Mohon tunggu...
RIZKI JULIANA ROSALINDA
RIZKI JULIANA ROSALINDA Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

hallo everyone!!! perkenalkan saya rizki juliana rosalinda, mahasiswa universitas jember, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, program studi pgsd. hobby saya mendaki, membaca novel dan berlari. motto hidup : dari mama papa, untuk mama papa. pesan : siapapun boleh jadi apapun asal jangan jadi tuhan so selamat membaca ketikan saya..thank youu

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pendekatan Sosiologi Terhadap Etika Interaksi Tokoh Publik : Studi Kasus Gus Miftah Sebagai Pemuka Agama Terhadap Bapak Pedagang Es

11 Desember 2024   19:16 Diperbarui: 11 Desember 2024   19:19 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DAMPAK SOSIAL DARI PERILAKU TOKOH PUBLIK

Dampak sosial yang ditimbulkan oleh pernyataan tokoh publik seperti Gus Miftah sangat penting untuk diperhatikan. Berdasarkan informasi dan algoritma kasus yang terjadi melalui sumber media sodial terdapat beberapa akibat yang terjadi, diantaranya :

Penurunan Kepercayaan Masyarakat terhadap Tokoh Agama:

Tindakan atau ucapan yang dianggap tidak etis atau tidak mencerminkan nilai-nilai moral yang seharusnya dijunjung tinggi oleh seorang pemuka agama dapat merusak citra tokoh tersebut di mata masyarakat. Ketika tokoh agama melakukan pernyataan yang kontroversial atau tidak pantas, masyarakat mulai meragukan integritas dan kapasitasnya sebagai figur otoritatif dalam masalah agama dan moral. Hal ini dapat menyebabkan penurunan jumlah pengikut atau penurunan partisipasi dalam kegiatan keagamaan yang dipimpin oleh tokoh tersebut. Selain itu, keraguan terhadap kepemimpinan moral mereka juga dapat menyebar ke level institusi agama, yang mengarah pada merosotnya kepercayaan publik terhadap lembaga-lembaga keagamaan secara keseluruhan.

Polarisasi Sosial dan Ketegangan Antar Kelompok Masyarakat:
Ucapan kontroversial dari seorang tokoh publik berpotensi memicu perdebatan sengit di antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Ketika pernyataan tersebut memicu ketidaksetujuan atau perbedaan pandangan, opini publik akan terpecah menjadi dua kelompok yang saling bertentangan: yang mendukung dan yang menentang. Polarisasi ini bisa meluas ke berbagai aspek kehidupan sosial, seperti politik, agama, dan budaya. Dampak yang lebih jauh dari polarisasi ini adalah terciptanya ketegangan sosial yang lebih besar, konflik antar kelompok, dan terkadang bahkan kekerasan verbal maupun fisik. Polarisasi ini juga bisa memperburuk perpecahan di dalam keluarga, tempat kerja, atau bahkan dalam komunitas lokal yang seharusnya harmonis.

Stigma Sosial dan Peningkatan Ketidakadilan terhadap Kelompok Marginal:
Dalam kasus tertentu, seperti pernyataan yang merendahkan profesi pedagang es, kita dapat melihat dampak yang lebih dalam terkait dengan stigma sosial terhadap kelas bawah. Ketika seorang tokoh publik menghina atau meremehkan profesi tertentu yang banyak digeluti oleh kalangan masyarakat bawah, hal tersebut memperkuat stereotip negatif dan ketidakadilan sosial yang sudah ada. Akibatnya, pekerja kelas bawah atau mereka yang menjalani profesi tertentu bisa merasa dihina, diremehkan, dan dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Stigma ini dapat memperburuk kondisi mereka, baik secara sosial maupun ekonomi, serta memperdalam kesenjangan antara kelas sosial. Selain itu, dampaknya juga bisa merembet pada kebijakan publik atau perundang-undangan yang tidak memihak pada kesejahteraan kelas bawah, karena publik merasa bahwa profesi tersebut tidak layak dihargai.

Penciptaan Ketidakpercayaan Terhadap Keadilan Sosial:
Ketika ucapan atau tindakan seorang tokoh publik memperburuk stigma terhadap kelompok tertentu, hal ini juga bisa mengarah pada persepsi bahwa keadilan sosial tidak dijalankan dengan adil. Masyarakat akan semakin merasa bahwa ada ketidaksetaraan dalam perlakuan terhadap kelompok-kelompok tertentu, yang pada gilirannya dapat menciptakan rasa frustrasi dan ketidakpuasan terhadap sistem sosial dan hukum yang ada. Dalam jangka panjang, ketidakpercayaan terhadap sistem keadilan ini bisa menyebabkan apatisme sosial, di mana individu merasa bahwa usaha untuk memperbaiki nasib mereka sia-sia, karena sistem yang ada tidak adil atau tidak berpihak pada mereka.

Dampak Jangka Panjang Terhadap Hubungan Sosial dan Integrasi Masyarakat:
Selain dampak yang langsung terlihat, pernyataan yang menyinggung kelompok tertentu juga dapat merusak hubungan sosial yang telah terjalin dalam masyarakat. Ketika kepercayaan antar individu atau kelompok terganggu, integrasi sosial bisa terganggu. Masyarakat yang terpecah-belah akan lebih sulit untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah bersama, seperti pembangunan infrastruktur, pemberdayaan ekonomi, atau penciptaan kebijakan publik yang inklusif. Perasaan terasingkan dan terdiskriminasi oleh kelompok tertentu dapat menyebabkan meningkatnya ketidaksetaraan sosial, menciptakan ketegangan antar kelas, serta memperburuk krisis identitas sosial dalam jangka panjang.

PENDEKATAN SOLITIF : MENGEDEPANKAN ETIKA DAN EMPATI

Untuk menghindari terulangnya insiden serupa, sangat penting bagi tokoh publik untuk menyadari dan menjalankan tanggung jawab sosial yang mereka miliki. Pendekatan yang dapat diterapkan untuk mencapai hal ini antara lain:

Peningkatan Pemahaman dan Praktik Literasi Sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun