Mohon tunggu...
Rizky Salman
Rizky Salman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya mahasiswa di Universitas Negeri Jakarta Program Studi Pendidikan Matematika

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pandangan Islam terhadap Budaya Mudik di Indonesia

11 Mei 2022   19:01 Diperbarui: 11 Mei 2022   19:05 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seperti yang terjadi di Indonesia,Wali Sanga menjadikan kebudayaan sebagai sarana dalam menyebarkan Agama Islam. Melalui perbedaan kebudayaan disetiap daerah dapat disulap oleh para wali Allah sebagai perantara dakwah Islam di masa itu.

Lalu,Kebudayaan yang seperti apa, yang dapat digunakan sebagai perantara dakwah Islam? Kebudayaan yang dapat digunakan untuk perantara dakwah Islam adalah kebudayaan yang dapat tampil sebagai perantara yang nantinya akan dipelihara secara terus-menerus oleh generasi selanjutnya.

Masyarakat lebih mudah menerima dan mencerna arti dari ajaran agama Islam melalui kebudayaan yang berkembang di masyarakat.

Mudik di Indonesia

Mudik secara bahasa berasal dari Bahasa Jawa yaitu “udik” yang berarti desa atau “mulih dilik” yang berarti pulang sebentar saja. Sedangkan dalam Bahasa Betawi terdapat kata “menuju udik” yang berarti pulang kampung.

Sehingga arti mudik dapat dikatakan adalah sebuah kegiatan untuk pulang ke kampung halaman yang biasanya dilakukan oleh masyarakat Indonesia manakala hari raya Idul Fitri tiba.

Pada umumnya mudik dilakukan oleh segenap umat beragama islam yang berada dalam perantauan dan jauh dari orang tua dan keluarga mereka. Biasanya mudik dilakukan pada saat tujuh hari sebelum Idul Fitri hingga tujuh hari setelah ldul Fitri.

Fenomena mudik ini pertama muncul dan menjadi trend sejak kota-kota di Indonesia berkembang dengan cepat dikarenakan integrasi pada system ekonomi kapitalis pada tahun 1970-an awal. Dimana perubahan sosial, politik, ekonomi dan kebudayaan di kota-kota besar masih menjadi penyebab dari petumbuhan penduduk yang mayoritas berasal dari migrasi.

Pada zaman itu warga kota yang banyak diantaranya para pendatang melakukan aktivitas mudik pada kesempatan-kesempatan tertentu, yaitu pada hari libur kerja yang panjang dan bermakna kultural seperti Idul Fitri.

Lama waktunya kepulangan mereka biasanya tergantung pada cuti atau libur Idul Fitri yang diberikan oleh atasan mereka atau pemerintah. Waktu maksimal yang diberikan yaitu selama 14 hari yaitu saat tujuh hari sebelum Idul Fitri hingga tujuh hari setelah ldul Fitri. Waktu tersebut termasuk dengan lamanya perjanan pergi dan pulang mereka dari kampung halaman.

Kebiasan mudik sudah menjadi keharusan bagi masyarakat muslim di Indonesia. Mereka akan berusaha untuk pergi mudik bagaimanapun keadaannya, tidak mengenal status sosial-ekonomi dan bahkan ketika pandemi sedang melanda ada yang tetap nekat melaksanakan mudik ke kampung halaman masing-masing. Alasannya beragam dari mulai rindu dengan orang tua dan keluarga sampai masalah ekonomi yang mengharuskan untuk pulang kampung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun