Kata berbuat baik dapat diinterpretasikan antara lain dengan mudik untuk bertemu, bersalaman dan bermaaf-maafan dengan segenap keluaraga serta melepas kerinduan dengan momen kemengan di hari yang fitri.
Pemudik yang baik biasanya tidak hanya ditujukan untuk mengunjungi orang tuanya tetapi juga berbagi denagn sanak saudara, keluarga dekat, tetangga dan teman sejawat. Bahkan sampai ada yang mengadakan acara keduri yaitu sebagai rasa syukur dan ingin bersedekah secara lebih luas dan merata kepada masyarakat sekitar atas rezeki yang di limpahkan oleh Allah SWT.
Semua hal ini menjadi daya Tarik dan kebanggaan sendiri bagi para pemudik dan keluarganya. Jika dilihat dari sisi lain, mudik dapat dikatakan sebagai penyambung yang memperat hubungan silaturahim antara pemudik dan keluarganya.
Setelah sekian berpisah dalam jarak yang jauh, akhirnya bisa saling bertemu dan bercengkrama kembali saat mudik. Terlebih lagi bagi orang-orang yang mengerti pentingnya silaturrahmi, yaitu akan dipanjangkan umurnya dan dilapangkan rezekinya, maka pilihan untuk mudik lebih bermakna dan berguna bagi kehidupan seseorang.
Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW : “Dari Anas ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkaan umurnya, maka hendaklah ia suka bersilaturrahmi.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dengan mudik seseorang dapat mengekpresikan bentuk pengabdian dan berbuat baiknya kepada orang tua, anggota keluarga, dan kerabat lainnya. Kemudian dengan mudik pula hubungan silaturrahmi yang selama ini mungkin sudah renggang, dapat terajut kembali dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H