Mohon tunggu...
Rizka Junanda
Rizka Junanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - writer

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Selanjutnya Apakah Kematianku?

21 November 2024   00:47 Diperbarui: 21 November 2024   01:09 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

Aku segera memutus kontak mata dan berjalan cepat ke arah teman-teman menuju gedung sekolah.

"Renata! Oh, aku sangat berduka atas kematian sahabatmu! Tapi, ehem! Apa kau tidak merasa janggal atas kematian Maya? Yeah, semua korban maksutku. Cara mereka mati dan..."

"Aku duluan saja ya, Sar! Aku lupa mengerjakan PR.", kubawa kakiku berlari meninggalkan Sari dan Lina yang pasti tengah jengkel atas sikapku. Biar saja!, lagi pula untuk apa aku membahas kasus kematian itu? Selain karena masih merasa begitu kehilangan Maya, sejujurnya aku juga sangat malas menanggapi rumor-rumor tidak penting itu. Samar-samar masih kudengar ucapan mereka,

"Pasti anak itu takut dengan kuntilanak di sekolah kita, dasar penakut!".

Untuk sesaat, aku melupakan Anwar dan tatapannya yang menusuk.

***

Sebenarnya, sungguh malas kembali ke sekolah malam hari seperti ini. Mengingatkan tragedi berdarah yang menimpa sahabatku yang malang. Tapi, memangnya apa yang bisa dilakukan jika watak pelupa ini terus menempel pada batang otakku? 

proposal yang seharusnya kuserahkan minggu lalu kembali tertinggal di almari OSIS setelah terbengkalai karena kematian Maya. Sungguh malam yang menyebalkan!. Setelah meminta kunci pada dua satpam yang, ehem! Sebenarnya aku sedikit takut dengan tatapan Anwar, tapi bagaimanapun proposal ini sangat penting dan aku harus mengesampingkan rasa takut yang mulai merambat ini.

Ah... akhirnya dapat juga proposal ini. Setelah menutup almari, aku berbalik hendak keluar ruangan. Belum sempat kaki ini melangkah, tubuhku menegang sempurna. Tepat di ambang pintu, Anwar berdiri memperlihatkan senyum puasnya yang mengerikan. 

Dari saku celana seragam, dikeluarkannya sebilah pisau mengkilat yang membuat darahku berdesir aneh. Kujatuhkan proposal yang semula kugenggam erat dan bergerak mundur ketakutan.

"A...apa yang akan kau lakukan?", bibirku gemetar mengucap sebaris kalimat tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun