atau ketika seseorang tidak diterima di sebuah pekerjaan yang di inginkannya.
“Ah, padahal gua udah memenuhi persyaratan, kok bisa ga lolos sih”
“Padahal gua tuh udah belajar dengan baik, kok bisa ga diterima, sih”
2. Anger (Kemarahan)
Respon terhadap keadaan yang tidak sesuai dengan diri seseorang, biasanya ditandai dengan kemarahan. Bentuk kekecewaan itu diluapkan ketika perasaan tersebut sudah mendominasi yang mengakibatkan manusia sulit untuk menggunakan logika nya. Contoh saja ketika seseorang ditimpa musibah, ia bisa saja mengumpat dan memaki keadaan tersebut. Menyalahkan diri sendiri atau keadaan sekitar adalah respon yang sering terjadi sehingga menyebabkan emosinya tidak terkontrol dengan baik.
“INI PASTI GARA GARA ELU KAN”
“DASAR SIALAN!”
“BODOH BANGET SIH GUA”
3. Bargaining (Tawar-Menawar)
Ketika emosi kesedihan itu menurun, perlahan seseorang mulai menggunakan logikanya untuk menerima kondisi yang telah terjadi. Meskipun sulit diterima, akan tetapi seseorang sudah mulai bisa mengkrompomikan antara hati dan otaknya supaya dapat bisa memahami keadaan tersebut. Rasa bersalah dan perandaian menjadi salah satu respon yang dialami pada fase ini.
“Ah coba kalo gua ga ngelakuin ini, keadaannya pasti ga bakal gini sih”
“Kalau gua ga ngelakui hal yg diinginkan oleh ibu gua, pasti keadaannya jauh lebih baik”
“Andai ayah gua masih hidup, gua akan memberikan yang terbaik di sisa hidupnya”
4. Depression (Depresi)
Depresi bisa terjadi jika seseorang mengalami kesedihan yang berlarut. Bisa juga terjadi akibat seseorang sudah pesimis dengan kondisinya, sehingga ia pasrah dan tidak tahu apa yang harus dilakukan oleh dirinya. Pada fase ini, depresi tidak hanya digambarkan sebagai keadaan gangguan kejiwaan secara utuh, akan tetapi seseorang merasakan kondisi yang menggambarkan realita pada dirinya. Pada fase ini juga, seseorang ingin mencari kondisi yang sangat tenang dan tidak ingin diganggu.
5. Acceptence (Penerimaan)
Fase ini merupakan fase ketika seseorang sudah merasa berdamai dengan dirinya dan keadaan. Sehingga yang biasa dilakukan adalah membuat kondisi baru dan suatu harapan yang baru bagi hidupnya.
“Yaudahlah, kalo emang gini kondisinya berarti gua harus lebih giat lagi”
“Ya mau gimana lagi sih, sekarang mah tinggal usaha aja”
Itulah fase kesedihan yang digambarkan oleh Elisabeth Kübler-Ross.
Nah, lalu apa yang harus dilakukan setelahnya?