Mohon tunggu...
Rizky AdiFirmansyah
Rizky AdiFirmansyah Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa Universitas Mercu Buana

55522120038 - Magister Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Dosen Pengampu : Apollo, Prof.Dr, M.Si.AK - Pajak Internasional/Pemeriksaan Pajak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB 2 Pemeriksaan Pajak: Diskursus Model Dialektika Hegelian dan Hanacaraka pada Auditing Perpajakan

15 Juni 2024   22:59 Diperbarui: 15 Juni 2024   23:37 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

4. Bahasa Jawa

"Pratandane manikmaya, wus kenyatan kawruh arah sayekti, iku wus akaring tuduh, manikmaya an tayu, kumpuling tyas alam arwah pambilipun, iki witing ana akal, akire Hyang Maha Manik". Yang dalam Bahasa Indonesia "tanda (dari pada" manikmaya (terlihat) juga sudah nyata pengetahuan akan tujuan yang sesungguhnya, itulah akhir dari pada petunjuk; manik maya adalah Tiada / Taya (Suwung) (yaitu) bersatunya hati dengan alam arwah; itulah saat mulanya ada akal, dan adalah akhir dari pada Hyang Maha Manik"

5. Bahasa Jawa

"Awake Hyang Manikmaya, gaibe tan kene winoring tulis, tan arah gon tan dunung, tan pesti akhir awal, manembahing manuksmeng rasa pandulu, rajem lir hudaya retna, trus wening datanpa tepi". Yang dalam bahasa Indonesia " Kegaiban dari awal Hyang Manikmaya tak dapat diramu atau diungkap dengan tulisan, tiada awal dan tiada tempat, tiada arah dan tiada akhir; sembahnya (dengan) melebur ke dalam rasa penglihatan, (bersifat) tajam bagaikan pucuk manikam, jernih tembus tak bertepi".

6. Bahasa Jawa

"Itub telenging paninggal, surah sane kang sastra kalah desi, lan mirit sipati rong puluh, sipat kahaning dat, ponang akan durung ana mananipun kababaring gending akal, manikmaya wus kang ngelmi". Yang dalam bahasa Indonesia "Itulah pusat penglihatan, makna daripada dua puluh aksara, dan Juga mengajarkan sifat dua puluh, sifat keadaan dat, ketika akal belum mengada (ada) terurai dalam kata - kata (yanga0 menyatakan akal, manikmaya itulah ngelmi".

Sultan Agung menaruh perhatian besar kepada kebudayaan mataram. Selain itu sultan Agung juga dikenal sebagai penulis naskah berbau mistik, berjudul sastra gending, beliau memadukan kalender Hijriyah yang dipakai di pesisir utara dengan kalender saka yang masih dipakai di pedalman. Hasilnya adalah terciptanya kalender jawa islam sebagai upaya pemersatuan rakyat mataram. Sistem penanggalan ini digunakan hingga pada tahun 1625 Masehi (bertepatan dengan tahun 1547 saka), sultan Agung mengubah sistem kalender jawa dengan mengadopsi sistem kalender Hijriyah, seperti nama - nama hari, bulan, serta berbasis lunar (komariyah). Sekalipun kalender dicampur, angka tahun saka diteruskan, dari 1547 saka, kalender jawa tetap meneruskan bilangan tahun dari 1547 saka ke tahun 1547 jawa. Hanacaraka dan Kalender Jawa yang "direkomposisi" oleh sultan agung adalah sebuah "dialektika Kejawen". Kalender jawa ini mengakomodasi kalender kebudayaan jawa sekaligus kalender Islam. Hanacaraka memuat kisah bahwa aksara di Jawa dibawa oleh aji saka, sekaligus menyerap kisah kedatangan utusan Nabi Muhammad. Apa yang kita bisa pelajari dari sultan Agung : beliau memilih "mendamaikan" ajaran leluhur dengan "ajaran yang datang belakangan", dibanding mempertentangkan keduang.

Gambar Mandiri
Gambar Mandiri

Auditing Perpajakan

Audit Pajak sendiri adalah aktivitas pemeriksaan pajak dengan menghimpun dan mengolah data per[ajakan untuk mengetahui kepatuhan WP dalam pemenuhan kewajiban perpajakan sesuai ketentuan peraturan perundang - undangan perpajakan. Dalam proses audit pajak diawali dari pemeriksaan, penyampaian surat pemeriksaan atau surat panggilan hingga pemeberitahuan hasil pemeriksaan berupa Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP). SPHP ini akan dilampiri dengan daftar temuan hasil pemeriksaan, sehingga WP perlu memahami dan memastikan kewajiban dan Hak - Haknya terpenuhi dengan baik seiring adanya audit pajak. 

Penerepan Dialektika Hegelian dan Hanacaraka pada Auditing Perpajakan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun