Mohon tunggu...
Rizki Mubarok
Rizki Mubarok Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Seorang Melankolis Muda yang Gemar Bertualang dalam Sakralitas Peradaban Semu

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Hustle Culture

25 Maret 2024   03:06 Diperbarui: 25 Maret 2024   03:19 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekali lagi saya katakan, apakah hal itu tidak diperbolehkan? sangat boleh. Akan tetapi point of view nya bukan di usaha nya, tapi management waktunya. Benar time is money atau time is everything. Tapi sadari, bahwa manusia punya kapasitas nya masing masing.

Kita boleh memaksimalkan usaha yang kita lakukan, akan tetapi tetap ingat pada diri sendiri. Kesehatan, kebahagiaan, ketenangan, hal tersebut yang menjadi penting. Untuk apa punya uang banyak jika kesehatan kita tidak baik? untuk apa punya uang banyak tetapi hidup kita tidak tenang.

Hal terpenting adalah bagaimana kita memanage untuk bisa memaksimal kapasitas diri dengan waktu yang kita miliki. Nah, Daniel H Pink dalam bukunya "When: The Scientific Secrets of Perfect Timing" menjelaskan bahwa, ada 3 tiga pola waktu produktif seseorang, yaitu:

1. Peak (permulaan)
Pada kondisi ini seseorang akan merasa sangat menggebu gebu. Ia akan excited terhadap hal yang baru ia kerjakan. Kerap kali perasaan senang ini akan ia gunakan secara totalitas. Ia akan fokus dalam pekerjaan yang sedang ia kerjakan. Bahkan ia akan terus mempush dirinya untuk bisa menyelesaikan tugas sebanyak apapun dengan riang gembira. Ya, karena yang ia pandang adalah target, target, dan target. Bagaimana pun caranya, ia harus sampai ke tujuan nya. Sampai ia pun lupa bahwa dalam hidup akan ada fase up and down, yang mana sewaktu waktu ia akan merasa capek dengan kerjaan yang ia kerjakan

2. Through/ Slamp
Fase inilah menjadi tantangan bagi seseorang, dikarenakan hampir tiap waktu ia mengerjakan sesuatu yang terus menerus secara berulang ulang. Boring,Jenuh, Capek adalah salah satu dari sekian banyak kondisi psikis dan mental ketika menghadapi fase ini. Ketidakstabilan emosi inilah yang menjadikan pekerjaan tersebut terasa berat. Bahkan, rasa malas untuk mengerjakan hal tersebut sudah ada didalam dirinya. Usaha nya terkadang seperti sia sia. Nah pada fase ini lah seseorang akan down yang mengakibatkan tidak ada lagi semangat dalam mengerjakan sesuatu.

3. Rebound
Perlu disadari, fase ini lah yang akan terjadi ketika masa masa down sudah bisa terlewati. Rasa semangat akan kembali menanjak drastis sama seperti fase awal yang ia kerjakan. Tidak mudah memang untuk mencapai fase ini. Butuh konsistensi dan stabilitas emosi supaya bisa sampai di tahap ini.

Daniel kemudian melanjutkan bahwa fase tersebut tidak bisa disamakan, cukup dipahami supaya kita bisa tau kapan kita harus berusaha dan kapan kita beristirahat.

Hustle Culture merupakan budaya yang tidak sehat. Karena ketika kita menerapkan hal tersebut, bukan produktivitas kita yang tercapai, malah kreativitas akan menurun, daya semangat akan semakin berkurang, pikiran dan emosional tidak stabil. Solusi konkrit nya adalah manage semaksimal mungkin. Tidak perlu mempush diri terlalu berlebihan. Tidak perlu perfeksionis akan suatu hal. Step by step, satu persatu, pelan pelan.

Ketika mulai jenuh, istirahat sejenak. Alokasikan waktu yang kita miliki untuk bersantai sejenak. Lepaskan beban yang berat untuk menghirup udara yang segar supaya pikiran kembali fresh. Baru setelahnya bangun kembali semangat tersebut untuk bisa lebih extra kembali.

Hal tersebut tidak mudah memang dan bagi saya pribadi, hustle culture sering saya lakukan. Akan tetapi, tulisan ini selain menjadi insight baru bagi kalian selaku pembaca, juga sebagai pengingat bagi saya pribadi untuk bisa lebih aware terhadap diri sendiri.

#satulangkah lebih baik, sedikit namun berarti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun