Dengan kita melihat orang yang lebih baik ibadahnya, kita akan merasa kurang dan akan memperbaiki ibadah lagi. Yang semulanya sholat lima waktu masih bolong, solat yang bolong ngga di qadha, solat sunnah jarang akan berubah menjadi lebih baik. Sholat jamaah di mushola shaf depan, tahajud dari jam 12 sampe mau subuh kan masyaallah.
Contoh orang yang ibadahnya lebih baik dari kita ya seperti para ulama, kyai, dan orang-orang alim yang memperhatikan sholatnya.
Sekarang kalo diumpamakan kita meniru orang yang di bawah kita tentang urusan agama? Ya wallahu a'lam gimana ibadah kita. Gampangnya nyontoh orang kok yang lebih buruk. Yaa jadinya kita malah terjerumus ke tidak benaran dan menormalisasikan tidak menjalankan kewajiban ibadah sebagai umat muslim.
" Lihatlah ke bawah untuk urusan dunia mu", punya pemaknaan yang sederhana. Jika kita melihat untuk urusan duniawai, kita tidak akan pernah merasa hidup dalam kecukupan. Hidup kita akan terasa selalu kurang.
Contohnya gini, setiap orang tidak bisa disamakan kondisi ekonomi dan kebutuhan hidupnya apa saja. Ira hanya mampu membeli tas seharga 200 ribu karena uang belanjaan dibagi untuk membeli kebutuhan makan juga. Sedangkan, Ari bisa membeli tas seharga 1 juta, sepatu 2 juta dan masih sanggup untuk membeli kebutuhan makan dalam jumlah banyak juga. Di sini Ari tidak salah karean itu adalah ha katas kepemilikan harta nya.
Tetapi yang akan terasa salah adalah jika Ira hanya mampu membeli tas seharga 220 ribu tetapi memaksakan untuk membeli tas seharga 1 juta agar sama atau tidak kalah saing dengan Ari. Ini merupakan contoh bahwa kita selalu melihat ke atas. Akan selalu merasa kurang.
Jika kita melihat ke bawah, melihat ke orang yang kurang mampu, kita akan menggunakan harta kita lebih bijak lagi serta tidak segan menyisihkan uang untuk membantu orang yang kurang mapu. Tindakan seperti ini akan memunculkan ke tenangan dan rasa bersyuku yang tinggi.
Nah, narasumber aku kali ini yang akrab disapa Emak adalah salah satu sosok inspiratif.
Di atas aku memberi tahu bahwa keluarganya terdidi dari empat orang. Sebenarnya, almarhum suami emak ini udah meninggal kurang lebih setahun yang lalu. Dahulu, kebutuhan ekonomi nya ditopang bersama. Beban terasa lebih ringan.
Setelah suami emak meninggal, mau tidak mau ya kebutuhan ekonomi di urus oleh Emak.
Emak memiliki dua anak yang tinggal bersama di rumah. Anak lelaki nya pun turut membantu untuk meringankan beban Emak.