Mohon tunggu...
Rizky Febrinna S.Pd
Rizky Febrinna S.Pd Mohon Tunggu... Guru - Love Your Sweet Life

Write all about life, believe in your heart...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senyum Wulan

17 Desember 2020   09:18 Diperbarui: 17 Desember 2020   09:20 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jam 06.45 WIB aku sampai di Sekolah. Memasuki gerbang aku berjalan ke arah majelis guru. Di sebelah kiri ada Koperasi tempat siswa sering membeli peralatan tulis ataupun sekedar membeli cemilan karena kantin bersebelahan langsung dengan Koperasi.

Suasana masih sepi terlihat pak Diman sedang menyapu sampah di depan area Labor Komputer. Aku sampai depan majelis guru dan ingin segera masuk namun terhenti karena ada seorang siswi yang duduk sendiri di depan area koperasi dengan wajah sedih. Aku hampiri dia.

"Kamu kenapa duduk di sini? Duduk di dalam koperasi saja sana." Aku kasihan melihatnya sendiri duduk di sudut koridor.

"Eh bu Rita, iya saya mau ke kelas saja bu."

"Sebentar lagi apel kan?"

"Iya bu." Dia menyalamiku dan pamit.

"Assalamualaikum bu."

"Waalaikumsalam."

Ada yang janggal, tapi apa ya. Aku melihat jalannya tak seperti biasa. Seperti orang yamg menahan sakit. Ah sudahlah, nanti aku tanya wali kelasnya saja.

Di majelis sudah ada beberapa guru, termasuk wali kelas siswi tadi.

Setelah duduk dan beres-beres aku menyiapkan segala sesuatu yang mau dibawa ke kelas pagi ini. Sebelum bel aku ingin bertanya soal tadi pagi.

"Bu Retno, tadi saya lihat Wulan. Sepertinya jalannya menahan sakit gitu bu."

"Wulan bu? Dia semalam jatuh dari motor saat dibonceng abangnya. Kakinya lumayan terluka dan orang tuanya sudah izin dengan saya semalam bu. Ternyata dia sekolah. Dia memang selalu takut ketinggalan pelajara." Cerita bu Retno.

"Masyaa Allah, semoga Wulan segera pulih ya bu."

"Aamiin, iya makasih ya bu."

***

Setelah memberikan latihan menunggu waktu istirahat pertama aku berkeliling ke masing-masing siswa ingin melihat apa yang sudah dikerjakan oleh mereka. Sesekali ada yang bertanya dan meminta penjelasan materiku kembali. Bunyi bel tanda pembelajaran jam pertama selesai. Siswa berkemas peralatan belajarnya dan satu-satu menyalamiku izin istirahat ke kantin.

Aku menyusuri koridor menuju majelis guru. Karena pagi tadi sudah sarapan di rumah, rencana aku akan mengoreksi hasil kerja siswa saja. Sambil berjalan ku lihat Wulan duduk termenung di depan kelasnya. Aku duduk di sebelahnya. Sepertinya dia kaget.

"Kamu tidak ke kantin?"

Dia mengeluarkan bekalnya menunjukkan padaku. Terlihat nasi putih serta tumis sayur dengan telur dadar.

"Wah bagus wulan, itu lebih menyehatkan."

Aku lihat matanya basah habis nangis. Jika aku bertanya sekarang mungkin dia tak akan mau terus terang. 

Ternyata aku salah. Dia malah membuka pembicaraan seolah minta pendapatku.

"Bu, apa salah jika Wulan masih ingin sekolah?"

"Hm? Kamu kan memang sekolah saat ini, lalu maksud kamu bagaimana?"

"Besok orang tua saya akan ke sekolah mau izin berhentikan saya." Dia menangis tersedu seolah tak rela diberhentikan.

"Wulan jangan menangis, sudah coba kamu ceritakan pelan-pelan ada masalah apa sebenarnya?"

"Ayah sudah sakit-sakitan tak bisa kerja lagi. Ibu juga hanya ibu rumah tangga. Abang juga tak tamat SMP tak pernah mau bantu ayah dan ibu. Sedangkan Wulan bingung mau dapat uang sekolah dari mana. Wulan masih mau sekolah bu."

"Kamu sabar ya, banyak berdoa karena semua masalah ada solusinya. Jika kamu niat sungguh-sungguh untuk sekolah mudah-mudahan ada jalannya. Sudah lap air mata kamu. Nanti ibu coba bicara dengan wali kelas kamu."

Wulan tersenyum sambil mengelap sisa air matanya.

"Makasih ya bu."

***

"Ya Allah iya nanti saya coba tanya ke bagian bendahara komite bagaimana seharusnya untuk masalah Wulan ini. Karena hampir setahun dia menunggak uang sekolah."

"Iya bu, sejauh ini dia anak baik dan rajin. Semoga pihak sekolah bisa bantu ya bu."

"Iya, sayang dia sudah kelas dua juga, sebentar lagi kelas tiga. Semoga Wulan jangan putus sekolah. Aamiin." 

***

Hari ini adalah hari yang menentukan status wulan di sekolah ini. Berhenti atau lanjut sekolah. Aku juga jadi kefikiran karena aku sangat berharap dia lanjut sekolah.

Di ruangan kesiswaan sudah ada Waka Kesiswaan Pak Ridwan, wali kelas Wulan Bu Retno, Wulan beserta Ibunya. Sepertinya mereka sudah terlibat dalam pembicaraan yang serius. 

Aku memilih menunggu di ruangan majelis guru sambil mengetik beberapa materi yang akan ku sampaikan di kelas nanti.

Aku kefikiran Wulan semoga ada jalan keluar terbaik untuknya.

Tiba-tiba bu Retno dan Wulan masuk ke majelis guru dengan sumringah dan senyum menuju arahku. Dia langsung memelukku dan aku menatap mata bu Retno yang dibalas anggukan. Aku langsung paham. Dan mengucap alhamdulillah karena sepertinya wulan tidak jadi berhenti. 

"Terima kasih ya bu, wulan akhirnya bisa sekolah lagi. Wulan akan berusaha belajar sungguh-sungguh. Doain wulan ya Bu Retno dan Bu Rita." Ucapnya melepas pelukannya padaku.

"Doa ibu yang terbaik untuk semua anak didik ibu, termasuk kamu Wulan. Semangat ya jangan bersedih lagi." Senyumku melihat wajahnya yang kembali ceria.

Wulan pamit ke kelas untuk mengikuti pelajaran yang ditinggalkannya tadi. 

"Karena Wulan termasuk anak yang rajin, dia diberi keringanan oleh pihak sekolah. Ibu Wulan melihat kuatnya keinginan Wulan untuk sekolah dia juga mau bantu mencari uang sekolah wulan dengan mencari kerja sampingan tanpa harus meninggalkan suaminya yang sedang sakit. Semoga rezeki wulan lancar ya bu. Aamiin." Doa Bu Retno.

"Aamiin bu, insyaa Allah." 

Aku lega masalah Wulan berakhir dengan solusi terbaik. Tersenyumlah Wulan, berjuanglah demi masa depanmu. Sulitnya hidup akan membuatmu semakin paham bahwa hidup layak untuk diperjuangkan. 

Sekian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun