kelola proyek properti.

 B. Potensi kontribusi penelitian lanjutan dalam memahami dan mencegah masalah serupa di masa depan Penelitian lanjutan dapat memberikan kontribusi penting dalam memahami akar permasalahan tata kelola proyek properti, serta merumuskan rekomendasi kebijakan yang lebih efektif dalam mencegah masalah serupa di masa depan. Dengan membangun pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor risiko dan strategi mitigasi yang efektif, kita dapat meminimalkan dampak negatif proyek properti dan memastikan keberlanjutannya. 

Implikasi Sosial dan Ekonomi

A. Dampak sosial kasus Meikarta

  1. Dampak Sosial Masyarakat : Kasus Meikarta dapat menyebabkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap sistem perizinan dan pemerintahan, serta menimbulkan ketidakpuasan dan ketidakadilan sosial.
  2. Dampak Ekonomi : Pelanggaran dalam tata kelola proyek properti seperti Meikarta dapat berdampak negatif terhadap perekonomian, menghambat investasi, dan menurunkan kepercayaan investor.

B. Rekomendasi untuk mengatasi dampak sosial dan ekonomi

  1. Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas: Meningkatkan transparansi dalam proses perizinan dan pengawasan proyek properti, serta memperkuat akuntabilitas pihak terkait dalam tata kelola proyek properti.
  2. Penguatan Partisipasi Publik: Mendorong partisipasi publik yang lebih luas dalam pengambilan keputusan terkait proyek properti untuk meningkatkan legitimasi dan keadilan sosial.
  3. Peningkatan Pengawasan dan Penegakan Hukum: Memperkuat pengawasan terhadap proyek properti dan memastikan penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggaran tata kelola proyek properti.

Peningkatan Kesadaran dan Pendidikan

A. Pentingnya peningkatan kesadaran dan pendidikan terkait tata kelola proyek properti Kesadaran dan pemahaman yang lebih baik tentang tata kelola proyek properti akan membantu masyarakat untuk lebih aktif dalam melibatkan diri dalam pengawasan dan penanganan masalah terkait proyek properti.

B. Strategi peningkatan kesadaran dan pendidikan

  1. Kampanye Edukasi: Melakukan kampanye edukasi melalui media massa dan sosial untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya tata kelola proyek properti yang baik.
  2. Pendidikan di Sekolah: Memasukkan materi tentang tata kelola proyek properti dalam kurikulum pendidikan formal untuk membangun kesadaran sejak dini.
  3. Pelatihan dan Sosialisasi: Mengadakan pelatihan dan sosialisasi kepada pemangku kepentingan terkait, seperti pemerintah, pengembang properti, dan masyarakat, tentang pentingnya tata kelola proyek properti yang transparan dan akuntabel.

Kesimpulan

A. Ringkasan temuan analisis Dalam analisis kasus Meikarta menggunakan aplikasi pemikiran Bologna dan Robert Klitgaard, ditemukan beberapa kelemahan dalam tata kelola proyek properti tersebut, seperti kurangnya transparansi, rendahnya partisipasi publik, dan risiko praktik korupsi.

B. Rekomendasi untuk penanganan kasus Meikarta Untuk penanganan kasus Meikarta, direkomendasikan untuk meningkatkan transparansi, memperkuat partisipasi publik, memperkuat pengawasan dan penegakan hukum, serta meningkatkan kesadaran dan pendidikan terkait tata kelola proyek properti.

C. Harapan terhadap pengembangan proyek properti di Indonesia Harapannya, pengembangan proyek properti di Indonesia akan dilakukan dengan tata kelola yang baik, transparan, dan akuntabel, serta melibatkan partisipasi publik yang aktif untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi masyarakat.

Pengaruh Kasus Meikarta terhadap Industri Properti

A. Dampak terhadap Kepercayaan Publik: Kasus Meikarta dapat merusak kepercayaan publik terhadap industri properti secara keseluruhan, mengurangi minat dan partisipasi masyarakat dalam investasi properti.

B. Dampak terhadap Investasi: Skandal Meikarta dapat mengurangi minat investor untuk berinvestasi dalam proyek properti di Indonesia, mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja.

C. Implikasi bagi Pengembang Properti: Kasus Meikarta dapat menyebabkan kerugian reputasi bagi pengembang properti terkait, serta menimbulkan hambatan dalam memperoleh pembiayaan dan kemitraan bisnis di masa depan.

Reformasi Kebijakan dan Regulasi

A. Peningkatan Transparansi: Diperlukan reformasi kebijakan untuk meningkatkan transparansi dalam tata kelola proyek properti, termasuk pembaruan proses perizinan dan pengawasan yang lebih terbuka dan akuntabel.

B. Penguatan Pengawasan: Perlu diperkuat sistem pengawasan terhadap proyek properti, termasuk pembentukan lembaga pengawas independen yang memiliki kekuasaan dan kapasitas untuk melakukan pengawasan yang efektif.

C. Partisipasi Publik yang Aktif: Mendorong partisipasi publik yang lebih aktif dalam pengambilan keputusan terkait proyek properti melalui mekanisme partisipatif seperti konsultasi publik, dialog, dan forum terbuka.

D. Penegakan Hukum yang Tegas: Diperlukan penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggaran tata kelola proyek properti, termasuk pengusutan dan penuntutan terhadap praktik korupsi dan pelanggaran hukum lainnya.

Kolaborasi Antar Pihak

A. Peran Pemerintah: Pemerintah harus berperan aktif dalam mengawasi dan mengatur industri properti, bekerja sama dengan berbagai pihak terkait untuk memastikan tata kelola yang baik dan keberlanjutan proyek properti.

B. Peran Masyarakat Sipil: Masyarakat sipil dapat berperan sebagai pengawas independen dan pemantau proyek properti, serta menjadi penggerak partisipasi publik dalam pengambilan keputusan terkait proyek properti.

C. Peran Pengembang Properti: Pengembang properti harus mengadopsi praktik tata kelola yang baik dan berkomitmen untuk menjalankan proyek properti dengan transparansi dan integritas.

D. Peran Akademisi dan Peneliti: Akademisi dan peneliti memiliki peran penting dalam melakukan penelitian independen, memberikan wawasan dan rekomendasi kebijakan yang dapat memperbaiki tata kelola proyek properti di Indonesia.

Kolaborasi Internasional dalam Tata Kelola Proyek Properti

A. Pertukaran Pengetahuan dan Pengalaman: Mendorong kolaborasi internasional dalam tata kelola proyek properti dapat memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan pengalaman antara negara-negara, memperkaya praktik terbaik, dan mengidentifikasi inovasi dalam tata kelola proyek properti.

B. Peningkatan Standar Internasional: Melalui kolaborasi internasional, dapat ditingkatkan standar internasional dalam tata kelola proyek properti, menciptakan kerangka kerja yang lebih konsisten dan mempromosikan praktik yang transparan, akuntabel, dan berkelanjutan.

C. Membangun Jaringan Kerjasama: Kolaborasi internasional dapat membantu membangun jaringan kerjasama antara regulator, pengembang properti, dan masyarakat sipil dari berbagai negara, sehingga memperkuat pengawasan dan penanganan masalah dalam proyek properti.

Pengembangan Kapasitas Stakeholder

A. Pelatihan dan Pendidikan: Penting untuk mengembangkan kapasitas stakeholder terkait dalam tata kelola proyek properti melalui pelatihan dan pendidikan yang berkelanjutan. Hal ini akan meningkatkan pemahaman, keterampilan, dan kompetensi dalam mengawasi, mengelola, dan berpartisipasi dalam proyek properti.

B. Mendorong Kolaborasi: Mendorong kolaborasi antara stakeholder, termasuk pemerintah, pengembang properti, masyarakat sipil, dan akademisi, untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman, dan sumber daya dalam meningkatkan tata kelola proyek properti.

C. Pendekatan Partisipatif: Mengadopsi pendekatan partisipatif dalam pengambilan keputusan terkait proyek properti, melibatkan stakeholder secara aktif dalam proses perencanaan, implementasi, dan evaluasi proyek properti.

Dampak Sosial dan Lingkungan

A. Dampak Sosial: Perlu memperhatikan dampak sosial dari proyek properti, termasuk aspek keadilan sosial, pemenuhan kebutuhan masyarakat, dan pembangunan komunitas yang berkelanjutan.

B. Dampak Lingkungan: Penting untuk mempertimbangkan dampak lingkungan dari proyek properti, termasuk pengelolaan limbah, konservasi sumber daya alam, dan mitigasi perubahan iklim.

Partisipasi Masyarakat dalam Pengawasan

A. Peningkatan Kesadaran dan Keterlibatan Masyarakat: Diperlukan upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang tata kelola proyek properti dan melibatkan mereka secara aktif dalam pengawasan proyek, termasuk melalui forum publik, pelibatan komunitas, dan akses informasi yang transparan.

B. Perlindungan Pelapor Pelanggaran: Perlu diberikan perlindungan hukum dan mekanisme pelaporan yang aman bagi individu atau kelompok yang melaporkan pelanggaran dalam proyek properti, sehingga dapat mencegah tindakan pemaksaan atau balasan yang merugikan. 

Inovasi dalam Tata Kelola Proyek Properti

A. Pemanfaatan Teknologi: Pemanfaatan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), analitik data, dan teknologi digital dapat meningkatkan efisiensi, transparansi, dan pemantauan dalam tata kelola proyek properti.

B. Blockchain dalam Pengelolaan Properti: Penggunaan teknologi blockchain dapat meningkatkan keamanan dan keandalan data dalam transaksi properti, serta memfasilitasi penelusuran dan verifikasi kepemilikan properti.

C. Praktik Berkelanjutan: Mengadopsi praktik berkelanjutan dalam tata kelola proyek properti, termasuk desain hijau, efisiensi energi, dan manajemen limbah, dapat mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan nilai jangka panjang proyek properti.

Peran Media dalam Pemberitaan Kasus Meikarta

A. Pengungkapan Kasus: Peran media sangat penting dalam mengungkap skandal dan pelanggaran dalam kasus Meikarta, memberikan publik dengan informasi yang akurat dan berimbang.

B. Pengawasan Publik: Media juga berperan dalam memantau perkembangan kasus Meikarta, memberikan laporan yang mendalam, serta memberikan ruang bagi opini publik dalam proses penanganan kasus.

C. Mendorong Perubahan: Melalui pemberitaan yang berfokus pada kasus Meikarta, media dapat memicu perubahan positif dalam tata kelola proyek properti dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya integritas dan transparansi.

Perlindungan Konsumen dalam Proyek Properti

A. Keterlibatan Konsumen: Perlindungan konsumen harus menjadi perhatian utama dalam proyek properti, termasuk pemenuhan hak-hak konsumen, kejelasan kontrak, dan pemantauan pelaksanaan proyek.

B. Peningkatan Akses Informasi: Konsumen harus memiliki akses yang mudah dan transparan terhadap informasi terkait proyek properti, termasuk tahapan, kemajuan, dan perubahan yang terjadi.

C. Mekanisme Penyelesaian Sengketa: Diperlukan mekanisme yang efektif dan efisien untuk penyelesaian sengketa antara konsumen dan pengembang properti, agar konsumen mendapatkan keadilan dan kompensasi jika terjadi pelanggaran.

Peran Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat

A. Pendidikan tentang Tata Kelola Properti: Pendidikan yang melibatkan aspek tata kelola properti harus diperkenalkan sejak dini, baik di sekolah maupun melalui program pendidikan masyarakat, untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya tata kelola yang baik dalam proyek properti.

B. Kesadaran akan Hak-hak Konsumen: Masyarakat perlu diberi pemahaman tentang hak-hak konsumen dalam proyek properti, termasuk hak mendapatkan informasi yang jelas, hak memperoleh kompensasi, dan hak melibatkan diri dalam pengambilan keputusan.

C. Partisipasi Masyarakat: Masyarakat perlu didorong untuk aktif berpartisipasi dalam pengawasan dan pengawalan proyek properti, melalui forum publik, kelompok advokasi, dan organisasi masyarakat sipil.

Peran Pemerintah dalam Pengawasan Proyek Properti

A. Peraturan dan Kebijakan yang Jelas: Pemerintah perlu menetapkan peraturan dan kebijakan yang jelas dalam pengawasan proyek properti, termasuk persyaratan izin, pengawasan konstruksi, dan penerapan standar kualitas.

B. Penguatan Institusi Pengawas: Pemerintah harus memperkuat institusi pengawas, seperti Badan Pengawas Pembangunan Properti, untuk memastikan penegakan hukum yang adil, efektif, dan independen dalam tata kelola proyek properti.

C. Kolaborasi dengan Pihak Terkait: Pemerintah perlu menjalin kolaborasi dengan pihak terkait, termasuk regulator, pengembang properti, dan masyarakat sipil, dalam mengawasi proyek properti guna mewujudkan tata kelola yang lebih baik.

Pemberdayaan Masyarakat Sipil

A. Peran Masyarakat Sipil: Masyarakat sipil memiliki peran penting dalam mengawasi proyek properti, melalui kegiatan pemantauan, pelaporan pelanggaran, dan advokasi untuk kepentingan masyarakat.

B. Membangun Kapasitas Masyarakat Sipil: Pemerintah dan lembaga donor perlu mendukung pemberdayaan masyarakat sipil dalam tata kelola proyek properti melalui pelatihan, pendanaan, dan pembangunan jaringan kerjasama.

C. Mekanisme Partisipasi Masyarakat: Perlu didorong pembentukan mekanisme partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan terkait proyek properti, seperti komite pengawas atau forum konsultatif, untuk memastikan suara masyarakat didengar dan dipertimbangkan.

Mengatasi Korupsi dalam Proyek Properti

A. Transparansi dan Akuntabilitas: Pemerintah dan pengembang properti harus menerapkan transparansi dan akuntabilitas yang tinggi dalam proyek properti, termasuk pengungkapan keuangan, pengawasan yang ketat, dan pencegahan konflik kepentingan.

B. Pemberantasan Praktek Korupsi: Perlu dilakukan tindakan tegas dalam pemberantasan praktek korupsi dalam proyek properti, melalui penegakan hukum yang kuat, pengawasan yang ketat, dan pelibatan masyarakat dalam pemantauan.

C. Sistem Pengaduan dan Pelaporan: Diperlukan sistem pengaduan dan pelaporan yang efektif dan aman bagi individu atau kelompok yang melaporkan tindakan korupsi dalam proyek properti, serta perlindungan bagi pelapor pelanggaran.

Pengaruh Kasus Meikarta terhadap Industri Properti

A. Kepercayaan Publik: Kasus Meikarta dapat mengurangi kepercayaan publik terhadap industri properti, sehingga perlu dilakukan langkah-langkah untuk memulihkan kepercayaan tersebut.

B. Regulasi dan Kebijakan: Kasus Meikarta dapat menjadi pendorong untuk memperkuat regulasi dan kebijakan yang mengatur tata kelola proyek properti, guna mencegah terjadinya pelanggaran serupa di masa depan.

C. Perubahan Paradigma: Kasus Meikarta dapat menjadi titik balik bagi industri properti dalam menerapkan prinsip-prinsip tata kelola yang baik dan transparansi, serta menjadikan integritas sebagai landasan utama dalam menjalankan proyek properti.

Tanggung Jawab Etis dalam Industri Properti

A. Etika Bisnis: Industri properti harus mengutamakan nilai-nilai etika bisnis yang melibatkan integritas, transparansi, tanggung jawab sosial, dan keberlanjutan.

B. Kepedulian Sosial: Pengembang properti harus menjalankan proyek dengan memperhatikan dampaknya terhadap masyarakat sekitar, seperti memperhatikan kebutuhan infrastruktur, lingkungan, dan kualitas hidup.

C. Mengutamakan Kepentingan Konsumen: Industri properti harus memprioritaskan kepentingan konsumen, melalui pemenuhan hak-hak konsumen, kejelasan informasi, dan pelayanan yang berkualitas.

Peluang dan Tantangan bagi Pengembangan Proyek Properti di Indonesia

A. Potensi Pertumbuhan: Indonesia memiliki potensi pertumbuhan yang besar dalam industri properti, melalui urbanisasi, perkembangan ekonomi, dan kebutuhan perumahan yang terus meningkat.

B. Tantangan Regulasi: Tantangan dalam regulasi dan birokrasi dapat menjadi hambatan dalam pengembangan proyek properti, sehingga diperlukan reformasi dan penyederhanaan regulasi yang mendukung pertumbuhan industri.

C. Keberlanjutan Lingkungan: Pengembangan proyek properti harus memperhatikan keberlanjutan lingkungan, termasuk penggunaan energi terbarukan, pengelolaan limbah, dan konservasi sumber daya alam.

Pelibatan Teknologi dalam Pengawasan Proyek Properti

 A. Penggunaan Teknologi Canggih: Pemerintah dan industri properti dapat memanfaatkan teknologi canggih, seperti pemantauan satelit, drone, dan kecerdasan buatan, untuk melakukan pengawasan proyek properti secara efektif dan akurat.

B. Aplikasi Mobile dan Platform Digital: Pengembang properti dapat mengembangkan aplikasi mobile dan platform digital yang memungkinkan konsumen memantau perkembangan proyek, memberikan umpan balik, dan melaporkan pelanggaran secara langsung.

C. Blockchain untuk Transparansi: Penggunaan teknologi blockchain dapat meningkatkan transparansi dalam transaksi properti, mengurangi risiko penipuan, dan memfasilitasi proses verifikasi kepemilikan dan riwayat properti.

Penguatan Sistem Hukum dalam Penanganan Sengketa Properti

A. Pengadilan Properti: Pemerintah dapat mempertimbangkan pembentukan pengadilan khusus untuk penanganan sengketa properti guna mempercepat proses hukum dan memberikan kepastian hukum bagi para pihak terkait.

B. Mediasi dan Arbitrase: Diperlukan pengembangan mekanisme alternatif penyelesaian sengketa, seperti mediasi dan arbitrase, untuk mengurangi beban pengadilan dan memfasilitasi penyelesaian yang lebih cepat dan efisien.

C. Perlindungan Hukum bagi Konsumen: Sistem hukum harus memberikan perlindungan yang kuat bagi konsumen dalam sengketa properti, termasuk mekanisme kompensasi yang adil dan efektif.

Peningkatan Kesadaran dan Pendidikan Publik

A. Kampanye Kesadaran: Pemerintah, lembaga pendidikan, dan organisasi masyarakat sipil dapat melakukan kampanye kesadaran mengenai tata kelola proyek properti yang baik, hak-hak konsumen, dan pentingnya melibatkan masyarakat dalam pengawasan.

B. Pendidikan pada Tingkat Sekolah: Materi mengenai tata kelola properti, hak-hak konsumen, dan etika bisnis dapat dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan untuk meningkatkan pemahaman generasi muda tentang isu-isu tersebut.

C. Pelatihan bagi Pihak Terkait: Pelatihan dan peningkatan kapasitas harus diberikan kepada pihak terkait, termasuk regulator, pengembang properti, dan masyarakat sipil, untuk memahami dan menerapkan prinsip-prinsip tata kelola proyek properti yang baik.

Dinata, R., Irianto, G., Mulawarman, A. 2018. MENYINGKAP BUDAYA PENYEBAB FRAUD: STUDI ETNOGRAFI DI BADAN USAHA MILIK NEGARA. Jurnal Economia. 14(1). 80 -- 86.

Ristiyana, Rida dkk. 2023. ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA FRAUD PADA PERBANKAN DI ERA NEW NORMAL. Jurnal Akuntansi dan Pajak. 23(2). 3 -- 4.

Suryana, A., Sadeli, D. 2015. Analisis Faktor -- Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Fraud. Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan. 2(2). 128 -- 133.

Hariyani, H., Priyarsono, D., Asrama, A. 2016. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KORUPSI DI KAWASAN ASIA PASIFIK. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan. 5(2). 33 -- 36

Dinata, R., Irianto, G., Mulawarman, A. 2018. MENYINGKAP BUDAYA PENYEBAB FRAUD: STUDI ETNOGRAFI DI BADAN USAHA MILIK NEGARA. Jurnal Economia. 14(1). 80 -- 86.

Ristiyana, Rida dkk. 2023. ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA FRAUD PADA PERBANKAN DI ERA NEW NORMAL. Jurnal Akuntansi dan Pajak. 23(2). 3 -- 4.

Suryana, A., Sadeli, D. 2015. Analisis Faktor -- Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Fraud. Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan. 2(2). 128 -- 133.

Hariyani, H., Priyarsono, D., Asrama, A. 2016. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KORUPSI DI KAWASAN ASIA PASIFIK. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan. 5(2). 33 -- 36.

Sari, D. K., & Agustina, D. (2012). The Influence of Perceived Quality, Perceived Value, and Brand Image on Customer Satisfaction and Loyalty in the Banking Industry. Jurnal Manajemen Pemasaran, 6(2), 142-151.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun