Ayah dan anak bujangnya sarapan bersama semakin menghangatkan suasana pagi. Ada rasa sedih di hati Agus, andai Mutiara ada di sini sarapan bersama pasti lebih menyenangkan lagi. Tiba-tiba terfikir olehnya tentang Rini. Nanti malam dia harus bicara pada Rini. Rini harus lebih mengutamakan rumah dan anak-anak. Meski beranjak besar Edo dan Yusri masih butuh kasih sayang orang tuanya terutama Ibu. Pekerjaan di kantor membuat Rini lalai dengan kebutuhan sekolah Edo dan Yusri. Semoga Rini mau paham nantinya. Pagi ini dia terlambat lagi. Agus segera membereskan piring kotor dan bersiap-siap berangkat kerja.Â
"Biar Yusri yang cuci nanti pulang sekolah Yah. Ayah langsung berangkat aja."
"Hati-hati ya Yah." Agus tersenyum pagi ini Edo mendoakannya sebelum berangkat kerja.Â
"Iya Nak, Edo dan Yusri tolong baik-baik ya, jaga rumah dan kunci pas pulang nanti. Di sekolah yang pintar belajarnya. Ada orang tak dikenal datang jangan dibuka. Paham?"
"Siap Ayah!" Edo dan Yusri saling tersenyum menjawab ayahnya secara serentak.
***
Agus pulang kerja dan langsung ke kamar untuk bersih-bersih. Namun Rini belum ada. Tak mungkin dah malam begini belum pulang juga. Dicobanya telepon. Sepertinya hp Rini mati. Dicobanya tenang dan segera ke kamar Edo dan Yusri. Ternyata mereka lagi membuat PR. Agus ke dapur, sisa lauk siang tadi masih ada sepotong lagi. Apa anak-anak sudah makan? Akhirnya karena keroncongan Agus membuat telur dadar. Saat memasak dua anak bujangnya datang berlari dengan membawa piring.Â
"Mau Yah, wangi banget telur dadarnya. Tadi habis Maghrib makan sedikit aja. Gak selera ya Yus?"Â
"Iya Yah. Abang sama Yusri ikutan makan ya. Hehe."
"Boleh, ayuk, ni udah siap. Yuk kita makan!" Agus begitu semangat melihat keceriaan anaknya. Mereka bertiga makan dengan lahapnya. Setelah beres-beres Rini muncul dengan wajah penuh make up dan wangi parfum yang menyengat.
"Wah habis makan nih, gak ajak Ibu Do?"