Mohon tunggu...
Rizki Mubarok
Rizki Mubarok Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Seorang Melankolis Muda yang Gemar Bertualang dalam Sakralitas Peradaban Semu

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Memahami Kesedihan Melalui Konsep 5 Stages of Grief

9 Juli 2023   03:03 Diperbarui: 9 Juli 2023   06:20 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak ada yang mengetahui kapan seseorang akan mengalami kesenangan dan kesedihan. Terkadang, perasaan tersebut datang tanpa bisa di prediksi oleh dirinya sendiri. Bahkan, perasaan tersebut bisa saja berubah secara cepat”.


Seiring dengan perjalanan hidup, manusia akan selalu dihadapkan dengan berbagai macam kondisi, dan kondisi tersebut akan di respon oleh perasaan manusia, baik perasaan senang, bahagia, sedih, atau kecewa. Oleh karena itu, yang perlu dipahami oleh manusia adalah tahapan dari perasaan tersebut, supaya ketika dihadapkan dengan kondisi tersebut manusia dapat mengatasinya dengan baik.

Nah, pada tulisan saya kali ini, saya akan sedikit membahas bagaimana tahapan kesedihan didalam hidup manusia. Sebab, kesedihan adalah salah satu fase yang banyak dibenci dan tidak diinginkan oleh manusia. Saya akan mencoba membahas apa saja fase kesedihan tersebut dan bagaimana cara melewatinya dengan baik. Silahkan disimak dengan baik, ya!

Apa itu kesedihan?

Kesedihan merupakan bentuk emosi yang terdapat di dalam diri manusia yang sering ditanda dengan bentuk kekecewaan dan ketidakterimaan terhadap kondisi yang mengarahkan pada hal negatif. Kesedihan juga dapat terjadi ketika manusia mengalami keadaan yang tidak diinginkan oleh dirinya sehingga menimbulkan rasa cemas, sedih, kecewa, bahkan depresi. Terkadang, kesedihan ditandai dengan tangisan atau kemarahan sebagai bentuk dari luapan emosi manusia. Bisa juga, kesedihan tersebut dipendam oleh manusia yang mengakibatkan manusia merasakan pesimis dan murung terhadap kondisi yang dialaminya.

Tahapan Kesedihan

Pada tahun 1969, Elisabeth Kübler-Ross yang merupakan seorang Psikiater Swiss-Amerika menuliskan dalam bukunya On Death and Dying, bahwa fase kesedihan manusia terdiri atas 5 fase, yaitu:
Denial (Penolakan), Anger (Kemarahan), Bargaining (Tawar Menawar), Depression (Depresi), dan Acceptence (Penerimaan). Fase tersebut tidak serta merta terjadi secara beruntun, dan fase tersebut bisa saja terjadi secara acak atau tidak terprediksi.

1. Denial (Penolakan)

Ketika seseorang dihadapkan oleh keadaan yang tidak diinginkan di hidupnya, seseorang akan merasa tidak percaya dan akan mengalami penolakan di dalam dirinya. Contohnya, apabila ada keluarga atau kerabat terdekat meninggal, respon yang banyak dialami oleh manusia adalah tidak percaya akan hal tersebut. Seseorang akan menolak bahwa keadaan kematian akan terjadi begitu cepat, seseorang juga akan menolak kalau hal itu akan terjadi pada dirinya.

“Kok bisa sih temen gua meninggal dengan cepet”
“Apa apaan ini baru saja kemarin gua ketemu sama dia”

atau ketika seseorang tidak diterima di sebuah pekerjaan yang di inginkannya.
“Ah, padahal gua udah memenuhi persyaratan, kok bisa ga lolos sih”
“Padahal gua tuh udah belajar dengan baik, kok bisa ga diterima, sih”

2. Anger (Kemarahan)

Respon terhadap keadaan yang tidak sesuai dengan diri seseorang, biasanya ditandai dengan kemarahan. Bentuk kekecewaan itu diluapkan ketika perasaan tersebut sudah mendominasi yang mengakibatkan manusia sulit untuk menggunakan logika nya. Contoh saja ketika seseorang ditimpa musibah, ia bisa saja mengumpat dan memaki keadaan tersebut. Menyalahkan diri sendiri atau keadaan sekitar adalah respon yang sering terjadi sehingga menyebabkan emosinya tidak terkontrol dengan baik.
“INI PASTI GARA GARA ELU KAN”
“DASAR SIALAN!”
“BODOH BANGET SIH GUA”

3. Bargaining (Tawar-Menawar)

Ketika emosi kesedihan itu menurun, perlahan seseorang mulai menggunakan logikanya untuk menerima kondisi yang telah terjadi. Meskipun sulit diterima, akan tetapi seseorang sudah mulai bisa mengkrompomikan antara hati dan otaknya supaya dapat bisa memahami keadaan tersebut. Rasa bersalah dan perandaian menjadi salah satu respon yang dialami pada fase ini.
“Ah coba kalo gua ga ngelakuin ini, keadaannya pasti ga bakal gini sih”
“Kalau gua ga ngelakui hal yg diinginkan oleh ibu gua, pasti keadaannya jauh lebih baik”
“Andai ayah gua masih hidup, gua akan memberikan yang terbaik di sisa hidupnya”

4. Depression (Depresi)

Depresi bisa terjadi jika seseorang mengalami kesedihan yang berlarut. Bisa juga terjadi akibat seseorang sudah pesimis dengan kondisinya, sehingga ia pasrah dan tidak tahu apa yang harus dilakukan oleh dirinya. Pada fase ini, depresi tidak hanya digambarkan sebagai keadaan gangguan kejiwaan secara utuh, akan tetapi seseorang merasakan kondisi yang menggambarkan realita pada dirinya. Pada fase ini juga, seseorang ingin mencari kondisi yang sangat tenang dan tidak ingin diganggu.

5. Acceptence (Penerimaan)

Fase ini merupakan fase ketika seseorang sudah merasa berdamai dengan dirinya dan keadaan. Sehingga yang biasa dilakukan adalah membuat kondisi baru dan suatu harapan yang baru bagi hidupnya.  
“Yaudahlah, kalo emang gini kondisinya berarti gua harus lebih giat lagi”
“Ya mau gimana lagi sih, sekarang mah tinggal usaha aja”

Itulah fase kesedihan yang digambarkan oleh Elisabeth Kübler-Ross.

Nah, lalu apa yang harus dilakukan setelahnya?

Ketika seseorang sudah mengetahui fase tersebut, yang bisa dilakukan oleh manusia adalah pertama, memahami bahwa kesedihan bisa saja datang di hidup seseorang. Oleh karena itu, jangan terlalu berlarut dalam kesedihan. Kedua, cari partner atau orang yang sangat dipercaya untuk membantu keluar dari fase ini. Meskipun emosi itu timbul secara spontan, dan penyelesaian atas kesedihan itu tidak bisa ditentukan berakhirnya akan tetapi seseorang yang bisa mendampinginya ketika kondisi terpuruk akan lebih membantu dirinya untuk lebih tenang dan terkontrol. Ketiga, luapkan emosi tersebut pada hal yang disukai oleh dirinya, atau hal positif yang membantu seseorang untuk mengalihkan perasaan tersebut. Keempat, percayalah bahwa kondisi kesedihan bukanlah akhir dari segalanya, suatu saat kondisi ini akan segera berakhir. Maka mulai percaya dengan kemampuan diri sendiri supaya mampu membuat kembali rencana yang lebih baik lagi kedepannya.

Semakin gelap di suatu malam, semakin dekat matahari kan terbit”

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun