"Oh, ya! Saya sudah memberi tahunya. Dia merangkap menjadi kasir. Dia orangnya jujur!”
"Saya berani bertaruh," kata polisi.
"Pencurinya pasti John. Dia sekarang sudah pergi ke arah Barat naik kereta api yang pukul 7 pagi. Besok akan saya tangkap!"
Pulitzer tidak menunggu keterangan polisi selesai. Ia segera menyewa kereta kuda ke stasiun kereta api. Dia bertanya-tanya kepada orang-orang di stasiun, menyanyakan ciri-ciri John. Sepulang dari sana ia kembali ke kantor dan menuliskan berita kasus pencurian itu sepanjang setengah kolom koran Westliche Post.
Esoknya, Redaktur Westliche Post marah-marah. Pulitzer kena marah habis-habisan.
"Kenapa kamu tidak mengikuti perintah saya!" Nih, akibatnya! Koran kita ditertawai orang. Berita yang kamu buat, beda dengan Koran-koran lain. Semua Koran berkata bahwa pencurinya orang kurus dan rambut kuning keemasan. Kamu menulis lain. "Ini bisa merusak reputasi kita!"
Pulitzer Diam.
Redaktur tersebut mengadukan kelakuan Pulitzer kepada atasannya. Atasannya alias pemimpin redaksi membaca sepintas semua koran yang memuat berita pencurian itu.
"Wah, kamu telah membuat kesalahan yang buruk sekali. Ini bagaimana ceritanya, kok, bisa sampai begini? Tanya pemimpin redaksi tersebut kepada Pulitzer.
Saat Pulitzer bercerita, tiba-tiba terdengar dari arah pintu.
"Anak ini benar. Baru saja saya bertemu dengan pemilik toko buku. Ia mengatakan bahwa pencurinya telah ditangkap. Pencurinya, ya, John, seperti yang ditulis oleh koran kita. Saya kira besok Westliche Post bisa memuat cerita bagaimana wartawan kita membantu polisi menangkap pencuri."