Dengan segera kututup telepon malam itu. Aku sudah semakin memanas tatkala dia bercerita tentang hal-hal yang seolah dia sendiri yang merasa benar. Aku sudah sering mematikan telepon seperti ini.
***
Sudah satu bulan ini aku tidak bertemu dengan Aneth. Bukan karena kami sedang marahan gara-gara pendapat kami yang sama sekali berlainan, melainkan aku sendiri sedang magang sebagai sales promotion di suatu perusahaan yang menjual produk makanan cepat saji. Hari-hari kemarin aku tidak sempat memikirkan dirinya. Tidak sempat menanyakan kabarnya. Tidak sempat mendengarkan omong kosongnya. Sekarang aku merasa rindu meskipun kerinduan itu harus kupendam dalam-dalam, mengingat bagaimana dia selalu mempermainkan rasa rinduku yang serius ini.
Kringgg... kringgg....
Bunyi telepon di sakuku berdering nyaring.
"Kau ini ke mana saja?" suara kecil yang keluar dari speaker-ku itu terdengar tidak seperti biasanya. Baru kali ini aku merasa sebagai seseorang yang sedang dirindukan oleh kekasihnya.
"Ada apa? Kau merindukanku, ya?"
Dia tertawa. "Sebenarnya ada hal lain yang ingin kuberi tahu padamu."
"Apa?"
"Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat yang dipesan oleh ketiadaan." aku bingung. Dia melanjutkan, "Aku ingin melakukan uji coba terhadap sesuatu yang belum pernah orang lain rasakan. Akan kutunjukkan bagaimana aku berhasil melakukannya."
Sudah kuduga dia akan membicarakan hal-hal yang tidak kumengerti. Apa yang dia maksud dengan melakukan uji coba terhadap sesuatu yang belum pernah orang lain rasakan?