“tidak nak..bapak baik baik saja.. “ dia tersenyum getir.
Kemudian aku bergegas ke kamar.aku duduk, merenung.
“Ya Allah..Engkau tahu bapak bukan makhluk hina.. mengapa Kau beri cobaan macam ini?”
Lalu ku pejamkan mataku. Saat itu, aku tiba tiba berpikir untuk menjadikan slamet sebagai hewan qurban pengganti kambing itu. Kurenungkan lagi niatku.
“bukankah aku sudah bertekat untuk menjadikan slamet kambing best of the best di kampong? Mungkin ini moment yang pas. Dia akan menjadi kambing best of the best saat idul adha besok. Bapak telah banyak lakukan hal terbaik untukku dan slamet. Banyak hal yang tak dapat kami balas satu persatu. Memang aku sudah merawat slamet sejak dia kecil.tp itu hal kecil . lebih kecil ketimbang pengorbanan bapak untukku sejak aku lahir. Ini moment yang pas.bapak pantas mendapatkan slamet. Ini tanda baktiku untuk bapak.”
Setelah aku memantapkan niatku, segera aku ke kamar bapak.
“pak..karyo ingin bicar.”
“bicara apa nak?”
“biar slamet yg menggantikan kambing itu sebagai hewan qurban..”
“apa??! Tidak yo..kamu sudah merawatnya dr kecil..”
“ini belum seberapa pak…belum seberapa disbanding pengorbanan bapak dan ibu untukku selama ini.. “