Pemantauan Lingkungan: Memantau perubahan vegetasi, kualitas udara, dan penggunaan lahan.
Perencanaan Kota: Membantu dalam analisis tata ruang dan pengembangan infrastruktur.
Pertanian: Mengawasi kesehatan tanaman, irigasi, dan prediksi hasil panen.
Bencana Alam: Mendeteksi dan memantau bencana seperti kebakaran hutan, banjir, dan gempa bumi.
Pengawasan Militer: Memantau aktivitas dan pergerakan di area sensitif.
 Citra Kabupaten Tebo
Kabupaten Tebo adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jambi, Indonesia. Dikenal sebagai daerah yang kaya akan sumber daya alam dan memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan, Kabupaten Tebo telah mengalami perkembangan signifikan sejak pemekarannya dari Kabupaten Bungo Tebo pada 12 Oktober 1999. Berikut adalah penjelasan rinci mengenai berbagai aspek yang membentuk citra Kabupaten Tebo.
*Geografi dan Demografi
Kabupaten Tebo memiliki luas wilayah sekitar 6.461 km dengan populasi yang terus meningkat. Pada pertengahan tahun 2024, jumlah penduduknya diperkirakan mencapai 367.251 jiwa dengan kepadatan penduduk sekitar 57 jiwa per km[2]. Kabupaten ini berbatasan dengan:
- Utara: Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau
- Timur: Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat
- Selatan: Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin
- Barat: Kabupaten Bungo dan Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat
Ibu kota Kabupaten Tebo adalah Muara Tebo, yang juga menjadi pusat pemerintahan dan aktivitas ekonomi di daerah tersebut.
*Ekonomi
Ekonomi Kabupaten Tebo didominasi oleh sektor pertanian, terutama perkebunan kelapa sawit dan karet. Sekitar 57,54% penduduk bekerja di sektor pertanian, sementara sektor jasa menyumbang 29,20% dan sektor manufaktur sebesar 13,26%[1][2]. Selain itu, daerah ini juga memiliki potensi dalam bidang pertambangan, termasuk batu bara dan minyak bumi.
Perekonomian kabupaten ini menunjukkan pertumbuhan yang positif dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 6,19% antara tahun 2016 hingga 2020. Pada tahun 2020, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tertinggi tercatat sebesar Rp. 14.759 miliar[4]. Namun, tantangan seperti pengangguran tetap ada, dengan tingkat pengangguran terbuka tercatat sekitar 2,83% dari angkatan kerja[1].
*Ketenagakerjaan